26

3.3K 327 117
                                    

Suasana mendadak canggung.

Chaeryeong  meringis kecil, ia merasa salah sudah berada disini.

"Gue naik keatas ya. Lanjutkan-lanjutkan." ujarnya kemudian segera naik tangga dengan langkah cepat.

Taehyung berdehem.

"Lin–"

"Tae, gue capek." potong Alina cepat.

Alina menatap  Taehyung sebentar, kemudian mengalihkan wajah.

"Gue capek kalau berantem terus."

"Kamu pikir aku gak capek?" balas Taehyung membuat Alina kini mendongkak kembali memandangnya dengan kekehan kecil.

"Hm... Kita sama-sama capek. Terus sekarang mau gimana?" tanya Alina

Taehyung menghela dengan berat.

"Lin—"

"Sekarang aku tanya Tae, kamu mau gimana?" suara Alina bergetar, Taehyung sadar itu.

Taehyung mengeraskan rahangnya.

"Keputusan ada di kamu. Tugas aku selesai. Aku udah jelasin semuanya tentang Jennie, terserah kamu mau percaya atau enggak." ucap cowok itu membuat Alina menganga tak percaya dengan apa yang diucapkannya.

"Sekarang tinggal kamu yang jelasin, maksudnya jalan sama Jimin sampe jam segini apa?" tanya Taehyung kembali.

Alina mendengus.

"Udah aku jelasin, Jimin temen aku. Dia temen kita. Kenapa harus di besar-besarin sih?!"

"Aku sama dia cuma beli martabak dan—"

"Beli martabak dari jam 8 sampe jam 10, beli dimana neng? Singapura?" sarkas Taehyung.

Alina mengerjap, memandang Taehyung dengan kecewa.

"Terserah kalau kamu gak percaya." ucap Alina.

Taehyung terkekeh sinis, "Aku bakal percaya kalau seandainya tadi Jimin gak genggam tangan kamu." ucap cowok itu membuat Alina tersentak.

"Kenapa? Kaget aku tau?"

"Lin, aku ngikutin kamu sama dia dari tadi."

"Jangan kayak cewek murahan gitu dong. Udah punya pacar malah gandengan sama cowok lain."

Alina membelalak kaget.

Tidak percaya dengan apa yang baru saja Taehyung katakan.

Tidak. Dia tidak salah.

Tadi di saat meninggalkan tempat martabak dengan tiba-tiba Jimin menggenggam tangannya, dan dia tidak sempat menolak karena memang pikirannya sedang kacau.

Alina mendongkak, menatap Taehyung dengan mata berkaca-kaca.

Tidak, pertahanannya tidak boleh runtuh sekarang.

"Kalau kamu gak percaya. Oke, gak papa.  Tapi aku tegasin sekali lagi, aku sama Jimin gak punya hubungan apa-apa. Kita murni temenan, dan tadi Jimin cuma niat hibur aku." Alina menarik napas, kemudian ia hembuskan dengan kasar, "Soal pegangan tangan, itu gak sengaja. Jimin juga udah bilang di mobil dia cuma refleks. Dan aku bukan cewek murahan." tegas cewek itu pada kalimat terakhirnya.

Alina tersenyum sinis, menatap Taehyung yang kini juga menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Udahlah Tae, aku udah capek, kamu juga sama kan? Yaudah, sampai sini aja." final gadis itu dengan berat hati.

"Lin—"

"Tadi kamu sendiri yang bilang, keputusan ada ditangan aku. Dan ini keputusan aku. Kita udahan." tegas Alina.

PubG-kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang