Empat Puluh Satu : Patah Hati

234 20 0
                                    

"Sial. Aylin benar. Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku?" Kata Farzan setelah selesai menerjemahkan isi perkamen Dewi Pambayun ke dalam Bahasa Mandarin. Farzan pun mulai menulis ulang dalam kanji China di kertas lain.

Farzan melakukan semuanya tepat seperti Clue yang diberikan Aylin. Menerjemahkan kesembilan perkamen itu kedalam Bahasa Mandarin. Menulis ulang dengan Kanji China dari atas ke bawah dengan susunan kailmat dan paragraph yang sama. Tapi sayangnya jawaban tidak muncul begitu saja.

Farzan pun mencoba menganalisis dan membacanya dengan berbagai metode selama beberapa jam. Tapi makna tersembunyi itu baru di dapat Farzan setelah mencoba membaca kanji China itu dari kiri ke kanan. Jadi hal terakhir yang harus dilakukan setelah menulis dari atas ke bawah adalah membaca dari kiri ke kanan. Maka akan keluar kalimat yang memiliki arti yang berbeda dan lebih dari sekedar catatan harian biasa.

"Aylin!" Dengan semangat Farzan beranjak dari sofa dengan membawa beberapa kertas bertuliskan kanji China yang ditulisnya. Dia ingin memberitahu Aylin apa yang dia temukan dengan sesegera mungkin. Karena itulah Farzan masuk begitu saja ke kamar tidur utama yang tadi dimasuki Aylin. "Aylin, aku berhasil memecahkan isi perkamen itu...."

Suara Farzan perlahan menghilang saat matanya menangkap pemandangan ada di dalam kamar itu. Bahkan tanpa sadar kertas-kertas di tangannya pun terjatuh ke lantai begitu saja. Pemandangan itu juga membuat Farzan tidak ingin mengerjapkan matanya. Karena pemandangan di depannya ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Satu-satunya hal yang bisa Farzan lakukan adalah berusaha menelan ludah di mulutnya yang mendadak terasa kering.

"Apa..." Suara serak lah yang pertama keluar dari mulut Farzan. Sehingga Farzan harus berdehem beberapa kali untuk mengembalikan suara normalnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Well, aku baru selesai mandi." Aylin menjawab dengan santai sambil mengangkat bahu "Karena sepertinya kali ini kamu lupa tentang bajuku. Jadi aku meminjam kemejamu yang ada di lemari itu untuk sementara."

Iya. Kemeja Farzan. Hanya kemeja putih Farzan lah yang saat ini membalut tubuh mungil Aylin. Kemeja yang terlalu besar untuk Aylin, hingga ujung nya hampir menyentuh lutut Aylin. Tapi justru itulah yang membuat Aylin terlihat begitu manis dan menggoda. Bagaimana tidak? Gadis itu yang selalu tampil dengan balutan kerudung itu sekarang sedang mencoba mengeringkan rambut sebahunya yang basah dan terurai. Biasanya gadis itu memakai baju yang begitu tertutup hingga tidak ada kulitnya yang terlihat selain telapak tangan dan wajahnya. Tapi sekarang Farzan bisa melihat hampir semua kulit sewarna madunya.

Well, tidak semua memang. Tapi apa yang diperlihatkan Aylin sekarang sudah cukup untuk membuat Farzan ingin memukul dirinya sendiri untuk mengembalikan fokusnya. Ada apa dengan dirinya? Seharusnya Farzan lah yang berada di posisi menggoda. Bukan tergoda hingga terperangah seperti ini.

Farzan memang tertidur beribu tahun. Tapi itu bukan berarti tidak ada wanita yang dengan senang hati menampilkan lekuk tubuhnya dihadapan Farzan, setiap kali Farzan terbangun dari tidur panjangnya. Selain itu tidak perlu dihitung berapa banyak wanita berpakaian seksi yang berusaha mendekati nya. Tapi Farzan tidak pernah sekalipun kesulitan mengendalikan fokusnya seperti saat ini. Ada apa dengan dirinya? Ada apa dengan Aylin?

"Kamu keberatan aku memakai kemeja mu?" Tanya Aylin yang mendekat pada Farzan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang ada di pundaknya.

"Tentu... Tidak..." Farzan menggeleng. "Maksudku aku tidak keberatan."

Sialan. Bagaimana Farzan bisa menahan diri? Melihat leher jenjang Aylin membuatnya ingin menempelkan bibirnya ke kulit lembutnya dan merasakan denyut nadi Aylin mulai berpacu. Bayangan mulutnya menelusuri leher Aylin dan mengikuti jejak kalung dengan liontin phoenix yang mengarah ke dada Aylin, tergambar jelas dalam benak Farzan. Hingga Farzan hampir mengerang karenanya.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang