17.Salah

2.9K 147 3
                                    

Meski baru dua Minggu kejadian itu,namun perubahan mulai ada dalam diri Nandhini. Dulu ia sangat periang namun kini sangat rapuh, bahkan hanya masalah sepele bisa membuatnya menangis.

Tak ada kebahagiaan lagi yang bisa ia rasakan, yang ada hanya kesedihan yang mendalam. Tak ada senyuman yang menghiasi bibirnya yang ada hanya tangisan yang membasahi pipinya.

Hari-hari pun hanya ia habiskan di kamar, dengan menangis sepanjang hari bahkan berteriak seolah kesakitan.

Saras ikut merasakan sakit itu,tak jarang ia menangis saat mendengar teriakan Nandhini.

Nandhini masih setia menatap jendela kaca di kamarnya, ia tak berpaling dari tempat itu. Ia berharap bisa melihat Liam, meskipun hal itu tak pernah terjadi.

Saras memeluk Nandhini yang menatap kosong ke jendela dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Sudah Nandhini,sampai kapan kamu menyiksa dirimu sendiri"ucap Saras dengan nada sedih.

"Aku bahkan sudah tersiksa sebelum aku menyiksa diriku"ucap Nandhini tanpa menatap Saras.

Saras melepas pelukannya,ia tak sanggup melihat anaknya seperti ini.
Nandhini benar-benar mengalami patah hati yang cukup parah.

********

Sudah dua Minggu laki-laki itu tak mau keluar dari kamar nya, setiap hari ia hanya melihat rumah wanita nya dari balkon kamarnya. Sehari-hari yang dapat ia lakukan adalah menangis dan menyalakan dirinya sendiri.

"Aku tidak pantas untuk nya.. aku orang jahat.."ucapnya dengan air mata yang keluar dari sudut matanya . Sang adik hanya mampu menenangkan kakaknya itu dengan ribuan perasaan bersalah.

"Kak, sudah.. sudah dua Minggu kak,kakak tidak mungkin seperti ini terus"ucapnya. Liana,dia adalah Liana yang sedang menenangkan Liam yang benar-benar terpuruk setelah kejadian itu.

Bukan tanpa alasan,ia melakukan ini semua. Waktu itu setelah mendengar penjelasan Saras,ia sangat amat merasa bersalah karena dirinya lah yang menghancurkan Nandhini,baik hati maupun diri. Ia merasa sudah tak pantas untuk Nandhini, baginya dia hanyalah orang jahat yang mencintai Nandhini lalu menghancurkan nya.

Hari-hari semakin hancur apalagi setelah mendengar ucapan dari orang tuanya yang mendukung perpisahannya dengan Nandhini.
Ia membenci semuanya bahkan dirinya sendiri.

"Jangan menghancurkan diri Kakak seperti ini"ucap Liana, yang berkali-kali membujuk sang kakak.

"Aku sudah hancur sebelum aku menghancurkan diri ku"ucap Liam, dengan wajah menunduk.

Liana menatap prihatin ke sang kakak,ia melihat darah di tangan kakaknya,ia yakin pria itu berkali-kali memukul tembok di kamar ini.

"Kau lihat sendiri betapa jahatnya kakak laki-laki mu ini"ucap Liam.

Liana langsung keluar dari kamar kakaknya ia tak sanggup melihat pria itu terpuruk seperti ini. Dan ini karena salahnya.




Bersambung..

Vote komen yaaa :)

Perfect Human and Bad WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang