Tujuh : Sepatu Cinderella

372 25 0
                                    

Kedua ujung bibir Farzan terangkat membentuk sebuah senyuman. Itu adalah pemandangan yang hampir mustahil untuk dilihat. Bahkan lebih jarang dilihat daripada gerhana matahari. Karena itulah Arya justru memandang Bos Besarnya itu dengan pandangan khawatir. Tidak hanya itu, salah satu pria terkaya di Indonesia itu baru saja melakukan hal aneh lainnya di toko sepatu wanita.

Bukan. Bukan mencoba sepatu wanita. Tentu saja, Big Bos satu ini belum segila itu. Tapi ya dia, melakukan hal lain di luar kebiasaan wajarnya. Hal lain yang sangat tidak mungkin dilakukannya. Pria yang menjadi otak dari semua bisnis Malara Grup itu tiba-tiba pamit dari tamu-tamu pentingnya yang seharusnya akan diantar sampai lobi utama mall. Kemudian dengan sedikit tergesa Farzan menuju toko sepatu yang baru mereka lewati.

Setelah masuk dan melihat ke sekeliling toko sepatu. Sang Big Bos berjalan dengan tenang di antara pengunjung dan rak sepatu. Meski itu tidak menyurutkan mata para wanita untuk memandangi wajah tampannya. Hal itu adalah hal alami yang biasa terjadi pada Farzan. Sewajar dia bernafas.

Begitu menemukan lorong yang lebih sepi. Tatapan tajam mata gelapnya tidak pernah beralih dari satu wanita yang sedang mencoba sepa. Bahkan setelah menemukan posisi nyaman. Farzan hanya diam bersandar di dinding. Seperti sang singa yang sedang mengamati mangsanya. Itulah yang sedang dilakukan Farzan saat dua wanita itu sedang membicarakannya. Entah bagaimana, atasan Arya itu memang memiliki kemampuan tersembunyi agar kehadirannya tidak terdeteksi orang lain. Arya sendiri beberapa kali hampir mengumpat karena terkejut begitu menyadari Farzan mengeluarkan jurus itu padanya.

Arya mengenali satu diantara tiga wanita berhijab itu. Wanita berjilbab biru muda itu adalah wanita yang data lengkapnya diminta Farzan beberapa hari yang lalu. Wanita itulah yang sejak tadi ditatap oleh mata tajam Farzan. Dengan pandangan yang tidak biasa. Farzan tanpa berkedip hanya menatap wanita cantik itu seperti patung.

Seperti dugaan Arya. Kedua wanita itu terlihat tidak menyadari kehadiran Farzan. Bahkan sampai saat Farzan pergi di tengah tawa kedua wanita itu. Arya yang masih bingung dengan sikap Big Bos nya itu hanya diam dan mengikutinya ke kasir. Sebelum ikut pergi begitu saja tanpa menyapa wanita bernama Aylin itu.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Arya sambil membuka pintu Volvo S90 untuk Farzan.

"Apakah aku terlihat tidak baik-baik saja?" Dengan santai Farzan masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu.

"Justru karena kamu terlihat senang, aku jadi khawatir." Gerutu Arya sambil menutup pintu mobil.

Arya masuk ke sisi kemudi kemudian menyalakan mesin mobil. "Kenapa kamu tidak menyapanya dan langsung membelikan apapun yang diinginkan wanita itu? Dia pasti akan takluk dalam sesaat. Kalau dia belum takluk dengan tampangmu lebih dulu."

Farzan hanya mengangkat bahu. "Karena aku berpikir dia benar-benar berbeda dengan wanita lain. Jadi aku ingin membuktikan seberapa jauh perbedaannya."

Sebuah pesan masuk ke ponsel Arya tepat sebelum dia menginjak pedal gas. Sehingga Arya batal menanyakan maksud pernyataan Farzan itu. Arya membuka pesan itu dan membaca dalam beberapa detik. Sebelum memutar mata dan kembali memasukkan ponselnya ke saku jas nya.

Arya pun mendengus. Sambil menginjak pedal gas dia berkata, "Dan seperti biasa, tebakan mu selalu benar. Dia memilih sepatu yang sama seperti pilihanmu. Dan dia hampir saja tidak mau menerimanya."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Farzan hanya tersenyum puas. Tanpa laporan itu pun Farzan sudah yakin Aylin akan memilih sepatu yang sama dengan pilihannya. Terlebih karena kesan pertama yang di dapat Farzan tentang Aylin. Saat mereka berdiskusi tentang Gan beberapa waktu yang lalu. Meski sikap dan karakter Aylin sangat berbeda dengan wanita yang dulu dicintainya. Tapi entah kenapa, Farzan yakin pasti ada satu atau dua hal mendasar yang sama diantara keduanya. Tentu saja selain kemiripan wajah mereka. Dan kini Farzan sudah berhasil membuktikan pemikirannya itu.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang