Dua puluh dua🍃

3.9K 319 18
                                    

Rega menatap ke sekelilingnya yang terdapat padang rumput hijau yang sangat luas. Dan disitu dia hanya sendiri tanpa ada sosok siapapun.

"Apa aku kembali mati?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Rega menyusuri padang rumput luas itu dan menikmati hembusan angin segar yang menerpanya. Langit biru itu begitu terang dan menyegarkan mata. Rega menyukai tempat ini. Pasti akan lebih seru jika dia bergandengan tangan dengan Sanaya disini.

"AYAHHH!"

Rega langsung celingukan ketika mendengar suara anak kecil. Rega sedikit lega karena dia tak sendiri disini dan barusan dia mendengar suara anak kecil yang memanggil ayahnya.

Rega menapaki bukit dan matanya menatap lurus ke depan dimana ada anak kecil laki-laki yang Rega taksir umurnya tiga tahunan itu tengah berlari menuju ke arahnya.

"AYAHHH!"

Rega mengernyit, "Ayah? Siapa yang dipanggil bocil itu Ayah?"

Netra Rega melebar ketika melihat anak kecil itu jatuh lalu menangis. Rega langsung turun bukit dengan berlari menghampiri anak kecil itu.

Rega membantu anak kecil itu berdiri sedangkan dia jongkok untuk menyamakan tingginya. "Kamu nggak papa?"

Anak kecil itu sudah berhenti menangis, kini anak kecil itu tersenyum lebar ke Rega dan memeluknya, "Ayahh, hihihi,"

Rega bingung, kenapa anak ini memanggilnya ayah? "Dek, kayaknya kamu salah bapak deh, saya bukan ayah kamu."

Anak kecil itu melepas pelukannya dan masih tersenyum lebar, "Ayah... " Anak kecil itu mundur perlahan-lahan dan menjauh dari Rega.

Rega tidak tahu harus bereaksi seperti apa, matanya membulat lebar ketika anak kecil itu perlahan hilang.

MAS REGAAAAA

Rega berdiri seketika, dia mendengar teriakan Sanaya yang menggema. Dia menajamkan telinganya agar bisa mendengar suara Sanaya.

MAS REGAAAA JANGAN PERGII

Rega berlari mengikuti arah suara itu, "AKU DISINI SAYANG!" teriak Rega agar Sanaya mendengar meskipun dia tak tahu dimana Sanaya sekarang.

Dia terus berlari sampai tak sadar di depannya ada jurang dan dia tak sempat mengerem larinya. Rega terjatuh ke jurang gelap itu.

"SANAYAA!" Rega terduduk dengan keringat yang membasahi pelipisnya.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Mas," Rega menoleh dan mendapati orang berpakaian seragam polisi.

"MAS REGAAAA"

Lagi-lagi Rega mendengar teriakan istrinya, Sanaya. "Pak, dimana istri saya?"

"Dia ada di ruangan sebelah, dan setelah dia bangun dari pingsaannya dia terus berteriak manggil nama Mas. Sebaiknya Mas segera temui dia."

Rega segera bangkit dan berlari keluar ruangan. Di pintu ruangan sebelah ada dua polisi yang berjaga dan Rega segera saja masuk. Rega melihat bagaimana Sanaya berteriak memanggil namanya dengan air mata bercucuran. Seorang dokter dan suster saja sampai kuwalahan menenangkan Sanaya.

"Dek, aku disini..." Rega datang dengan wajah tenang dan senyum tipis. Sanaya berhenti berteriak, tetapi air matanya tak henti-hentinya mengalir di pipinya.

Rega memberi isyarat ke dokter dan suster untuk keluar. Mengerti itu mereka pun keluar dan meninggalkan Sanaya juga Rega disitu.

Rega duduk di tepi ranjang yang ditempati Sanaya, matanya menatap Sanaya yang menggigil dan Sanaya yang juga menatapnya dengan air mata bercucuran deras.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang