Tiga Puluh Empat : Luka Gan

248 21 0
                                    

Satu...Dua... Tiga... Farzan menghitung dalam hati setelah memasangkan cincin di jari Aylin. Dengan senyum penuh kemenangan yang tergambar di wajahnya, Farzan memandangi wajah shock Aylin yang perlahan berubah menjadi kesal begitu pemahaman mulai merasuk ke dalam pikirannya. Seperti dugaanya, gadis itu mejadi geram dan kesal dengan apa yang baru Farzan lakukan.

"Kamu gila." Kata Aylin sambil mencoba melepaskan cincin di jari manisnya.

Tentu saja cincin itu tidak akan bisa lepas dengan mudah. Farzan sudah memastikan ukurannya harus benar-benar pas untuk jari manis Aylin yang ramping dan lentik itu. Tidak hanya itu, Farzan pun sudah mempersiapkan segalanya agar gadis itu menerima lamarannya.

"Kenapa ini nggak bisa dilepas?" Aylin masih terus mencoba hingga kulit jarinya memerah. "Sabun!"

Sebelum Aylin bisa beranjak ke kamar mandi, Farzan menarik lengan gadis itu hingga tubuh mungilnya terpental kembali ke sofa. Hingga Aylin pun berakhir dengan posisi setengah tidur dengan kepala di lengan sofa. Tentu saja Aylin melotot pada Farzan. Tapi Farzan dengan santainya memerangkap tubuh mungil Aylin di antara dua lengannya.

"Ini sama sekali tidak lucu." Kata Aylin sambil berusaha menahan tubuh Farzan dengan kedua tangannya. "Seharusnya kamu segera menghentikan berita itu, bukannya bermain-main seperti ini."

"Aku sama sekali tidak melucu. Aku serius." Farzan menatap langsung ke mata cokelat madu milik Aylin. Seberapa kesal pun Aylin. Tapi mata cokelatnya itu selalu terlihat hangat dan Farzan menyukainya. "Kita akan menikah."

"Kenapa kamu memutuskan hal itu sendiri?" Aylin kini mencengkeram kemeja Farzan. Farzan bisa merasakan rasa frustasi gadis itu. Karena itu Farzan sengaja memberikan jarak 'aman' di antara tubuh mereka.

"Kenapa tidak?" Farzan tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Aylin. "Tidak ada yang dirugikan dari pernikahan ini. Tidak ada pula alasan untuk mu menolakku. Karena semua yang kamu cari dari seorang pria ideal, ada padaku. Pekerjaan stabil? Kaya? Aku CEO dan Pemilik Malara Grup. Jadi kamu tidak perlu khawatir kekurangan apapun. Tampan? Aku mendapat info bahwa semua majalah yang memuat fotoku, mengalami peningkatan penjualan yang signifikan."

Wajah Aylin semakin lama semakin terlihat kesal dan frustasi. Kerut di keningnya semakin dalam. Dan Farzan tau bahwa gadis itu tidak akan menyerah begitu saja. Sifat keras kepalanya tidak akan mempermudah Farzan mewujudkan rencana dan keinginnanya. Tapi bukan Farzan namanya jika dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

"Cinta?" Farzan melanjutkan, sambil perlahan memperpendek jarak 'aman' antara wajahnya dengan wajah Aylin. "Kalau defisi cinta adalah debaran jatung yang meningkat. Aku yakin saat ini jantungmu sedang berdebar kencang tanpa kendali."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat otak dan jantung tidak bisa sinkron satu sama lain. Aylin tidak bisa berbuat apapun saat perlahan wajah Farzan mendekat. Otaknya frustasi atas ide gila dan kearoganan Farzan tentang pernikahan mendadak tanpa menanyakan apapun padanya. Sementara jantungnya berdebar kencang tanpa kendali tepat seperti yang dikatakan Farzan, seiring dengan semakin dekatnya jarak diantara mereka. Bahkan kedua tangannya yang tadinya Aylin gunakan untuk menjaga jarak mereka seakan ikut melemah dengan sendirinya.

"Kita akan menikah Aylin." Kata Farzan saat hidung mereka hampir bersentuhan. "Itu adalah satu-satunya cara kamu bisa kembali mengajar. Karena pintu ruangan ini tidak akan terbuka selama kamu masih keras kepala."

Aylin menahan nafasnya kemudian menutup matanya. Dia tidak akan bisa melawan debaran jantungnya jika matanya masih bertemu dengan mata hitam tajam dan indah itu. Karena mata Farzan selalu dapat menciptakan efek hipnotis pada tubuh dan pikiran Aylin.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang