Empat🍃

4.4K 356 53
                                    

Di sudut ruangan yang gelap karena cahaya matahari yang terhalang oleh tirai yang tertutup rapat, seseorang tengah duduk di depan komputer dan tangannya yang bergerak lincah menekan keyboard.

Akibat gelapnya ruangan itu sampai membuat sang pemilik kamar itu tak terlihat jelas bagaimana rupanya. Hanya ada cahaya dari layar komputer yang menjadi penerang satu-satunya.

Namun itu hanya sesaat, karena tangannya kini berhenti menekan tombol di komputer. Dia kemudian meraih ponselnya lalu menghidupkan layar ponselnya.

Matanya terpaku pada foto yang dijadikan wallpaper di home screen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matanya terpaku pada foto yang dijadikan wallpaper di home screen. Rasa rindu masuk menyeruak di dalam dadanya. Mata itu, senyum itu, serta pipi itu membuatnya ingin sekali bertemu dan memeluknya erat.

Tak ingin berlama-lama menatap foto itu, dia mematikan ponselnya lalu menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya.

Cklek

Suara pintu terbuka, namun sang pemilik kamar seolah enggan melihat siapa yang membuka pintu kamarnya.

"Dia datang,"

Kepalanya terangkat seketika, memutar tubuh dan menatap sosok lelaki yang berdiri di ambang pintu.

"Jangan biarin dia masuk kamar ini! Apapun alesannya." perintah sang pemilik kamar dengan nada dingin.

Lelaki itu hanya tersenyum miring mendengar perintah itu, "Pengecut! Mau sampai kapan lo main kucing-anjingan? Sampe dia nik-"

"Stop! Keluar lo!"

Lelaki itu menggeram tertahan, tangannya bahkan sudah terkepal kuat, "Anjing! Gue nggak nyangka lo se-pengecut ini, bang."

🌄

Sanaya tersenyum lebar kala melihat wajah mertuanya yang hampir satu bulan tak dia temui. Tentu saja karena kesibukan yang dia jalani. Dan malam ini sehabis dari tempat kerja dia sempatkan untuk datang kemari.

"Raffa, salim sama Opa dan Oma..."

Raffa mengangguk lalu mengulurkan tangannya mencium tangan Sicka dan Rion bergantian.

"Gemesin banget cucu Oma ini, uwuuu" Sicka menguyel-nguyel pipi Raffa dan Rion hanya mengusap pelan kepala Raffa.

"Oh iya bentar, Bunda buatin minum dulu ya..." Saat Sicka hendak berdiri, Sanaya menahannya.

"Nggak perlu, bunda. Nanti Sanaya bikin sendiri kalau haus." ucap Sanaya sambil tersenyum sesekali matanya mengawasi Raffa yang mulai berlarian kesana kemari.

"Gimana kabar kamu? Ayah dengar kamu bekerja di catering rumahan, bener?" Rion bertanya kepada Sicka.

"Alhamdulillah baik, Yah. Iya, Sanaya kerja disitu, kebetulan kerja di situ juga bisa sambil ngawasin Raffa." Rion dan Sicka mengangguk.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang