Sembilan : Konfrontasi

328 22 0
                                    

Sedari awal Aylin sudah dapat menebak kalau kasus Gan dan Randi tidak akan selesai begitu saja. Sehingga Aylin pun sama sekali tidak kaget saat dipanggil ke ruang meeting kantor yayasan IBG. Bersama dengan Dhini dan pak Rokhim, Aylin sudah ditungguh oleh ketua yayasan, kepala sekolah dan tentu saja mama Randi yang terlihat bersungut-sungut.

Selama menjadi wali kelas, Aylin sudah terbiasa menghadapi banyak tipe orang tua dan wali dari muridnya. para wali atau orang tua yang arogan seperti paman Gan memang membuat Aylin sebal. Tapi tipe orang tua atau wali yang sombong lah yang paling Aylin hindari. Seperti mama Randi yang dari ujung kepala hingga ujung kaki memakai semua yang bermerk. Belum lagi perhiasan yang dipamerkan di jari, tangan, leher dan telinganya. Sebisa mungkin apapun yang ada di badannya harus berteriak 'kaya'.

"Anak ku itu korban. Sekolah macam apa ini? Anak yang jadi korban malah dikenai hukuman." Nada tinggi Wanita tengah baya itu memenuhi ruang meeting. "Dan kamu. Guru macam apa kamu ini? Bukannya melindungi muridnya yang jadi korban malah meminta hukuman untuknya."

Ketenangan yang biasanya diperlihatkan Aylin mulai terkoyak. Amarah Aylin mulai tesulut. Hal itu selalu terjadi saat ada serangan pada kredibilitas nya sebagai guru. Saat profesionalitas nya dipertanyaankan dan dipersalahkan.

Dengan sekuat tenaga Aylin mengepalkan tangan di bawah meja. Berusaha sekuat mungkin mempertahankan sisa ketenangan yang ada pada dirinya. Meski Aylin sangat ingin menjawab perkataan kasar dari ibu Edo itu. Ini adalah ujian kesabaran yang harus dimenangkan Aylin. Tidak peduli kulitnya terasa mulai perih karena kuku-kuku jarinya yang terkepal mulai menusuk kulitnya.

"Apa karena kamu walikelas berandalan itu? Dibayar berapa kamu sama keluarganya, Hah? Aku bisa saja memberimu lebih banyak lagi. Sebutkan berapa hargamu?"

Wanita dengan rambut berombak itu terusaja menghujani Aylin dengan teriakan dan tatapan penuh Amarah. Seakan kata-kata tajam nya itu seirama dengan nafasnya. Sehingga wanita itu tidak perlu bernafas disela-sela teriakannya.

Dengan sekuat tenaga, Aylin memaksakan sebuah senyum profesional terpasang diwajahnya. Aylin mencoba berbicara dengan tenang. Menormalkan nada bicaranya. Meski sebenarnya Aylin ingin sekali berbalik marah dan memaparkan fakta tentang keburukan Randi pada wanita itu.

"Bu Aida, mohon maaf sebelumnya jika saya menyinggung anda." Aylin mulai berbicara dengan sangat berhati-hati. "Saya sama sekali tidak pernah menerima sepeserpun uang dari orang tua ataupun wali murid saya. Baik Randi maupun Gan, keduanya adalah murid saya. Karena keduanya juga ikut andil dalam kegaduhan yang diciptakan di sekolah ini. Jadi sudah sepantasnya mereka berdua menerima pembelajaran dari kejadian ini."

"Omong kosong!" Wanita itu menendang kursi di dekatnya dengan highheels hitamnya. "Anak ku lah yang terbaring di rumah sakit. Jelas-jelas dia adalah korban. Tapi begitu dia baru keluar dari rumah sakit, sekarang dia harus menjalani hukuman?"

"Kamu!" Wanita itu menunjuk Aylin dengan pandangan merendahkan. "Dan sekolah ini, akan kutuntut! Aku bisa dengan menyeretmu ke balik jeruji dengan mudah! Jadi kalian harus mengeluarkan berandalan itu sekarang juga. Dia lah biang masalah disini. Dia lah yang harus dihukum!"

Ruangan meeting itu menjadi sunyi sejenak setelah Bu Aida mengakiri marathon kesombongannya. Tidak ada yang menjawab. Ketua yayasan yang terlihat bugar meski rambutnya sudah hampir semua memutih dan wajahnya berkeriput disana sini, hanya diam memandang kepala sekolah dan Aylin bergantian. Begitu pula dengan kepala sekolah IBG High School yan hanya menunduk. Benar-benar tidak menolong untuk memberikan jawaban.

Sementara Pak Rokhim juga ikut menunduk. Aylin sempat bertukar pandangan dengan Dhini. Sahabatnya itu menggeleng, seakan tau apa yang dirasakan Aylin dan apa yang akan dilakukan Aylin. Tapi Aylin tidak bisa tinggal diam. Aylin memutuskan untuk mulai berbicara, "Sebagai bentuk tanggung jawab kami. kami sudah memberikan hukuman yang membangun kepada Gan, murid kami. Gan dan wali nya telah sangat kooperatif dengan kami. Jadi kami harap kerja sama...."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang