Tiga puluh tiga🍃

1.7K 248 27
                                    

Setelah acara ulang tahun kecil-kecilan itu berakhir, semua orang pulang ke rumah masing-masing terkecuali Arlos dan Panji. Mereka memilih tinggal sebentar untuk membantu beberes, tahu sendiri kalau Rega tak bisa mengandalkan adik kampretnya itu.

Sanaya sendiri sudah tidur, karena dia kelelahan dan perutnya yang terasa keram sedari acara dimulai. Maka dari itu dia memilih segera beristirahat.

"Ga, semua udah beres. Kita berdua mau pamit,"

Rega yang sedang mengelap piring yang habis dicucinya itu menoleh, "Oh, makasih Kak bantuannya. Itu di meja ada dua bingkisan, ambil!"

Panji yang hendak menolak segera disikut oleh Arlos, "Ambil Ji, jangan ditolak. Itu yang nyiapin adek gue,"

Melihat itu, Rega tersenyum tipis. Arlos yang dulunya ingin sekali melenyapkan istrinya kini berbalik sangat menyayanginya.

"Iye-iye dah, gue ambil ye, Ga, sekali lagi makasih." Panji mengambil bingkisan itu lalu tersenyum lebar ke arah Rega.

Rega mengangguk, "Yoi."

Baru saja Panji dan Arlos hendak membuka pintu untuk keluar dan Rega yang tengah minum air dingin tiba-tiba dikejutkan dengan suara Sanaya.

"MAS!!!"

"MAS REGA! AKU TAKUUUT"

Rega tersedak, tetapi dia segera berlari ke kamar karena panik dan tak memperdulikan tenggorokannya yang terasa perih akibat tersedak.

Arlos dan Panji pun jadi bergegas berdiri di ambang pintu kamar untuk melihat apa yang terjadi dengan Sanaya.

Di atas tempat tidur, Sanaya duduk kaku memegang perutnya sambil menangis. Rambutnya terlihat acak-acakan bercampur keringat.

Melihat itu, Rega langsung duduk di tepi ranjang, "Kenapa, Dek?"

Sanaya menangis sambil menahan keram dan nyeri yang teramat sakit di perutnya, "Hiks ... B-basah Mas ... Hiks hiks ... "

Rega jadi ambigu tapi panik saat bersamaan, "Ap-apanya yang basah? Kenapa?"

Sanaya mencengkram erat lengan Rega karena perutnya makin nyeri, "M-mas ... S-s-sakit hiks ... A-aku j-juga ngompol terus nggak berenti-berenti ..." jelas Sanaya dengan terbata.

Rega langsung meraba kasur yang diduduki Sanaya, mengecek, dan benar kasurnya basah.

"ITU BUKAN NGOMPOL ASTAGA!" Pekik Arlos dan segera mendekati Sanaya yang sudah hampir tak sadarkan diri.

"AYO KITA BAWA SANAYA KE RUMAH SAKIT! AIR KETUBANNYA PECAH!" Dengan panik Arlos memakaikan krudung asal ke kepala Sanaya lalu memukul kepala Rega kencang karena lelaki itu malah melamun.

Panji yang berada di ambang pintu kamar segera menyingkir.

Rega yang sadar langsung menggendong Sanaya lalu membawanya keluar dan turun menuju depan. Arlos dan Panji bergegas ke basemen untuk mengambil mobil Rega.

Rega mencoba memanggil-manggil istrinya agar tetap sadar, "Dek ... Sanaya ... Bertahan sayang! Aku disini."

Beberapa orang yang ada di lobby apartemen melihat dengan tatapan penasaran, namun setelah melihat perut Sanaya yang besar, mereka sudah menduga mungkin akan melahirkan.

Tin tin

Bunyi klakson mobil yang dikendarai Arlos membuat Rega langsung membuka pintu mobil belakang dan meletakkan Sanaya pelan-pelan dibantu oleh Panji.

Setelah menidurkan Sanaya dengan posisi yang baik, Arlos segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

🌄

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang