Dua Belas : Sambaran Petir

324 29 0
                                    

Pria itu berjalan dengan penuh percaya diri. Cara berjalan yang seakan tidak peduli dengan sekelilingnya dan hanya focus pada satu tujuan. Aylin. Aylin tau itu karena Farzan hanya beberapa saat memandang Gan yang ada di belakang Aylin sebelum kembali menatap Aylin. Tapi bukannya gugup atau merasa tidak nyaman seperti yang seharusnya dirasakan Aylin setiap ada yang memandangnya dengan intens. Aylin justru merasa amarahnya siap meledak. Ternyata pria Arogan itulah yang membuatnya basah kuyup. Tanpa repot-repot minta maaf kalau Aylin boleh tambahkan.

Meski biasanya Aylin menganggap keren para aktor di drama Korea yang berjalan dengan penuh percaya diri seperti paman Gan. Tapi kali ini Aylin hanya ingin marah pada pria itu. Tanpa peduli betapa kerennya pria itu sekarang.

Entalah. Mungkin karena sedikit harapan Aylin bahwa Farzan adalah pria yang akan selalu bersikap gentle, hancur karena fakta yang baru disadarinya. Fakta bahwa pria itu lah yang menyebabkan Aylin basah kuyup tanpa berhenti untuk minta maaf.

"Miss Ay..." Suara Gan lah yang berhasil menembus kabut rasa kesal dan amarah Aylin.

Tidak peduli semarah apapun Aylin. Aylin tidak akan membiarkan dirinya meledak di depan murid-muridnya. Meskipun saat ini hanya tinggal beberapa orang murid yang ada di lobby itu. Tidak. Tugas Aylin adalah memberikan contoh yang baik untuk murid-muridnya.

Karena itulah dengan cepat Aylin mengubah rencananya. Untuk saat ini Aylin harus menghindar dari Farzan terlebih dahulu. Itulah satu-satunya cara agar Aylin tidak meledak di depan murid-muridnya.

"Aylin." Tapi sayangnya Farzan terlebih dahulu menyapanya. Tidak hanya itu, Farzan bahkan berhenti tepat di depan Aylin dan menutup jalannya.

"Maaf saya sedang buru-buru." Aylin berkata dengan dingin tanpa menatap wajah Farzan. Pandangannya lurus ke depan hingga berhadapan dengan dada bidang Farzan yang kali ini memakai kemeja hitam. Hal yang seharusnya tidak dilakukan Aylin. Karena hal itu justru mengingatkan pada mimpinya semalam. Ingin rasanya Aylin memukul kepalanya sendiri dengan frustasi.

"Kurasa tidak sopan berbicara tanpa memandang lawan bicaramu, Aylin" Suara berat dan dalam Farzan menggelitik pendengaran Aylin.

Pria itu benar. Sehingga Aylin pun terpaksa mendongak untuk memandang wajah tampannya. Dengan senyum yang dipaksakan. Aylin berbicara dari selah-selah gigi yang digemertakan. "Lebih tidak sopan lagi orang yang...."

Kata-kata Aylin hilang ditengah perjalan dari otak menuju mulutnya. Hal itu terjadi begitu saja saat Aylin mengarahkan pandangannya ke dalam mata indah berwarna gelap itu. Ditambah dengan senyum santai penuh tanya yang menghiasi wajah tampannya itu. Aylin akhirnya merasakan efek hipnotis yang seharusnya dirasakannya sejak awal.

Aylin tidak kenapa baru kali ini Aylin merasakan dirinya tenggelam dalam mata gelap Farzan. Apakah karena mimpi nya semalam? Ataukah karena efek hujan? Entahlah.

Ini salah. Aylin berteriak pada dirinya sendiri. Ini bukan waktunya untuk terpesona. Karena itulah dengan susah payah Aylin menggeleng untuk mengakhir efek luar biasa yang ditimbulkan paman Gan itu. Meski tidak mudah. Aylin akhirnya berhasil.

"Maaf. Saya harus segera pergi." Ucap Aylin sambil beranjak ke samping untuk menghindari Farzan.

Tapi sayangnya Farzan sama keras kepalanya dengan Gan. Pria itu melakukan hal yang sama persis dengan Gan. Menghalangi langkah Aylin. Kemanapun Aylin melangkah. Farzan mengikutinya dan menutup jalan Aylin dengan tubuh yang jauh lebih tinggi dan lebih tegap dari Aylin.

"Maaf, tapi aku tidak bisa membiarkan seorang wanita marah pergi begitu saja." Farzan mengangkat bahu dengan polos. "Dan lagi kita belum saling sapa meski kita sudah saling kenal. Bukan kah itu tidak sopan?"

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang