Tau tidak, bahwa harta paling berharga itu adalah keluarga? Kalau menurut Rega sih iya, karena memang itulah yang dirasakan Rega. Terlebih ketika dia mendengar kabar bahwa Sanaya mengandung anaknya, dia sangat bersyukur keluarga kecilnya akan semakin lengkap. Rega bahkan rela melakukan apapun agar Sanaya merasa senang ketika masa nyidamnya.
Seperti saat ini, dia tengah mengantri mendapatkan nasi bungkus gratis yang di adakan masjid di dekat apartemennya. Sanaya ingin nasi bungkus itu.
"Ini Mas, semoga bisa mengenyangkan perutnya yaa..." ucap salah satu panitia yang memberikannya nasi bungkus.
Rega meringis pelan, "Iya Mas, makasih. Kalau begitu saya permisi..."
Rega pun berlari dari masjid menuju gedung apartemennya. Sesampainya di rumah kecilnya itu, Rega melihat Sanaya yang tidur pulas di sofa dengan televisi yang menyala. Rega mendekat, lalu mengelus kepala Sanaya penuh sayang.
"Pa..." Rega menoleh, mendapati Raffa yang masih memakai seragam TK nya.
"Raffa nggak ganti baju?" tanya Rega sambil menerima pelukan Raffa.
Raffa menggeleng, "Afa cakit Pa... Kepala Afa pucing banget."
Rega langsung mengecek kening Raffa yang memang panas. "Ayo ke kamar, kamu harus istirahat." Rega meletakkan nasi bungkus itu di meja dan segera menggendong Raffa menuju kamar.
Rega menggantikan baju Raffa, tak lama pintu kamar di buka oleh Sanaya. Sanaya dengan wajah bantalnya nampak lesu. Dia berjalan lunglai menghampiri Rega juga Raffa.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Sanaya khawatir setelah melihat wajah pucat Raffa.
"Afa cakit Mama... Maapin Afa ya Ma, di cekolah Afa beli es klim telus, mungkin ini Afa jadi cakit." aku Raffa pada Sanaya.
Sanaya menghela nafas mencoba memaklumi, dia kemudian berbaring di sebelah Raffa sedangkan Rega mengambil kompresan untuk Raffa.
Sanaya mengelus pipi Raffa, "Mama tau Raffa suka es krim. Tapi makan es krim tentu aja ada batasnya, kalo berlebihan ya gini nanti Raffa bisa sakit. Mulai sekarang, Raffa kalo makan es krim harus tau aturannya, ya? Mama bolehin Raffa makan es krim, tapi kalau keseringan Mama tentu nggak bolehin. Sekarang ngerti?"
Raffa menangis, "Mama... Hiks... Maapin Afa ya Ma? Afa janji ndak akan makan es klim banyak-banyak, Afa ndak mau buat Mama malah sama Raffa... Hiks..."
Sanaya tersenyum, dia menghapus air mata Raffa, "Eih kok malah nangis? Mama nggak marah kok. Mama tuh nggak bisa marah sama anak pinter dan baik kayak Raffa. Mama cuma ngasih tau ke Raffa." Sanaya memeluk Raffa dalam pelukannya.
"Kepalanya masih pusing? Mau mama pijit?"
Raffa mengangguk, Sanaya pun lantas memijit kepala Raffa pelan. Rega datang membawa dua cangkir teh anget dan se baskom air kompresan.
"Dek, kamu minum dulu teh buatan aku. Raffa biar aku yang urus." perintah Rega.
Sanaya pun menurut saja, dia kemudian meminum teh angetnya. Sedangkan Raffa sedang di urus oleh Rega. Tak lama Sanaya merasa ngantuk, "Mas, aku ngantuk. Aku tidur ya?"
"Tidur aja." balas Rega.
Sanaya pun membaringkan tubuhnya lalu tak lama sudah terlelap tidur, begitu pula Raffa. Melihat itu Rega tersenyum. Rega mengecup kening Sanaya dan Raffa bergantian.
🌄
Di kediaman Raksi, kini Revi baru pertama kali melihat Pak Bakri, ayah Raksi. Gugup sekali ketika Pak Bakri menatapnya menilai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Husband
Teen FictionSpin-off dari MOH. Ketika sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, memang begitulah siklus kehidupan. Hanya saja, kita tak tahu seberapa lama kita bersama orang yang kita temui sebelum perpisahan menjadi sebuah fakta bahwa semua tidak ada yang ke...