Lima belas 🍃

4.5K 317 20
                                    

Sanaya memutar bola matanya malas, dia menatap Rega yang tengah mengepel lantai kamar sedangkan Sanaya hanya berbaring setengah duduk memakan camilan.

"Mas nggak nyuci kain pelnya pake rinso lagi kan?"

Rega berhenti mengepel sejenak, dia menyeka keringat yang mengalir di dahinya, "Nggak kok," dia lalu lanjut mengepel kemudian keluar kamar.

Sanaya menghela nafas bosan, dia bosan seharian tiduran di kasur sedangkan Rega beberes rumah. Dia pun meraih ponselnya, lalu menempelkan ke telinganya.

"Halo, Assalamualaikum mbak Heppy,"

"..."

"Hehe, nanti boleh Raffa diajak kesini?"

"..."

"Abisnya nggak ada Raffa sepi banget mbak, Mas Rega juga suka bikin kesel, kan aku jadi nggak mood,"

"..."

"Hehehee, makasih mbak. Assalamualaikum,"

Tut

Sanaya tersenyum lebar karena nanti Raffa akan datang. Dia pun bangkit lalu beranjak ke dapur untuk membuat makanan ringan, terserah mau Rega melarang atau tidak dia tak peduli, dia juga perlu bergerak.

"Mau ngapain?" Pekik Rega yang baru saja dari balkon menjemur pakaian.

Sanaya menguncir rambutnya sambil memandang Rega yang hampir saja terpeleset karena berlari mendekatinya.

"Nggak kebayang kalo kamu jatoh tadi hahahaa..." Sanaya tertawa terbahak-bahak.

"Karena aku khawatir sama kamu, makanya tadi lari," balas Rega sambil memeluk sekilas Sanaya.

Sanaya melanjutkan langkahnya ke dapur, kemudian mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat puding coklat juga stroberi kesukaan Raffa.

"Mau aku bantu?" tawar Rega, dia berdiri mengamati Sanaya.

"Nggak usah! Mending kamu mandi sana! Nanti ada Mas Alfan sama Mbak Heppy kesini nganter Raffa. Terus abis itu makan, kamu daritadi pagi belum makan, kan?" Sanaya mulai mengaduk adonan puding di dalam panci.

"Iya deh, tapi nanti suapin ya kalo makan,"

"Iya nanti disuapin. Buruan sana!"

Setelahnya Rega berlalu meninggalkan Sanaya yang berkutat di dapur.

Lima menit kemudian Rega keluar dari kamar dengan bertelanjang dada, dia berjalan mendekati Sanaya yang tengah menuangkan puding yang sudah matang ke dalam cetakan.

"Kamu ambil makanannya, nanti aku suapin." ucap Sanaya lalu tangannya cekatan membereskan panci yang sudah dia bersihkan ke tempatnya.

Rega yang ingin mengambil lauk tiba-tiba merasa ingin muntah, dia segera berlari ke wastafel.

"Kamu kenapa?" tanya Sanaya khawatir, dia mengurut tengkuk Rega yang masih saja muntah-muntah tetapi tak mengeluarkan apapun.

Rega mencuci mulutnya kemudian menatap Sanaya, "Nggak tau, tadi pas mau ambil lauk tiba-tiba pengen muntah karena baunya nyengat banget."

"Masa telur bacem baunya nyengat?" Sanaya heran. Tapi tak ayal dia mengambilkan air putih untuk Rega.

"Minum dulu, nanti aku buatin makanan lain kalo nggak suka telur bacem nya." Rega mengangguk, lalu meminum air putihnya.

Setelah itu Rega duduk di sofa menunggu Sanaya yang tengah menggoreng tempe untuknya.

Tak lama Sanaya datang membawa sepiring nasi dengan lauk tempe saja, dia kemudian duduk di sebelah Rega. Tangannya menyendokkan nasi lalu dia suapkan ke mulut Rega.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang