Sembilan🍃

4.9K 376 15
                                    

Di dalam ruangan itu Sanaya sedang terbaring tidur, Sanaya kembali ke panti rehabilitasi, hanya untuk jaga-jaga apabila psikisnya kembali terganggu.

Sudah hampir lima jam lamanya Sanaya tertidur karena obat yang diberikan oleh psikiaternya. Rega yang masih setia menemani di kamar khusus Sanaya hanya bisa diam sambil menggenggam tangan gadisnya itu.

"Kamu tidak perlu terlalu khawatir, Sanaya hanya syok ketika orang yang dia anggap tidak ada tiba-tiba muncul. Pikirannya menganggap bahwa dia hanya halusinasi dan pasti tipuan, maka dari itu Sanaya histeris. Setelah saya beri obat dan saat nanti dia sadar, coba kamu ngomong pelan-pelan, jelasin bahwa kamu memang ada disini, kembali." penjelasan dari psikiater Sanaya masih terngiang jelas di telinganya.

Rega mengecup pelan kening Sanaya lalu kembali menatap wajah damai Sanaya yang tertidur. Rasa hangat kembali menjalar di hatinya kala melihat Sanaya yang masih menantikan dirinya, mencintainya dan tidak berpaling ke hati yang lain.

"Eungh..." Sanaya melenguh pelan sembari menggerakkan kepalanya. Perlahan mata yang tertutup itu terbuka lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Rega tersenyum melihat Sanaya, "Halo Sanaya..." sapa Rega.

Sanaya menyipitkan matanya lalu mencoba bangun untuk duduk, Rega pun membantu Sanaya untuk duduk.

Setelah mendapat posisi nyaman untuk duduk Sanaya kembali menatap orang di depannya, antara ragu tangannya itu terulur memegang wajah Rega dengan kedua tangannya.

"Virgie... Kamu mirip sama suami saya," ucap Sanaya pelan sambil mengusap pelan pipi Rega. Lelaki itu memejamkan matanya menikmati sentuhan dari Sanaya.

Rega kembali membuka matanya kala tangan Sanaya menghilang dari wajahnya, tangannya pun meraih tangan Sanaya dan menggenggamnya erat.

"Sanaya... Apakah kamu rindu suami kamu?" tanya Rega dengan menatap dalam mata Sanaya.

Sanaya mengangguk, air mata menetes dari matanya, "Saya rindu... Bahkan saya sampai membayangkan kamu itu dia."

"Kalau begitu peluk saya, peluk seerat mungkin. Lampiasin rasa rindu itu..."

Tanpa basa-basi Sanaya langsung memeluk Rega erat sambil menangis terisak, "Rega hiks... Aku rindu kamu... Aku ingin ketemu hiks..."

Rega ikut menangis mendengarnya, dia tak lagi bisa menahan air matanya agar tidak jatuh, tapi ternyata tidak bisa. Rega mengurai pelukan itu lalu kedua tangannya beralih memegang kedua pipi Sanaya lalu mengecup kedua pipi Sanaya bergantian.

Rega berhenti menciumi wajah Sanaya lalu menempelkan keningnya ke kening Sanaya. Wajah mereka sangat dekat.

"Lihat mata saya Sanaya, apakah kamu sudah tau siapa saya sebenarnya?"

Sanaya yang masih menangis itu menatap mata milik Virgi, dan saat dia menemukan kejanggalan bahwa iris mata itu hanyalah softlens, Sanaya langsung mengangguk dan memeluk Rega erat.

Tangisan Sanaya begitu menggema di ruangan itu, dia tak menyangka semua akan seperti ini.
Rasa haru, senang, dan kepingan hatinya yang hilang kini kembali menyatu.

Reganya telah kembali...

"Bahwa setiap yang ditakdirkan Allah adalah milikku, seberapapun jauh kamu pergi. Kamu pasti akan kembali."

"Ya, dan aku kembali."

Sanaya beralih mencium pipi Rega dan bibirnya sekilas, "Aku kangen kamu hiks ... Rega ..."

Rega mengangguk masih dengan air matanya yang mengalir di pipinya, "Aku minta maaf sayang..."

Mendengar Rega meminta maaf membuat Sanaya makin menangis keras dan memukul dada bidang Rega berkali-kali.

My Precious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang