Nineteen

5.1K 445 108
                                    


Tengah malam Chanyeol terbangun dari tidurnya saat merasakan gerakan acak yang Sehun lakukan di sebelahnya. Sehun terlihat gelisah dan berkeringat. Chanyeol mengulurkan tangannya ke arah kening Sehun yang agak berkeringat dan dia langsung mengernyit saat merasakan sengatan panas dari kulit Sehun.

" Ck." Chanyeol kembali cemas. Tangannya bergegas mengambil ponselnya dan menghubungi Dokter pribadinya.

" Tubuhnya panas sekali, apa yang terjadi padanya?" Tanya Chanyeol sesaat setelah sang Dokter mengangkat panggilannya.

" Ah, Chanyeol-ssi.." Sepertinya sang Dokter pun baru saja terbangun dari tidurnya. " Itu hal yang wajar, Tuan.. Sebelumnya pasien telah mengalami infeksi pada beberapa lukanya saat saya mengobati nya tadi. Itu karena pasien tidak langsung mengobati dan menutup lukanya sebelumnya, jadi luka yang terbuka terjangkit virus dan bakteri hingga mengalami infeksi. Tapi Tuan tenang saja, saya sudah memberikan antibiotik pada pasien."

Chanyeol mendengarkan dengan seksama.

" Tubuh pasien panas karena antibodi dalam tubuhnya pun sedang melakukan pertahanan dan perlawanan dari virus dan bakteri yang terlanjur masuk ke tubuhnya.. Tuan berikan saja lagi antibiotik dan obat pereda panas yang sudah saya resepkan tadi dan juga kompres bagian-bagian tubuhnya yang panas untuk mempercepat meredakan panasnya.."

" Baiklah. Terima kasih." Chanyeol langsung mematikan panggilannya. Dengan sigap dia bangun dari ranjang untuk mengambil obat dan kompresan lalu kembali ke sisi Sehun.

" Baby, bangunlah.. Minum obat mu dulu.." Chanyeol mengusap pipi Sehun. Sehun hanya menggumam tidak jelas. Sepertinya pria itu sedang mengigau dan tidak ingin dibangunkan.

Chanyeol memasukkan obat Sehun ke mulutnya beserta air putih, lalu menyalurkan nya ke mulut Sehun saat obatnya sudah larut. Memastikan obatnya sudah tertelan oleh Sehun.

" Berhenti membuat orang cemas, baby.." Gumam Chanyeol sambil meletakkan kompresan di kening Sehun lalu mengecup pipi panasnya.

Chanyeol terus berjaga memperhatikan Sehun yang terus mengigau tidak jelas hingga akhirnya kekasihnya itu benar-benar terlelap tanpa igauan lagi dan panasnya berkurang. Setelah itu barulah Chanyeol membaringkan tubuhnya di sebelah Sehun. Tangannya tidak berhenti mengusap rambut Sehun hingga dirinya kembali terlelap.

***

" Siapa yang mengijinkanmu bangun dari tempat tidur, hm?" Chanyeol melipat kedua tangan di depan dadanya sambil bersandar di konter masak, menatap Sehun dengan wajah tidak senangnya. Dia sedang membuat sarapan untuk mereka berdua.

Sehun hanya merotasi matanya lalu duduk di stool dapur. " Sudah kubilang, aku sudah sembuh. Luka seperti itu tidak akan membuatku lemah berhari-hari, bung." Sehun mengambil apel dari keranjang buah di konter dapur.

" Kau tetap harus pergi ke rumah sakit denganku hari ini. Kita akan memastikan kalau tidak ada..."

" Jangan memaksaku. Aku baik-baik saja. Aku tidak suka rumah sakit." Sehun mulai mengunyah apelnya.

Chanyeol menghela napasnya mengecilkan panas kompor, lalu berjalan ke arah Sehun. " Kau yakin sudah baik-baik saja?" Chanyeol kini berdiri di depan Sehun.

" Hm." Sehun mengangguk masih sambil memakan apelnya.

Tangan Chanyeol terangkat lalu menekan bagian di dekat tulang rusuk Sehun.

" Akh." Sehun otomatis mengerang. " Sialan.. Tidak usah ditekan juga, brengsek." Sehun menepis tangan Chanyeol.

" Dokter bilang ada kemungkinan rusukmu mengalami keretakan. Kita pergi periksa dan mengobati nya." Chanyeol menatap tajam Sehun berusaha menegaskan pada Sehun agar mau menurut.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang