TOK TOK TOK
TOK TOK TOK
TING TUNG TING TUNG
Sanaya yang sedang menyetrika itu terperanjat kaget dengan suara itu, dia bergegas memakai krudung asal lalu keluar kamar untuk membukakan pintu bagi tamu itu.
TOK TO-
Cklek
"Jadi lo, tamunya?" tanya Sanaya dengan wajah sinis.
Orang yang ditatap sinis Sanaya itu cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ehehehe, Kakak ipar jangan galak-galak gitu napa? Gue jadi ngeri liatnya."
"Ngapain kesini?" tanya Sanaya sambil bersidekap dada.
Sakha memasang wajah pura-pura terkejut, "Ya ampun Kak! Masa adek ipar maen malah ditanya ngapain? Sakit tauk hati gue!" Sakha berganti memegang dadanya.
Sanaya menarik napas pelan lalu menghembuskannya, dia memasang senyum terpaksa, "Yaudah, adek ipar gue, Arsakha, silahkan masuk!"
Sakha menjentikkan jarinya di depan wajah Sanaya, "Nah gitu dong Kak, kan enak liatnya hehehe, oh iya, salim." Sakha menyalimi tangan Sanaya.
Sanaya memutar bola matanya malas. Bagaimana bisa Bunda Sicka memiliki anak seperti Sakha? Sudah playboy, slengean, matre pula. Beruntung Reganya tak seperti itu.
Sakha langsung duduk di sofa dimana Raffa tengah mewarnai sambil mendengarkan musik dangdut yang diputarkan oleh Raffa, Via Vallen– Pamer Bojo.
"Buseeettt! Woi Fa! Seriusan ini kamu dengerin musik beginian?" Sakha menarik rambut Raffa pelan yang membuat anak itu terusik.
Raffa menatap Sakha kesal, "Om Cakha kalo mau ganggu mending pulang aja cana!"
"Astgfirullah! Kenapa kamu tega sama Om? Salah Om apa?" Sakha menggelengkan kepalanya sambil memasang wajah ingin menangis.
Lama-lama ini anak kayak bapaknya dah, suka bat ngusir gue. Ckck
"Salah lo banyak!" Sanaya datang sambil membawa nampan berisi jus tomat juga brownis kesukaan Sakha.
Pletak
"Aduhh ... Kakak ipar kasar banget sama adek ipar!" Sakha mengelus kepalanya yang menjadi korban toyoran emak-emak semacam Sanaya.
"Lo tuh ya! Sumpah, gue kesel banget sama lo, Sak. Heh! Lo ngajarin anak gue yang nggak bener lagi, gimana gue terima? Kalo matre ya jangan ngajarin anak gue juga kali!" omel Sanaya.
"Cerewet banget ni emak-emak anak satu." gumam Sakha yang masih bisa didengar oleh Sanaya.
"BILANG APA LO?"
Raffa terperanjat kaget mendengar Sanaya yang berucap keras. Sementara yang diteriaki hanya cengengesan.
"Ma, jangan teliak-teliak. Kacian adek Afa didalem pelut Mama itu, cabal Ma, cabal." nasehat Raffa yang kini sudah berdiri di sebelah Sanaya sambil mengelus perut besar Sanaya.
"Tuh Kak, dengerin kata Raffa. Sabar Kak, sabar."
"Ora iso! Ora iso sabar aku nek karo koe! Bocah gendeng!" (Nggak bisa! Nggak bisa sabar aku kalo sama kamu! Bocah gila!)
Sakha mengernyitkan keningnya karena tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Sanaya.
"Jangan pake Jawa dong, gatau gue lo ngomong apa tadi?" Sakha mendengus tak terima, pikirannya menduga bahwa Sanaya kakak iparnya menjelek-jelekkan dia yang ganteng itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Husband
Novela JuvenilSpin-off dari MOH. Ketika sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, memang begitulah siklus kehidupan. Hanya saja, kita tak tahu seberapa lama kita bersama orang yang kita temui sebelum perpisahan menjadi sebuah fakta bahwa semua tidak ada yang ke...