38

3.2K 304 15
                                    

Rasanya Alina ingin menjerit saja sekarang.

Bagaimana bisa cowok itu dengan gampangnya mengatakan itu semua, dengan setenang itu? Dan setelah mengucapkannya dia langsung pergi begitu saja tanpa penjelasan apapun.

Sinting.

Dan Alina rasanya mau gila.

"Jantung gue." ucapnya dengan ngos-ngosan karena berlari dari depan pagar sampai masuk kedalam rumah dan langsung menyandarkan dirinya dibelakang pintu sambil memegang dadanya.




"Alina?"

Alina tersentak, dia langsung menegak begitu saja, menatap orang di depannya dengan raut wajah terkejut, tapi detik berikutnya dia langsung tersenyum dan berjalan mendekat, memeluk dengan erat orang itu.

Alina melepaskan pelukannya,
"Mama kapan pulang? Kata Chaer, bulan ini gak pulang, tapi kok tiba-tiba ada disini?"

Mama Alina tersenyum sambil mengelus rambut Alina dengan lembut.

"Baru sampe kok. Ada yang mau mama bicarain sama kamu, makanya Mama pulang, sama Papa juga."

Alina mengerutkan kening, lalu menoleh kesegala arah, mencari dimana keberadaan sang Papa.

"Papa dimana?"

"Papa lagi di kamar mandi. Sini duduk dulu, kita perlu bicara. "

Alina menurut saja saat Sang Mama menariknya ke sopa ruang tamu.

"Bicarain apa sih, Ma?" tanya Alina penasaran sekaligus heran.

Karena tidak biasanya orangtuanya pulang mendadak seperti ini.
Dan pasti ini sangat penting.

Terakhir kali mereka pulang mendadak seperti ini ketika Chaeryeong mendapat masalah di Sekolahnya karena mendapat perilaku tidak mengenakan.
Baiklah, dulu saat kelas sepuluh, Chaeryeong adalah korban bully.

Tidak pernah disangka memang, gadis seperti Chaeryeong pernah mendapat perilaku tidak mengenakan seperti itu.

Tapi saat memasuki semester dua, keadaan mulai berbalik karena Chaeryoung mulai berani angkat bicara dan tidak lagi diam. Dan sekarang, malah dia adalah murid yang ditakuti karena aslinya Chaeryeong memang galak dan ketus, ditambah cewek itu juga mulai bisa merawat diri.

Dan sekarang entah apa yang membuat Orangtuanya datang tiba-tiba tanpa kabar seperti ini.

"Tunggu Papa kamu. Nah itu udah datang."

Alina menoleh, kemudian berdiri dan menyambut Sang Papa dengan pelukan erat.

"Kangen Papa."

Papa Alina mengangguk sembari mengelus rambut panjang Anak Sulungnya itu.

"Papa juga." Kemudian keduanya melepaskan pelukan sambil saling melempar senyum.

"Ada yang mau Papa dan Mama bicarakan, duduk." ucap Papa Alina dengan serius.

Alina mengangguk, kemudian mendudukan diri dikursi yang membuat dirinya sekarang berada di hadapan kedua orangtuanya.

"Sebenarnya ada apa?"

Papa Alina menghela, "Kenapa kamu gak bilang kalau Minhyun pulang dari Korea dan datangin kamu lagi?"

Alina membelalak.

Bagaimana bisa Orangtuanya tahu soal Minhyun?

"Adik kamu tadi malam cerita. Enggak, maksud Mama, dia keceplosan karena kesel kita gak jadi pulang. Dan mendengar itu Papa kamu langsung pesan tiket buat pulang ke Indonesia, padahal di Singapur Papa lagi banyak kerjaan." ujar Sang Mama membuat Alina mendesah berat.

"Tapi Alina gak papa kok Ma, Pa." Alina menatap kedua orangtuanya bergantian untuk meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja. "Lagi pula kan ada Taehyung. " lanjut Alina.

"Tetap saja, Papa sama Mama gak tenang. Kamu lupa apa yang telah dia lakukan sama kamu?"

Alina tersenyum tipis, kemudian mendesah samar.

"Alina gak mau ingat soal itu lagi, Pa. " lirihnya

"Tapi tenang aja, Papa udah kirim dia kembali ke Korea, dan Papa jamin dia gak akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat." ucap Sang Papa, membuat Alina membelalak.

"Maksudnya?"

=====

Setelah mengantar Alina pulang, Taehyung kembali ke kampus karena masih ada satu mata kuliah lagi.

Tapi disaat perjalanan memasuki area Kampus, seseorang memanggilnya dari belakang, mau tak mau cowok itu menoleh dan berbalik menghadap Sang pemilik suara.

Taehyung menaikkan satu alisnya, "Lo?" dia berdecak tidak suka, "Ngapain lo?"

Cowok yang memanggilnya tadi melangkah mendekat, kemudian tersenyum, tapi anehnya bukan senyum sinis seperti biasa melainkan senyum yang bisa dibilang tulus.
"Alina ada?" tanya dia, membuat Taehyung melirik tak suka.

"Ada perlu apa?" ketus Taehyung.

Cowok itu-Minyun, menipiskan bibir kemudian menghela, "Gue ada perlu sama dia."

"Dia gak ada. Udah pulang. " jawab Taehyung cepat.

"Oh?" Minhyun melihat jam tangannya, "Ck, udah mau telat." dia berdecak, membuat Taehyung mengernyit heran.

Minhyun kini menatap Taehyung dengan wajah pasrah, "Gue harus balik ke Korea sekarang. Perusahaan Papa gue disana lagi kacau."

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, terlihat tak mau tahu. "Gue gak nanya, kan?"

Minhyun terkekeh sinis, "Kasih tahu sama Alina. Dan bilangin gue minta maaf." Minhyun menjeda ucapannya sembari melihat jam tangannya lagi, "Gue harus berangkat sekarang." ucapnya kemudian berbalik, tapi detik berikutnya ia kembali menghadap Taehyung.

"Oh ya, kalau suatu saat kita ketemu lagi, kita tetep rival." ujarnya diakhiri senyuman miring.

Taehyung terkekeh sinis, "Kalau kita ketemu lagi, gue sama Alina udah punya Anak." ujar cowok itu dengan serius.

Kemudian Minhyun hanya terkekeh lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya memasuki mobil.

=====

"Kemarin Minhyun bilang gitu?"

Taehyung mengangguk, sembari menghirup minumannya.

"Terus? Kamu bilang apa?" tanya Alina penasaran.

Tapi respon Taehyung hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh. Membuat Alina mencibikkan bibirnya kesal.

"Lagian ngapain sih pengen tau banget tentang dia? Naksir lo?" Taehyung mencibir, membuat Alina jadi mendelik.

"Dia pulang karena Papa, tau!"

"Terus? Lo nyesel? Ngerasa bersalah?" tanya Taehyung dengan nada tak suka.

"Gak gitu ih." Alina memajukan bibir bawahnya, "Aku cuma gak enak aja, perusahaan Papanya jadi korban."

Taehyung mendesah pelan, kemudian menarik tangan Alina untuk di genggamnya. "Ya mau gimana lagi? Gapapa egois aja untuk hal ini, aku dukung." ucap Taehyung.

Alina mendesah berat, kemudian mengangguk sambil tersenyum.

Sangat lega rasanya sekarang.

Tanpa Minhyun dan tanpa Jennie di hubungan mereka.

"Taehyung?"

Keduanya menoleh, menatap seorang cewek yang menghampiri mereka.

Seketika Alina menarik ucapan yang ada dipikirannya tadi.

Hubungan mereka memang sudah terbebas dari Minhyun, tapi untuk Jennie, sepertinya belum.

A/n

Akhirnya.......

PubG-kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang