Tiga Puluh Delapan : Siren's Friendzone

238 21 0
                                    

"Dokter Akbar juga memberitahuku tentang keberhasilan paman." Kata Ria setelah Farzan menjawab pertanyaanya tentang alasan nya menikah dengan Aylin.

"Pak tua itu memang harus diajari cara tutup mulut." Farzan pun beranjak dari sofa hitam yang didudukinya.

"Aku lah yang memaksanya." Ria ikut berdiri dan menghadang Farzan yang beranjak menuju tangga. "Wajahnya yang mirip, perkamen itu, dan keberhasilan paman melawan serangan itu. Bukankah itu berarti dia adalah jawaban yang paman cari selama ini? Aylin."

Farzan tersenyum dan menepuk-nepuk kepala ria dengan lembut. Farzan tau, keturunan dari adik perempuannya itu memiliki sifat dan karakter yang sama. Karenanya Farzan selalu bersikap lembut, meski wajah mereka sama sekali tidak mirip, bersama dengan Ria selalu mengingatkan Farzan akan kebersamaanyan dengan adiknya.

"Aku belum berani berharap banyak." Kata Farzan sambal beranjak menaiki tangga. "Meski setelah bertemu dengan Aylin, aku tidak lagi mencoba mencari jawaban yang selama ini kucari."

"Itu karena dalam hati kecilmu kamu tau dialah jawabannya." Kata Ria dengan keras kepala dari belakang Farzan.

Pernyataan itu mampu membuat ujung mulut Farzan tertarik membentuk sebuah senyuman. Seperti yang Farzan katakan pada Ria, dia tidak yakin. Tapi Farzan memang tidak tertarik lagi untuk membeli atau mencari berbagai macam peninggalan zaman kerajaan Majapahit yang mungkin berhubunngan dengan keluarganya atau keluarga Dewi Pambayun. Terlebih sejak dirinya bertemu Aylin. Bahkan Farzan juga berhenti menganalisis temuan terakhir yang dibelinya.

Semua itu karena gadis yang kini sedang meringkuk seperti bayi di tempat tidurnya. Dengan piayama hitam lengan panjangnya dan kerudung yang masih melekat, Aylin terlihat berusaha keras untuk berpura-pura tidur. Farzan menyadari itu setelah memandangi wajahnya yang telah bersih dari make up dan melihat kernyit di keningnya. Belum lagi pelupuk matanya yang beberapa kali terlihat bergetar karena Aylin berusaha keras menutup matanya.

Kali ini Farzan tidak dapat menahan senyumnya. Sebuah ide jahil yang tiba-tiba muncul dipikirannya. Karenanya Farzan berbalik dan turun dari tempat tidur dengan gerakan yang kentara agar Aylin lengah. Ini akan sangat menyenangkan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Suka dengan yang kamu lihat?" Suara dalam dan berat Farzan itu otomatis membuat Aylin panik.

Setelah melempar kemejanya ke lantai, Farzan tiba-tiba berbalik hingga Aylin tidak memiliki kesempatan untuk membenamkan wajahnya ke bantal. Satu-satunya hal yang bisa Aylin lakukan adalah menutup kembali matanya rapat-rapat dengan pipi yang terasa panas. Tentu saja sambil mengutuk kebodohannya karena telah membuka mata. Tapi siapa yang mengira bahwa Farzan akan berganti pakaian di depan Aylin?

Bagaimana pun Aylin adalah wanita biasa. Pemandangan punggung kokoh dan tubuh proporsional Farzan yang didapatnya begitu membuka mata, membuat Aylin tidak dapat mengalihkan pandangan. Toh awalnya Aylin tidak berniat mengintip. Aylin berani membuka matanya kembali saat mengira bahwa Farzan sudah pergi dari kamar itu.

Begitu Aylin merasakan Farzan turun dari tempat tidur dan beberapa detik kemudian terdengar bunyi pintu terbuka dan tertutup. Aylin sama sekali tidak berpikir akan mendapati pemandangan yang pasti diidamkan banyak wanita. Pemandangan Farzan yang menanggalkan kemejanya dengan otot-otot punggung yang ikut begerak.

Namun mitos tentang Genderuwo yang digunakan untuk menggambarkan Farzan di masa lalu, sama sekali bukan isapan jempol. Siapa yang tidak akan terpesona pada pria itu? Dengan wajah tampan dengan tubuh maskulin dan proposionalnya? Bahkan hanya dengan melihat punggung maskulin dengan otot-otot kuat yang dibalut dengan kulit sawo matang itu saja sudah mampu membuat seorang gadis seperti Aylin terpesona dan tidak mampu mengalihkan pandangannya. Jadi Aylin tidak akan heran kalau di zaman dulu ada banyak gadis yang sengaja berjalan di jalanan sepi hanya untuk bertemu Genderuwo tampan ini.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang