Empat Puluh Empat: Ramuan Dewi Pambayun

229 18 1
                                    

"Katakan dimana Aylin dan Gan." Ucap Farzan begitu menerima panggilan yang masuk di ponselnya. Bahkan mendahului penelfon nya berbicara.

"Kamu sudah hidup lama di dunia ini. Tapi tetap gagal mempelajari ilmu tentang kesabaran, Farzan." Suara serak pria tua dari sebrang membuat Farzan semakin yakin bahwa Pak Djoyo lah yang menelfonnya. "Ah... atau haruskah ku panggil Nawang Saka?"

Farzan melihat Arya mengangguk-angguk. Asistennya itu ikut mendengar karena Farzan menerima panggilan itu dengan mode speaker. Sambil mendengar percakapan itu, Arya juga berusaha keras melacak darimana asal panggilan itu. Jari-jarinya sibuk menari di atas keyboard. Kalau ayahnya sangat berbakat dengan jaringan tubuh manusia, Arya sangat berbakat dengan jaringan teknologi dan algoritma pengkodean yang tidak kalah rumitnya. Itulah salah satu alasan Farzan tidak pernah bisa memecat Arya.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Farzan yang bersusah payah bertahan dengan setiap titik kesabarannya agar tidak membentak-bentak Kakek Tua itu. "Li Feng Yi?"

"Suatu kehormatan kamu mengingat namaku." Kakek tua itu terkekeh. "Aku kira kamu akan lupa karena Dewi Pambayun hanya mengenalkan kita sekali sebelum kamu membawa murid kesayanganku itu pergi ke tanah Jawa."

"Buuukkk!" Dalam satu gerakan cepat tangan Farzan menghantam dinding, hingga menyebabkan cekungan dalam di dinding itu. Bahkan terdapat retakan disekitar cekungan itu dan beberapa material berjatuhan di lantai.

Pukulan ke dinding adalah satu-satunya pelampiasan tertahan atas kemarahan Farzan untuk kebodohannya selama ini. Pria tua itu memang sejak awal mengincar Aylin tapi Farzan sama sekali tidak menyadarinya. Perkataan Pak Djoyo akhirnya mengembalikan ingatan Farzan ke beberapa hari sebelum dirinya dan Dewi Pambayun meninggalkan dataran China.

Kakek tua itu adalah seorang tabib yang juga guru Dewi Pambayun. Pria itulah yang mengajari Dewi Pambayun ilmu tentang tanaman dan obat-obatan. Kini, Farzan pun akhirnya kembali teringat bahwa waktu itu Dewi Pambayun memang sedang berusaha menyelesaikan suatu resep obat yang katanya akan berguna bagi banyak orang. Kemungkinan ramuan yang dibuat dan diminumkan Dewi Pambayun pada Farzan itulah yang sedang dikerjakan Dewi Pambayun saat itu.

Farzan yakin, sebagai guru Dewi Pambayun, pria tua ini juga mengetahui tentang ramuan itu. Kalau ramuan itu mampu membuat Farzan tetap hidup sampai sekarang. Tidak heran kalau Kakek Tua itu juga bisa hidup sampai saat ini. Ramuan itu mereka buat bersama, tapi sepertinya tidak pernah benar-benar sempurna.

"Kamu tau Nawang Saka? Keputusan kalian kembali ke tanah Jawa benar-benar tepat. Dewi Pambayun berhasil menemukan bahan terakhir untuk membuat ramuan awet mudah dan hidup kekal. Tapi sayangnya muridku yang cerdas itu tidak se visi dengaku. Jadi dia menyimpan resep yang sudah disempurnakannya sendiri. Sementara aku berusaha mati-matian bertahan hidup dengan segala percobaanku sendiri. Tapi..."

Detik berikutnya Farzan mendengar suara teriakan tertahan Aylin. Farzan dengan mudah mengenali suara Aylin. Meski hanya berupa erangan kesakitan tertahan. Seharusnya teriakan itu membuat Farzan lega, karena itu berarti Aylin masih hidup. Tapi teriakan tertahan itu justru membuat Farzan hampir gila. Amarahnya mendidih dan tidak tertahankan. Kalau saja Arya tidak menahannya tepat pada waktunya. Farzan pasti sudah melayangkan tinju ke ponselnya.

"Sialan kau kakek tua! Kalau kamu berani menyakiti Aylin, Aku akan..."

"Jangan mengancamku Nawang Saka." Potong Li Feng Yi yang diikuti dengan suara kekehan nya. "Sekarang dengarkan aku. Aku akan berbaik hati mengirimkan video yang menunjukkan keadaan keturunan dari Dewi Pambayun yang tidak kalah cerdasnya ini. Sebagai gantinya kamu harus memberikan apa yang aku inginkan. Karena Aylin sama keras kepalanya dengan Dewi Pamabayun, kamu lah yang harus menyerahkan benda itu."

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang