Sanaya keluar dari ruang khusus ujian dengan wajah lesu, dia berjalan dengan sesekali memijit pelipisnya sedikit meredakan kepalanya yang pusing.
Soal soal yang dia kerjakan begitu menguras seluruh isi otaknya karena mapelnya Biologi dan hari ini semua ujian sudah dia laksanakan.
Ketika melewati koridor kelas, beberapa teman seangkatannya sempat meliriknya bahkan sedikit menggunjingnya, tapi dia sudah menulikan telinganya untuk tak mendengar ucapan mereka. Setidaknya berita tentang dirinya yang lalu sudah terbukti bahwa dia tak sebejat apa yang dipikiran mereka.
"Kak Sanaya makin manis aja nih wkwkw" goda Andi dan teman-temannya bersiul kala Sanaya melewati kelas adik kelasnya itu.
"Makasih, gue emang manis dari dulu. Lo nya aja yang nggak nyadar." Balas Sanaya yang membuat mereka tergelak.
"Pedemu mbak..." sahut salah satu teman Andi yang membuat Sanaya tertawa.
"Gimana tadi ujiannya? Soalnya pasti susah, ya?" Sanaya mengangguk menjawab itu. Lalu mereka pun merespon dengan mendoakan Sanaya semoga mendapat nilai yang memuaskan.
"Kalian masih aktif teater kan?" Tanya Sanaya.
"Masih dong, kak. Kan sekarang teater jadi ekstra favorit di sini. Tapi untuk nanti ketika ada penerimaan anggota lagi, gue sama anak lain mau adain seleksi dulu, mereka ada bibit akting yang bagus atau nggak." jelas Andi yang diketahui sudah menjadi ketua teater sekarang.
Sanaya mengangguk mendengar itu, "Sip. Sukses selalu ya buat kalian. Pokoknya buktikan kalau teater itu ekstra yang keren." Sanaya mengacungkan jempolnya. Mereka semua bertepuk tangan sambil tertawa riang.
"Dan kami juga turut berduka atas suami lo, Kak. Moga nanti ada pengganti yang lebih baik." Salah satu teman Andi berucap dan dibalas senyuman oleh Sanaya.
"Amin, makasih ya doanya. Semoga Rega tenang disana." Setelahnya Sanaya di ajak foto bareng oleh mereka, katanya sebagai kenang-kenangan sebelum mereka berpisah dan tentu akan sulit untuk bertemu lagi dengan Sanaya.
"MAMAA..."
Mereka semua menoleh ke arah anak kecil berumur tiga tahunan yang berlari menghampiri Sanaya dan dibelakangnya ada Revi yang berteriak agar anak kecil itu tak berlari.
Sanaya merentangkan kedua tangannya kala melihat Raffa yang sudah dekat. Setelah itu Sanaya memeluk anak kesayangannya ini. Tadinya Sanaya ingin menitipkan Raffa kepada mertuanya tetapi dia urungkan dan akhirnya dia membawa Raffa ke sekolah setelah mendapat ijin dari kepala sekolah. Soal Alfan, lelaki itu tengah mengurusi cabang bisnisnya di Bali. Jadi dia tidak bisa menjaga Raffa.
"Mama ante Lepi nakal ma.. " adu Raffa kepada Sanaya.
"Nakal kenapa?"
Revi yang baru saja sampai sambil mengatur nafasnya yang ngos ngosan itu memilih duduk di sebelah Andi.
"Ya ampun, anak lo itu tadi mau minta cilok di depan gerbang sekolah itu loh. Tapi dia mintanya cilok dicampur es krim njir! Ya jelas gue larang lah, mana ada cilok campur es krim. Yang ada anak lo ntar sakit eh lo nyalahin gue lagi," cerocos Revi setelahnya dia meminum air putih pemberian teman Andi.
"Bener kayak gitu, Raf?" Tanya Sanaya tajam sambil menatap Raffa. Raffa yang ditatap hanya mengangguk kecil lalu menunduk. Melihat itu mereka semua gemas, karena wajah Raffa sangat menggemaskan.
"Ya ampun kak, anak lo imut banget." Puji Andi kepada Raffa.
"Makasih loh Ndi, gue emang imut." balas Revi sambil tertawa yang langsung mendapat jitakan dari Andi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Husband
Teen FictionSpin-off dari MOH. Ketika sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, memang begitulah siklus kehidupan. Hanya saja, kita tak tahu seberapa lama kita bersama orang yang kita temui sebelum perpisahan menjadi sebuah fakta bahwa semua tidak ada yang ke...