Dua Puluh lima : Perpisahan Sementara

262 17 0
                                    

Perjalanan menuju panti jompo keesokan harinya menjadi sepi tanpa pembicaraan. Meski hari ini adalah hari sabtu, tapi Gan tetap harus menjalani sanksi nya untuk bekerja sosial di panti jompo. Karena itulah meski sesungguhnya Aylin ingin sekali mengurung diri dan menghindari Farzan. Tapi disinilah dia, menatap keluar jendela mobil untuk menghindari keheningan yang terasa canggung dalam mobilnya.

Hanya suara penyiar radio dan lagu-lagu yang diputar di mobil Aylin lah yang mengisi keheningan perjalanan itu. Entah apa yang terjadi antara Diva dan Gan kemarin malam, yang jelas Gan juga jadi termenung sepanjang perjalanan. Sementara Aylin dan Farzan? Jangan ditanya lagi. Suasana diantara mereka semakin terasa canggung dan aneh.

Aylin memiliki berbagai macam pertanyaan dibenaknya, tapi tidak tahu harus mulai bertanya dari mana. Farzan yang mengemudi dalam diam pun terlihat tenggelam dalam pikirannya. Memang setiap kali mobil berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah, pria itu selalu memandang Aylin dan telihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi saat Aylin menangkap pandangannya, seketika itu juga Farzan mengurungkan niatnya.

Begitu bangun pagi ini dalam keadaan pikiran dan perasaan yang lebih baik dari semelama. Sesungguhnya Aylin telah bertekad untuk bertanya banyak hal pada Farzan. Jika pria itu memberikan jawaban yang masuk akal. Aylin berpikir untuk memberitau Farzan tentang kotak peninggalan leluhur Aylin.

Tentang kalung yang sekarng dikenakan Aylin. Tentang perkamen ditulis dalam aksara Kawi. Juga tentang dua terakota yang salah satu figure nya mirip dengan lukisan yang kemarin Aylin lihat di rumah nya. Entah mengapa pagi ini keinginan itu terasa begitu kuat.

Aylin bahkan ingin menceritakan bahwa Aylin dan Dhini sudah meminta bantuan Pak Razaq, guru Sejarah di IBG School yang juga mantan arkeolog untuk mengartikan tulisan kawi dalam perkamen itu. Guru yang hobi memakai belangko itu menjanjikan bahwa minggu depan Aylin akan bisa mengetahui isi semua perkamen itu.

Tapi sayangnya suasana dalam mobil Aylin pagi ini sama sekali tidak mendukung keinginan Aylin itu. Meski hal itu tidak mampu meredam keinginan Aylin. Karena itulah Aylin bertekad untuk memberi tau Farzan semuanya sore ini saat mereka pulang dari menjemput Gan.

Namun sore itu Farzan tidak terlihat di Panti Jompo itu. Bahkan beberapa penghuni panti justru menanyakan keberadaannya pada Aylin. Meski Aylin hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu dan membalas dengan kemungkinan Farzan sibuk. Tapi dalam hatinya, Aylin pun bertanya-tanya kemana perginya pria itu. Matanya tidak lepas dari pintu masuk panti selama dia membantu Gan menyiapkan makan malam untuk para kakek dan nenek penghuni panti.

"Dia nggak mau bertemu lagi." Gan tiba-tiba bersuara setelah keheningan menemani setengah perjalanan pulang mereka menuju rumah Farzan.

Aylin yang sedari tadi tenggelam dalam pikirannya. Serta memfokuskan diri pada pada jalanan di depannya pun langsung mengernyitkan kening. Siapa yang dibicarakan Gan? Farzan kah? "Kenapa?"

"Karena dia marah." Ucap Gan sebelum menghela nafas panjang.

Farzan marah? Apa yang dilakukan Aylin sehingga pria itu marah? Apakah karena Aylin tiba-tiba pulang dan kabur semalam? Atau karena Aylin hanya diam saja tadi pagi tanpa memberi jawaban atas pertanyaanya semalam? Tapi bukankah seharusnya Aylin yang merasa marah karena semua keanehan yang dialaminya sejak bertemu dengan Farzan? Bukankah seharusnya Aylin yang merasa frustasi?

"Kenapa dia marah?" Tanya Aylin sambil mengeratkan pegangannya pada setir mobil.

Gan kembali menghela nafas. "Katanya dia tidak suka aku ikut campur masalahnya. Karena aku hanya memberikan harapan yang tidak akan pernah jadi nyata. Entah apa maksudnya. Yang jelas Diva terus saja marah meski aku sudah mencoba menjelaskan bahwa bukan salahnya aku bertengkar dengan Randi."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang