Empat Puluh Lima : Penyelamatan

271 19 0
                                    

Dengan posisi terikat di lantai, Aylin berusaha menendang-nendang kaki Gan dengan perlahan. Meski matanya tidak lepas dari setiap gerakan Pak Djoyo sedang mondar-mandir di depan meja yang disulap menjadi meja laboratorium lengkap dengan tabung dan segala macam alat dan bahan penelitiannya. Sejak berhasil membaca pesan tersembunyi dan mendapatkan resep dari perkamen peninggalan Dewi Pambayun. Monster tua itu kini disibukkan dengan penelitiannya. Hanya saat mencari tau tetang bahan terakhir yang dibutuhkannya lah Pak Djoyo mengalihkan perhatian ke Aylin dan Gan.

Perlahan bulu mata lentik Gan yang tertutup mulai bergerak-gerak. Tak lama kemudian mata cokelat anak itu terbuka dan berkedip beberapa kali. Gan terlihat kesulitan untuk tetap mempertahankan kesadarannya. Pasti efek obat bius itu masih tersisa di tubuh Gan.

Tapi Aylin tidak menyerah dan tetap menggoyang-goyangkan kakinya kea rah kaki Gan. Hingga saat mata Gan benar-benar terbuka dan bertemu dengan mata Aylin. Gan pun terbelalak. Aylin mengelengkan kepala saat Gan hendak membuka mulutnya untuk bersuara. Aylin sendiri tak bisa bersuara karena mulutnya saat ini ditutup dengan kain hitam.

"Bos, dia sudah datang." Salah satu anak buah Pak Djoyo mendekat ke tempat kakek tua yang sedang mengaduk cairan diatas tungku itu. Meskipun Pak Djoyo memakai kemeja putih dan bukannya jubah topi runcing. Tapi keriput di wajah dan kulitnya, serta asap dan berbagai cairan yang ada di sekitar meja, membuatnya terlihat seperti penyihir jahat dalam cerita dongeng.

"Bagus." Pak Djoyo mengangguk-angguk tanpa menghentikan pekerjaanya. "Pastikan dia sendirian. Baru setelah itu izinkan dia masuk."

Farzan akhirnya datang. Aylin tidak tau apa yang direncakan Pria itu. Meski Aylin yakin bahwa Farzan justru membawa liontin peninggalan Dewi Pambayun. Tapi Aylin tetap tidak yakin kalau Pak Djoyo akan dengan hati membebaskan mereka, meskipun sudah menerima liontin dari Farzan. Karena itulah Aylin berusaha memikirkan jalan keluar lain untuk Gan dan Farzan.

Pandangan Aylin mulai menyapu Gudang untuk kembali mengamati situasi yang ada sebelum kembali pada Gan. Pak Djoyo dan anak buahnya belum ada yang menyadari bahwa Gan sudah bangun. Karena itulah mereka bisa memanfaatkan keadaan itu sebagai efek kejut. Beberapa detik kelengahan Pak Djoyo dan anak buahnya, dapat mereka manfaatkan sebagai peluang untuk lolos dari keadaan ini. Dan Aylin akan memanfaatkan hal itu. Sambil menatap mata cokelat gelap Gan, Aylin memberi tanda dengan membuka tutup matanya pada Gan. Berharap anak itu mengerti maksud gerakan Aylin adalah agar anak itu berpura-pura tidur.

Gan akhirnya mengerti maksud tanda yang dikirimkan Aylin dan mengikutinya, tepat saat Pak Djoyo berbalik ke arah mereka. Perlahan pria tua itu beranjak meninggalkan meja penelitiannya. Dengan seringai penuh kemenangan dimulutnya Pak Djoyo berjalan kearah Aylin. Seringai yang benar-benar terlihat menakutkan apalagi saat pria tua itu berjalan melewati drum dengan nyala api dari kayu yang tidak jauh dari meja penelitian nya. Bayang-bayang dari api yang mengenai wajah keriputnya benar-benar membuat pria tua itu terlihat seperti monster.

"Pangeranmu segera datang." Pak Djoyo berkata sambil menarik dagu Aylin dengan paksa. "Tapi kalian tetap harus dihukum karena kesalahan Dewi Pambayun. Karena dia, aku gagal mendapatkan ramuan awet muda sehingga aku harus hidup sebagai kakek tua. Dia justru memberikan ramuannya yang hampir sempurna itu untuk menyelamatkan kekasihnya yang hampir berhasil kubunuh malam itu."

Tunggu. Jadi Pak Djoyo adalah dalang peristiwa penyerangan Nawang Saka dan Dewi Pambayun yang Aylin lihat dalam mimpinya? Pria tua ini lah yang menjadi sumber tragedi itu. Tragedi yang membuat Nawang Saka tidak bisa menjalani hidup normal sebagai manusia. Kejadian yang membuat Farzan kehilangan wanita yang dicintainya.

Seakan dapat menebak apa yang dipikirkan Aylin. Pak Djoyo pun terkekeh. "Aku memang memerintahkan anak buahku membunuh Nawang Saka malam itu. Sebagi hukuman untuk Dewi Pambayun, karena dia pergi dengan membawa semua catatan penelitian kami. Dengan ramuan beracun yang aku oleskan di setiap pedang anak buahku waktu itu. Aku hampir berhasil membunuhnya. Nawang Saka sungguh beruntung karena Dewi Pambayun memberikan ramuannya yang belum selesai. Tapi sayangnya ramuan itu tidak dapat benar-benar bisa mentralkan racunnya, sehingga dia harus tertidur lama berkali-kali. Tapi kali ini..."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang