Satu : IBG High School

882 38 4
                                    

Showroom mobil mewah. Rasanya itulah kata yang tepat untuk menggambarkan halaman depan International Bright Generation High School terlihat setiap jam pulang sekolah. Mobil–mobil mewah terparkir rapi memenuhi halaman sekolah yang mampu menampung lebih dari 50 mobil itu. Murid-murid di SMA ini memang dilarang membawa mobil sendiri. Tapi bukan berarti tidak ada mobil yang bisa dipamerkan di sekolah yang hanya bisa dimasuki oleh anak-anak pintar dari orang-orang yang mampu membayar uang bulanan bernilai delapan digit itu. Karena banyak dari mereka yang meminta sopir atau keluarga yang menjemput mereka menunggu di halaman depan sekolah.

"Sayang tidak ada kesempatan untuk cewek dari keluarga sederhana yang bersekolah disini." Kata Aylin pada Yani - guru Bahasa Indonesia- yang berjalan bersamanya menuju parkiran motor. "Kalau saja ada, pasti sekolah ini pas buat setting drama ala Meteor Garden atau The Heir."

"Berhentilah nonton drama Korea. Ini sudah tahun 2019. Tapi kamu masih saja suka mengkhayal." Yani geleng-geleng. "Kamu sudah lebih dari dua tahun disini dan tahu sendiri bahwa hanya para guru seperti kita lah yang datang dan pulang dari sekolah ini naik motor. Mana mau para nona dan tuan besar itu berpanas-panas ria? "

Aylin bekerja di sekolah ini pada usia 27 setelah menyelesaikan studi magister nya sejak akhir tahun 2016. Benar kata Yani, hanya guru-guru baru seperti mereka lah yang ke sekolah ini menggunakan motor. Bukan berarti sekolah ini memberikan gaji kecil pada guru dan staff nya. Aylin sangat bersyukur dengan gaji guru Ekonomi yang diterima dari sekolah Elit dengan murid dari kasta atas ini. Tapi meskipun demikian membeli mobil bukan lah prioritas bagi Aylin. Mungkin Yani juga memikirkan hal yang sama.

"Miss Aylin!" Terdengar suara lembut perempuan dari arah belakang Aylin.

Langkah Aylin pun otomatis terhenti saat namanya dipanggil. Begitu pula Yani yang ikut berbalik bersamanya. Seorang murid perempuan berlari menghampiri mereka dengan kerudung putih nya yang berkibar. Gadis cantik itu pun terengah saat sampai di tempat Aylin dan Yani berhenti.

Sekolah ini memang sekolah umum bertaraf Internasional. Tanpa menitik beratkan pada agama tertentu, sekolah ini memfasilitasi semua murid dari berbagai agama dan ras hanya dengan satu syarat. Mereka mampu membayar biaya Pendidikan yang bisa seharga mobil baru yang ditetapkan sekolah ini. Karena itu tidak ada larangan atau himbauan untuk berkerudung. Mereka hanya diwajibkan memakai blazer lengan panjang warna merah maroon, kemeja putih, dasi dan rok lipit atau celana warna hitam panjang.

"Hai Div, ada apa?" Sapa Aylin pada gadis berkacamata yang termasuk dalam jajaran murid cantik dan berprestasi di IBG.

Diva nama murid itu, mengatur nafasnya sebelum mulai berbicara. "Boleh pinjem kunci UKS? Ada teman yang tangannya terluka. Saya mau minta plaster luka."

Karena murid-murid sekolah ini adalah remaja yang beranjak dewasa, bisa dibilang kalau UKS adalah salah satu tempat favorite mereka. 'Bilik Asmara' begitulah sebutan yang dilontarkan Pak Sugeng- Wakil Kepala sekolah- untuk UKS mereka. Banyak murid yang tertangkap basah menyalah gunakan UKS sebagai tempat membolos dan berduaan dengan lawan jenis.

Karena itulah akhirnya kini ditetapkan aturan ketat atas penggunaan UKS. Selain itu ada jadwal bergilir untuk setiap guru. Mereka yang tidak memiliki jam mengajar hari itu harus bergantian menjaga UKS saat jam sekolah. Kemudian mengunci UKS setelah jam sekolah usai.

"Hari ini kamu piket?" Tanya Yani pada Aylin.

Aylin mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya pada wajah cantik Diva yang terlihat sedikit pucat.

"Kalau begitu aku duluan, ya?" Ucap Yani.

Aylin kembali mengangguk, tapi kali sambil memandang rekan kerjanya itu. "Kamu duluan saja."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang