Tiga belas🍃

4.4K 351 25
                                    

Menatap bekas luka bakar di lengannya, dia kembali terngiang kejadian enam bulan lalu. Semua rencana yang dia susun matang-matang, hancur berantakan.

Dan sekarang, dia harus melihat bagaimana mesranya mereka bersama keluarga kecilnya yang  membuatnya muak. Dia tak suka melihat mereka bahagia, sedangkan dia tidak.

"Gimana kalo gue hancurin lagi?" Dia menyeringai sambil mengelus wajah tampannya.

"Alan... Manfaatkan wajah baru lo ini, hahaha..."

Tawanya menggema di ruangan yang sunyi. Masih dengan tawanya yang terurai, dia memgambil foto yang ada di meja rias.

"Nanda, gue kangen lo." Tangannya mengusap permukaan figura foto itu, "Andai aja waktu itu lo milih gue, gue nggak akan nyakitin lo dan semua nggak akan kayak gini..."

PYARR

Figura yang semula utuh itu kini sudah pecah akibat dibanting dengan keras membentur lantai.

"Tapi lo pantes mati! Percuma lo idup, Nanda. Suami lo itu bajingan hahaha, dia udah nikah lagi." Tangannya menunjuk ke arah foto yang bercampur pecahan kaca.

Dia menunduk untuk mengambil foto itu, lalu kembali berdiri, "Mau gue bales nggak? Masa mereka bahagia sedangkan lo sama gue nggak? Gila kali ya! Hahaha..."

"Tenang sayang, Alan ini akan membalas mereka!"

🌄

Sanaya mengamati jam yang ada di kamarnya, sedangkan Raffa asik berceloteh di sebelahnya memainkan boneka barbie juga robot. Raffanya baru dihantar oleh Alfan satu jam lalu karena lelaki itu harus ke luar negeri untuk pengobatan ibunya yang masih butuh perawatan.

"Belbi... Aku mencintaimu... Boleh aku menciummu?"

"Ha?" Sanaya terperangah sambil menatap Raffa yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Siapa yang ngajarin kamu bicara kayak gitu, hm?" tanya Sanaya sambil menjauhkan boneka Barbie juga robot yang diposisikan oleh Raffa seperti ingin berciuman.

"Hehehe, kemalin malem Afa liat Dad cama Momi cium cium. Afa pengen Maaa" Raffa memanyunkan bibirnya lalu memeluk Sanaya tiba-tiba.

Sanaya menangkap Raffa yang hampir saja jatuh ke lantai karena memeluknya tiba-tiba,
"Astaghfirullah Raffa, kamu itu masih kecil, belum boleh cium gitu kecuali sama Mama, Papa, Mom atau Dad." Sanaya mencoba menjelaskan.

Ingatkan Sanaya untuk menegur Alfan dan Heppy yang ceroboh hingga Raffa melihat kegiatan mereka.

"Telus, Afa kapan bolehnya?" Tanya Raffa sambil mengerjakan matanya polos.

Sanaya mencubit hidung Raffa, "Kalo Raffa udah gede terus udah menikah, baru boleh."

Raffa tertawa begitupula Sanaya. Setelahnya Raffa memeluk Sanaya lalu menyenderkan kepalanya di bahu Sanaya. Sanaya mengelus kepala Raffa penuh sayang.

"Raffa kenapa? Kok tiba-tiba lemes?"

Raffa menggeleng, "Ndak apa-apa, Afa cuma capek cyuting mulu. Bocen jadi olang ganteng Maaa"

Sanaya tergelak, ada-ada saja Raffa ini. Bagaimana bisa menjadi cogan itu membosankan? Dasar Raffa.

"Kan malah seneng banyak yang suka sama Raffa, sekarang kan Raffa sering masuk tipi kan? Uh anak mama keren banget!" Sanaya mengecup puncak kepala Raffa yang menguarkan aroma wangi melon.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang