Tiga puluh dua🍃

2.9K 306 18
                                    

Sakha hanya mendengus kesal sedari tadi, harusnya dia mengantar Raffa langsung pulang saja bukan malah mampir. Dan sekarang? Dia terjebak di dapur dengan wajah, tangan serta bajunya penuh dengan tepung karena ulah abangnya.

Ya, saat ini dia tengah membantu, bukan membantu, tepatnya dipaksa untuk ikut membuat kue oleh Rega.

"Plis deh Bang, lo udah kacauin kencan gue sama cewek baru gue tau nggak!"

"Nggak." balas Rega cuek, lelaki itu masih menghias kue dengan topping warna warni sebelum dimasukkan ke dalam oven.

"Bang, lo kok gitu sih? Jahat banget sama adek sendiri," kesal Sakha.

Rega memandang Sakha datar, kemudian tangannya bersidekap dada, "Harusnya lo sadar! Jangan sering mainin cewek! Kalo lo kena karma mampus!" Rega kemudian membawa loyang berisi kue itu lalu dimasukkan ke dalam oven.

"Massss!!" Sanaya datang sambil berteriak.

"Massss ..." Sanaya tiba di depan dapur sambil ngos-ngosan.

Rega mendekat sambil menatap tajam Sanaya, "Kamu kenapa lari-lari? Cukup panggil aku, nggak usah lari."

"Aaaaaa uwu bangeddddd!! Dih sok banget lu Bang!" celetuk Sakha.

Rega tak memperdulikan Sakha, dia masih menunggu penjelasan Sanaya.

"Masss, kamu tau nggak? Kak Arlos, Mas, Kak Arlos bebas!!" Sanaya menitikkan air matanya.

Rega diam sejenak untuk mencerna ucapan Sanaya, setelah dia paham, dia tersenyum. Dia memeluk Sanaya, "Alhamdulilllah Dek, semoga dia bisa menjadi orang yang lebih baik setelah dibebaskan."

"Mas, dia juga sama temennya Kak Panji bakal tinggal di apartemen sebelah. Mereka jadi tetangga kita, hihihi, aku seneng bangett!!"

Rega melepas pelukannya, "Kapan dia booking apartemen sebelah?"

"Katanya sih dibookingin sama polisi yang bantu bebasin mereka. Wahhh pasti nanti acara ulang tahun Mas bakal rame," Sanaya tersenyum sumringah.

Melihat istrinya yang nampak bahagia, Rega tersenyum, dia mengelus puncak kepala Sanaya yang berlapis jilbab.

"Yaudah, kamu ke kamar lagi aja. Biar aku sama Sakha yang siapin semuanya buat acara nanti malam."

"Lo aja deh Bang, gue mau pergi, enak aja lo nyuruh-nyuruh!" sahut Sakha.

Sanaya melirik Sakha, "Nggak mau bantu nggak usah minta brownis lagi lo!"

Sakha meringis, untuk soal itu dia tak bisa apa-apa. Brownis buatan kakak iparnya itu adalah makanan favoritnya, Sakha juga tak tau kenapa dia bisa suka dengan brownis buatan Sanaya.

Terlebih bila nanti Sanaya pulang kampung dan memilih lahiran di Kudus, dia pasti akan sangat merindukan brownis buatan Sanaya.

"Iya deh, orang ganteng ngalah aja," putus Sakha, dia kemudian lanjut mengaduk adonan kue dengan lemas.

🌄

Sanaya memandang ruang tamu yang sudah dihias oleh Rega juga Sakha. Di sudut-sudut ruangan terdapat balon warna-warni dan ada beberapa hiasan lainnya.

Sanaya tersenyum senang, niatnya yang ingin menyiapkan ini semua, namun tak jadi. Sanaya berjalan menuju dapur untuk membuat teh untuk mertuanya nanti yang juga akan datang.

"MAMAAA HUAAAA" Raffa datang sambil menjerit-jerit, pipinya dipenuhi air mata. Jangan lupakan celana Raffa yang melorot separuh.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang