Tiga Puluh : Serangan Jantung Palsu

246 21 0
                                    

"Jadi kapan kamu akan mulai bercerita?" Tanya Aylin begitu Farzan mengarahkan mobilnya keluar dari basement.

"Sebelum aku bercerita, jawab dulu pertanyaanku." Farzan ingin menggenggam tangan Aylin yang sedari tadi dilihatnya masih gementaran. Tapi gadis itu sudah mengaitkan kedua tangannya sendiri di atas pangkuannya saat menyadari kemana arah pandangan Farzan. "Apa kamu memberikan alamat barumu ke HRD?"

"Tidak. Aku memberikan alamat lain sesuai permintaanmu waktu itu." Farzan dapat merasakan Aylin memandanginya beberapa saat sebelum kesimpulan terbentuk di otak cerdas gadis itu. "Apakah ini ada hubungannya dengan hal itu?"

Farzan sudah menduga Aylin akan dengan mudah menghubungan kejadian dan keanehan yang terjadi di sekitarnya. Gadis itu sama sekali jauh dari gambaran gadis polos yang lugu dan pasrah atas setiap keadaan. Aylin akan berpikir dan berusaha mengatasi setiap masalah yang datang padanya. Meski Farzan yakin seratus persen bahwa masih ada sisi polos yang berusaha ditutupi dengan ketenangan dan kedewasaan yang ditampilkan Aylin.

"Aku melarangmu bukan tanpa alasan." Farzan memulai. "Sudah kubilang kalau kamu mirip atau bisa dibilang sama persis seperti Dewi Pambayun 'kan? Seakan Dewi Pambayun tidak pernah mati sama sepertiku."

Dari sudut matanya Farzan melihat Aylin mengangguk. "Aku juga tau akan hal itu. Tapi kami bukan orang yang sama. Aku bukan Dewi Pambayun."

Sedari awal Farzan menceritakan tentang dirinya, Farzan yakin Aylin tau sesuatu. Komentar yang baru dikatakan gadis itu pun semakin menguatkan keyakinan Farzan. Tapi untuk sementara Farzan tidak akan memaksa Aylin untuk bercerita apa yang diketahuinya. Toh gadis itu sudah berjanji untuk menceritakan semua yang diketahuinya.

"Awalnya aku tidak yakin. Tapi aku berpikir bahwa tidak hanya aku yang mengetahui kemiripan itu. Terlebih saat melihat bagaimana Pak Tua itu menatapmu dan reaksinya terhadap kehadiranku di dekatmu. Termasuk bagaimana Pak Tua itu juga menatapku dengan penuh perhitungan saat itu. Aku yakin dia juga mengenaliku."

"Pak Tua?" Kali ini kebingungan jelas tergambar pada wajah dan suara Aylin.

"Ketua Yayasan tempatmu bekerja." Farzan menerangkan. "Aku meminta Arya untuk menyelidikannya. Dan benar saja banyak keanehan pada latar belakangnya. Meskipun semua dokumen kependudukannya lengkap dan menyatakan bahwa Djoyo Hadi Kusumo berusia 85 tahun. Tapi pria tua itu tidak pernah memiliki keluarga dan terlalu sering berpindah tempat. Bahkan ada mantan tetangganya yang bersumpah bahwa sejak dia kecil hingga sekarang, wajah Djoyo Hadi Kusumo tidak berubah, selalu terlihat tua. Dan orang yang bersaksi itu sekarang sudah berusia 50 tahun."

Aylin terdiam mendengar penjelasan Farzan. Farzan yakin otaknya kembali memproses semua informasi itu dan memperoleh kesimpulan. Tapi kemudian Farzan melihat Aylin menggeleng sebelum bertanya, "Maksudmu perampokan di penthouse mu itu ada hubungan nya dengan Pak Djoyo? Bagaimana bisa?"

Tanpa mengalihkan focus dari jalanan di depannya, Farzan mengangguk. "Dari informasi yang didapat Arya. Pak Tua itu sudah menyewa preman untuk mengawasimu sejak pertama kali kamu bekerja di sekolah itu."

Kali ini Aylin tidak berkomentar ataupun bertanya. Beruntung lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Farzan pun menghentikan mobilnya dan mengalihkan fokusnya pada Aylin. Gadis itu memang tidak bersuara. Tapi gelengan di kepala dan wajah nya yang kembali terlihat pucat menunjukkan bahwa akhirnya rasa shock mendera Aylin. Gadis itu berusaha menyangkal kesimpulan apapun yang terbentuk di pikirannya. Tapi disaat bersamaan fakta yang ada tidak membiarkannya.

"Kamu pasti salah." Aylin akhirnya menatap mata Farzan. "Buat apa Pak Djoyo mengawasiku?"

Farzan menggeleng dengan pasti. Meski ingin menenangkan Aylin. Tapi Farzan harus memberikan fakta pada gadis itu agar Aylin bisa waspada akan bahaya yang mengancamnya. "Aku tidak salah. Meski aku belum memastikan alasannya. Tapi aku yakin Pak Tua itu menginginkan sesuatu darimu. Karena itu dia berusaha memperoleh alamat tempat tinggalmu. Selain itu, aku dan orang suruhan Arya beberapa kali menangkap para preman yang mengikutimu. Salah satunya tertangkap di kamera cctv sore ini saat mereka memasuki tempat tinggalmu."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang