Lima : Kutukan Aylin

389 31 3
                                    

Seakan belum cukup kesabaran Aylin diuji oleh sikap arogan Paman Gan beberapa hari yang lalu. Kini Aylin harus kembali menguatkan diri dan bersabar. Kata orang masalah itu datang silih berganti. Tapi bagi Aylin, masalah itu datang bertubi.

Setelah berhasil merekonsiliasi Gan dan Randi terkait iPhone yang dirusak dan pelanggaran peraturan. Beberapa minggu kemudian ujian itu datang kembali. Di rumah Aylin. Dalam bentuk seorang Diva. Akar dan penyebab dari perseteruan Gan dan Randi.

Kalau saja kemarin Aylin berpura-pura tidak melihat Diva. Kalau saja kemarin Aylin tidak berhenti dan lewat begitu saja saat melihat Diva duduk sendirian di halte bus yang tidak jauh dari sekolah. Toh Diva bukan anak dari kelas nya. Ini juga sudah jam pulang sekolah. Jadi seharusnya Aylin tidak memiliki tanggung jawaba atas Diva.

Tapi sayangnya Aylin bukan tipe orang yang bisa berpura-pura tak melihat. Apalagi jika itu menyangkut murid-muridnya. Baik itu murid yang ada di kelasnya ataupun tidak. Selama mereka pernah bertemu dan berinteraksi dengan Aylin. Aylin sama sekali tidak bisa menutup mata pada mereka. Karena itu alih-alih mengabaikan Diva. Aylin justru memarkir motor nya di depan halte dan menyapa Diva.

Hal yang terjadi begitu Aylin menyapa Diva sungguh diluar dugaan. Anak itu langsung memeluk Aylin dan menangis. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Diva terus saja menangis. Hingga kerudung biru muda Aylin basah karena airmata Diva.

Tidak hanya itu. Aylin juga menyadari kalau di pergelangan tangan Diva kembali muncul bekas luka sayatan baru. Kali ini beberapa diantaranya terlihat mengeluarkan darah. Karena itu lah saat Diva meminta izin menginap di rumah Aylin dengan mata sembabnya. Aylin tidak bisa menolak permintaan itu. Aylin tau itulah hal terbaik yang bisa dilakukannya. Hal itu jauh lebih baik daripada membiarkan anak itu sendirian di halte atau bahkan kabur dari rumah tanpa tujuan jelas.

"Aku tidak tau kalau miss Ay tinggal sendirian." Ucap Diva sambil meletakkan gelas yang baru dicuci Aylin ke dalam rak.

Akhirnya gadis yang mengaku telah kabur dari rumah itu mau berbicara. Setelah hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun sejak tiba di rumah sederhana Aylin kemarin. Pagi ini Diva terlihat lebih baik dari kemarin malam.

Meski sejak kemarin Aylin mengetahui alasan dibalik sikap Diva. Tapi Aylin tidak akan memaksanya untuk bercerita. Aylin hanya menelfon orang tua Diva untuk memberitahu bahwa anak mereka dalam pengawasan Aylin. Kemudian menenangkan Gan yang terdengar khawatir saat menelfon Aylin untuk menanyakan tentang Diva.

"Aku anak tunggal. Kedua orang tua ku sudah lama meninggal. Sementara nenek ku, meninggal dua tahun yang lalu." Kata Aylin sambil mengulurkan piring terakhir yang baru dibilasnya pada Diva. Dengan cekatan anak itu meletakkan piring itu ke rak piring. "Jadi ya, bisa dibilang baru beberapa tahun ini aku tinggal sendiri.

"Miss Ay tidak kesepian?" Tanya Diva sambil mengeringkan tangan dengan lap yang diberikan Aylin.

Pertanyaan itu membuat tangan Aylin terhenti sesaat sebelum mengambil tas nya di meja makan. Aylin mulai bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka. Kenapa Diva menanyakan hal itu. Aylin yakin kemungkinan besar itulah yang sedang dirasakan diva. Kesepian. Anak itu membutuhkan seseorang yang dapat merasakan apa yang dirasakannya. Untuk berbagi dan memahaminya. Karena itu lah Aylin harus berhati-hati dalam memberikan jawaban nya.

"Kalau aku bilang tidak, itu berarti aku berbohong hanya karena aku ingin terlihat kuat." Aylin memberi isyarat pada Diva yang juga sudah manggul tas punggungnya, untuk berjalan mengikutinya keluar rumah. "Jadi jawabannya adalah ya. Aku kesepian."

"Kenapa miss Ay ingin terlihat kuat?"

"Karena aku sudah tidak memiliki orang-orang yang akan melindungiku. Jadi aku harus melindungi diri sendiri." Jawab Aylin sambil membuka pintu garasi.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang