Empat belas🍃

4.5K 309 37
                                    

Rega menatap komputer yang menampilkan rekaman cctv di baseman tadi malam dengan teliti. Hatinya mencelos ketika dia melihat pisau itu menggores lengan Sanaya sampai luka separah itu.

"Orang itu sudah sembunyi dibalik pilar dan memang sepertinya direncana untuk mencelakai istri Mas."

Rega mengalihkan pandangannya ke satpam di sebelahnya, "Sepertinya iya, bisa diperbesar lagi pak? Biar saya liat dengan teliti sosoknya."

"Bisa Mas," penjaga cctv itu langsung memperbesar, dan Rega lebih mendekatkan wajahnya untuk melihat ciri-cirinya. Rega dapat melihat, orang yang melukai Sanaya adalah seorang cowok. Dia memakai gelang karet hitam dua di tangan yang digunakan untuk melukai Sanaya.

"Saya sudah dapat sedikit petunjuk, semoga ini awal yang baik untuk menangkap pelaku." Ucap Rega sambil tersenyum tipis.

"Amin, Mas. Emm sebaiknya kalian lebih hati-hati, mungkin saja orang ini punya dendam masa lalu yang belum tuntas atau bisa saja ada motif lainnya. Hati-hati aja..." sahut penjaga itu.

Dendam masa lalu yang belum tuntas?

Arlos?

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu Pak, istri saya pasti sedang menunggu. Terimakasih sudah diijinkan masuk kemari."

"Sama-sama, silahkan..." ucap mereka, lalu Rega mengangguk sekilas kemudian keluar dari ruangan itu.

Sambil berjalan menuju baseman, dia terpikirkan tentang Arlos. Bagaimana kabar lelaki itu setelah peristiwa ledakan besar di gudang tengah hutan itu? Apa dia sudah benar-benar tewas?

Brakk

"Anjing!"

Rega tak sengaja menabrak cowok hingga yang ditabraknya tersungkur ke lantai baseman. Cowok itu kemudian berdiri sambil menepuk lututnya untuk menghilangkan debu.

"Maaf, gue nggak sengaja nabrak lo sampe jatuh gitu," ucap Rega.

Cowok itu mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang menabraknya, seketika dia menunjuk Rega, "Lo? Hah! Gue kira siapa, untung belum kena semburan gue."

Rega juga sama terkejutnya, "Sekali lagi maaf ya, Erlangga."

Erlangga mengibaskan tangannya seolah hal itu tidak apa-apa, "Lagian lo ngapain jalan keburu-buru gitu? Kayak dikejar kenyataan aja lo." Erlangga terkekeh pelan.

"Gue abis nyelidikin orang yang udah lukai istri gue semalem,"

Erlangga membelalak, "Lukai?? Sanaya dilukai? Sama siapa? Bangsat itu orang!"

Rega menatap aneh Erlangga yang emosinya berlebihan seperti itu, "Kalo gue tau dia siapa nggak mungkin gue cari tau dia lah."

Erlangga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehehe ya maap. Eh tapi bisa ceritain? Siapa tau gue bisa bantu."

Rega pun bercerita tentang semalam dimana Sanaya dilukai oleh cowok misterius itu. Dan respon Erlangga tentunya menggeram marah, dia tak terima perempuan yang masih dia cintai itu dilukai.

"Arlos, apakah ada berita kematian tentang dia enam bulan lalu?" tanya Rega.

Erlangga mengingat-ingat kembali kilasan enam bulan lalu. Seingatnya, tidak ada berita yang meliput peristiwa itu di televisi ataupun media lainnya.

"Setau gue nggak ada, Ga. Mungkin bang Alfan tau, coba tanya dia. Gue sementara bakal bantu lo nyari pelaku itu."

Rega mengangguk sambil menepuk bahu Erlangga keras sebagai tanda terimakasih. Setelahnya mereka berpisah, Erlangga yang masuk ke mall untuk menjemput Chery dan Rega yang pulang ke rumah.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang