Dua Puluh Tiga : Lukisan Nawang Saka

255 17 1
                                    

"Gan... Gan... Bangun..." Aylin mencoba mengguncang-guncang bahu Gan untuk membangunkannya. Tapi anak itu tidak bergeming atau memperlihatkan tanda-tanda terganggu dari tidurnya. Dengkur lembutnya bahkan tidak terhenti.

"Dia tidak akan bangun meski kau tampar." Farzan membuat Aylin mundur dari pintu tanpa suara. Cukup dengan badan tegapnya yang mengambil alih seluruh celah pintu mobil dan kedekatan diantara mereka. Aylin secara otomatis mundur. "Anak ini tidur seperti batu setiap kali kelelahan."

Sikap Farzan yang dengan lembut menarik Gan dan membuat anak itu berpindah dari jok mobil ke punggungnya itu benar-benar tidak terduga. Sehingga membuat senyum manis Aylin akhirnya terukir di wajahnya. Senyum manis yang kali ini ditujukan untuk Farzan. Meskipun pria itu sama sekali menyadarinya.

Tapi tidak masalah. Aylin suka melihat hubungan paman dan keponakan yang saat ini diperlihatkan Farzan pada Gan. Meski sering kali Gan terlihat kesal dengan pamannya. Sementara Farzan sendiri sering menunjukkan ketidakpeduliannya. Tapi pemandangan di depannya ini membuat Aylin yakin bahwa paman dan keponakan ini sebenarnya saling care satu sama lain.

"Bisakah kau bawakan barang-barang anak ini?" Kata Farzan sambil memebenahi posisi Gan di punggungnya.

"Tentu." Aylin segera kembali ke dalam mobil untuk memberesi buku dan tas Gan.

Ini adalah kali keduanya Aylin akan ikut masuk ke rumah mewah itu. Selama ini Aylin hanya mengantar jemput Gan- ditambah Farzan- di halaman depan. Bukan berarti Farzan dan Gan tidak menawari Aylin mampir. Tapi Aylin tidak memiliki alasan untuk membiarkan dirinya sendiri untuk mampir. Jadi selama lima hari ini, Aylin menolak tawaran itu.

Tapi kali ini Aylin tidak bisa menolak. Aylin juga tidak bisa membiarkan tas dan tugas-tugas Gan tertinggal di mobilnya. Karena itu Aylin akhirnya mengikuti langkah Farzan sambil membawa tas dan buku-buku Gan di tangannya.

Dengan perasaan aneh seperti saat pertama kali memasuki rumah ini waktu itu. Aylin pun mengikuti Farzan yang membopong Gan menaiki tangga menuju lantai. Rumah ini masih sama seperti sebelumnya. Terasa begitu sunyi dengan hawa dingin yang beberapa kali membuat Aylin merinding. Sehingga tidak heran jika suara derit pintu yang tiba-tiba terbuka dari kamar yang berada tepat di ujung tangga itu, hampir membuat Aylin menjatuhkan buku-buku yang ada di pelukannya. Beruntung mata Aylin langsung mengenali Mbok Gina yang keluar dari kamar besar itu dengan membawa keranjang cucian. Kalau tidak, Aylin pasti sudah menjerit.

"Lho cah ayu?" Wanita tua itu juga terlihat sedikit terkejut. Tapi kerutan dikeningnya langsung mengilang begitu melihat kearah Farzan yang sudah berjalan jauh di depan Aylin dan hampir mencapai kamar yang ada di ujung lorong. "Owalah, Mas Gan ketiduran lagi toh."

Telinga Aylin memang mendengarkan semua perkataan Mbok Ginah. Tapi mata Aylin terfokus pada sebuah lukisan besar yang terpasang di dinding kamar di belakang Mbok Ginah. Perhatian Aylin langsung tersita pada objek lukisan itu. Tentu saja Farzan lah yang jadi objeknya.

Namun itu bukan lukisan Farzan yang biasa. Mata tajam yang hampir terlihat hitam tetap sama. Begitupula wajahnya. Tapi hanya itu. Hal lain dalam lukisan seukuran sosok aslinya itulah yang membuat pikiran Aylin tiba-tiba menjadi kosong. Terutama saat matanya bertemu dengan mata hitamnya. Nafas Aylin pun tercekat hingga tanpa sadar Aylin menjatuhkan buku-buku dan tas Gan begitu saja.

"Cah ayu? Kenek opo, nak?" Cantik? Ada apa nak? Mbok Ginah memandang Aylin dengan penuh kekhawatiran.

Lukisan itu. Pria dalam lukisan itu. Pria itu adalah Farzan versi Thor. Pria itu adalah Farzan dalam balutan baju khas kerajaan zaman majapahit. Pria itu adalah Farzan berambut panjang yang sama persis dengan sosoknya dalam mimpi Aylin. Pria itulah yang figurnya terwujud pada terkota yang ditemukan Aylin di kotak peninggalan neneknya. Nawang Saka. Iya, itulah nama pria dengan tatapan mata yang mampu membuat hati Aylin bergetar, meski hanya lewat lukisan. Pria dalam mimpi Aylin.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang