Dua Puluh Empat : Shock dan Ketakutan

251 18 0
                                    

Hal yang paling tidak sukai Aylin dari mengendarai mobil adalah ketidakmampuan mobil bergerak selincah motor. Apalagi saat Aylin ingin segera sampai ke tempat tujuan seperti sekarang. Sementara jalan terasa sedikit padat.

Meskipun demikian Aylin bersyukur saat ini tidak terjadi kemacetan meski sudah mendekati jam makan malam. Karena itu Aylin berusaha menahan diri untuk tidak mengklakson mobil-mobil yang segaja berjalan lambat di depannya karena berusaha menepi ke restoran yang ada di sebelah kiri jalan. Walapun sesungguhnya Aylin ingin segera menenangkan diri karena perjalanan ini justru menambah stressnya.

Aylin tidak tau kenapa dan bagaimana akhirnya dia sampai di tempat ini di tengah pikirannya yang penuh dengan berbagai hal. Karena sesungguhnya Aylin hanya ingin menghindari jalanan yang macet. Tapi justru berakhir di depan rumahnya. Rumah neneknya.

Dengan perasaan yang ikut kacau balau. Aylin pun menumpuhkan kepalanya ke bagian setir mobil nya yang bengkok, begitu Aylin memarkir mobilnya di depan rumah neneknya. Tapi baru beberapa detik berlalu, ponsel Aylin yang berbunyi membuat Aylin mengerang. Aylin baru bisa menarik nafas lega saat melihat nama Dhini lah yang muncul di layar. Meski ada perasaan aneh di sudut hatinya karena bukan 'Mr. Arrogant' yang menelfon. Tapi memang Dhini lah yang paling Aylin butuhkan saat ini.

"Waalaikumusalam." Aylin menjawab salam Dhini. Tapi sebelum Dhini mengatakan satu patah katapun, Aylin langsung memotong. "Izin kan aku menginap di kos mu malam ini. please..."

"Ada apa Ay?" Kecemasan Dhini terdengar jelas dari suaranya. Pasti sahabat Aylin itu bisa mendengar suara letih Aylin. "Tentu saja kamu boleh menginap. Apa perlu aku menjemputmu?"

Aylin menggeleng-geleng meski Dhini tak bisa melihatnya. Saat air mata Aylin tiba-tiba keluar karena pikiran dan perasaan yang kacau balau, Aylin pun menyemburkan semuanya pada Dhini. "Aku melihatnya Dhin. Dia benar-benar nyata. Bukan hanya sekedar angan dan mimpiku belaka. Keanehan kejadian dan mimpi yang terjadi padaku..."

"Ay? Apa maksudmu Ay?" Potong Dhini dengan panik. "Ay.... Aylin... Aku akan menjemputmu sekarang."

"Tidak. Aku akan ke tempatmu sekarang." Aylin kembali menyalakan mesin mobilnya. "Aku akan menceritakan semuanya padamu."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Farzan mengepalkan tangannya untuk mengontrol emosinya. Farzan sudah diam dalam mobilnya yang terparkir di sebrang rumah Aylin hampir bersamaan dengan saat mobil Aylin berhenti. Farzan tau, Aylin sama sekali tidak sadar bahwa Farzan segera mengejarnya begitu gadis itu berlari keluar rumah. Juga segera melompat ke Bentayga nya untuk mengikuti mobilnya. Bahkan Aylin juga terlihat tidak menyadari bahwa Gan dan Diva sedang berbicara di teras, hingga kedua muridnya itu terlihat kebingungan saat Aylin dan Farzan melewati mereka begitu saja.

Takut dan shock? Mungkin. Wajah pucat Aylin saat memadangnya sebelum berlari meninggalkan Farzan tadi, menggambarkan dengan jelas rasa takut dan shocknya. Karena itulah Farzan tidak ingin mendesak Aylin lebih jauh lagi.

Meski saat ini Farzan begitu ingin turun dari mobil untuk mengetahui apa yang terjadi pada gadis itu. Farzan berusaha kerasa menahan diri. Meskipun saat ini Farzan benar-benar ingin tau bagaimana Aylin mengetahui nama itu. Tapi Farzan tau bahwa dirinya tidak bisa meminta Aylin menjelaskan semuanya dalam keadaan nya saat ini.

Karena itulah begitu Farzan sampai di depan rumah Aylin dan melihat mobil merah wanita itu terparkir di depan pagar. Farzan memutuskan untuk memberi Aylin waktu untuk sendiri selama beberapa saat. Farzan berhasil menahan diri hingga sebuah vios hitam berhenti tepat di belakang mobil Aylin.

Tentu saja Aylin tidak menyadarinya. Farzan sangat yakin kalau orang yang berada dalam mobil itu tidak memilki niat baik pada Aylin. Beruntung gadis itu kembali menyalakan mesin mobilnya tepat saat pintu belakang mobil Vios hitam itu terbuka. Aylin sudah memacu mobilnya saat empat pria berbadan kekar keluar dari mobil hitam itu.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang