Tiga Puluh Satu : Bertemu Dalam Mimpi

247 20 1
                                    

"Anda yakin dia tidak akan kembali tidur untuk waktu yang lama?" Aylin bertanya tanpa melepaskan pandangannya dari tubuh Farzan yang kini berbaring di atas ranjang rumah sakit.

Kecemasan terdengar jelas dari suara Aylin saat dia bertanya pada dokter dengan rambut berwarna abu-abu yang berdiri di sampingnya. Tentu saja Aylin cemas. Farzan saat ini sedang terbaring di atas ranjang dalam ruang ICU VVIP yang dikelilingi kaca, dimana para ahli medis dapat memantau keadaannya. Di dada dan kepalanya terpasang berbagai kabel yang terhubung dengan beberapa monitor yang ada di sekitar tempat tidur nya. Belum lagi infus yang terpasang di lengannya.

"Tanda-tanda fisiknya menunjukkan dia hanya pingsan." Dokter Akbar yang berdiri di samping Aylin ikut memandangi Farzan yang berada di tengah ruangan itu. "Dia kelelahan. Baru kali ini dia melawan reaksi tubuhnya sendiri. Dan aku rasa dia berhasil. Meski aku tidak tau sampai kapan atau berapa kali dia akan bisa melakukan hal ini."

Aylin masih bisa merasakan rasa takut dan panik yang tadi dirasakannya saat melihat Farzan kesakitan sambil mencengkeram dadanya. Seperti orang yang terkena serangan jantung dan sesak nafas. Erangan kesakitan pria itu membuat air mata Aylin mengalir saat menceritakan semua mimpinya. Aylin bahkan hampir berteriak frustasi saat Farzan akhirnya berhenti mengerang dan justru menutup matanya. Begitu mereka memindahkan tubuhnya dari mobil ke ranjang yang membawanya ke ruang VVIP ini. Beruntung dokter Akbar yang sudah menunggu di lobby rumah sakit saat Aylin tiba, berhasil menenangkan Aylin dengan kalimat singkat bahwa Farzan akan baik-baik saja.

Sekarang Farzan memang terlihat tenang di dalam ruangan yang penuh dengan teknologi kesehatan canggih itu. Bahkan dalam ruangan itu ada tempat tidur canggih yang hanya pernah Aylin lihat di film Avatar, tabung canggih yang mirip dengan kotak yang digunakan Sam Worthington tidur untuk masuk ke planet Pandora. Aylin menduga itu adalah tempat tidur Farzan jika pria itu benar-benar tertidur lama. Tapi berhubung Farzan belum dimasukkan ke alat itu, kemungkinan pria itu benar-benar akan membuka matanya lagi.

"Takdir memang ajaib dan tidak terduga." Kata-kata dokter Akbar itu mampu mengalihkan pikiran Aylin. "Tiga puluh tahun yang lalu, dia datang kesini dengan kekhawatiran atas kelahiranmu. Sekarang kamu lah yang mengantarnya kesini dengan kekhawatiran yang bahkan lebih mendalam."

"Maksud anda?" Kening Aylin berkerut karena tidak mampu memahami apa yang baru saja dikatakan dokter yang memakai kacamata bulan separoh seperti Dumbledore itu.

"Mungkin kamu tidak ingat, tapi disinilah kamu dilahirkan, nak." Dokter Akbar tersenyum atas kenangan yang melintas di benaknya. "Farzan lah yang membantu ayahmu membawa ibumu ke rumah sakit ini. Apakah BMW merah itu masih ada? BMW merah yang digunakan Farzan untuk mengantar kedua orang tuamu kesini hingga kamu lahir dengan selamat. Apakah ayahmu merawatnya dengan baik?"

Pemahaman mulai merasuk ke dalam otak Aylin. Bagaimana reaksi Farzan saat melihat mobil tua ayah Aylin itu. Serta pertanyaan-pertanyaan aneh Farzan tentang mobil itu. Tentu saja itu adalah mobil Farzan. Pria itu pasti mengenalinya dalam sekali lihat.

Fakta itu menunjukkan bahwa Farzan sudah banyak membantunya sejak dirinya lahir di muka bumi ini. Kemudian seakan tadir terus berputar diantara mereka. Farzan selalu hadir, menolong dan membantunya setiap kali Aylin mendapatkan kesusahan. Air mata kembali mengancam keluar dari mata Aylin. Tidak. Farzan harus bangun dan kembali membuka matanya. Banyak hal yang harus Aylin sampaikan pada pria itu. Dan hal pertama yang harus Aylin sampaikan adalah 'terima kasih'.

"Aylin!" Suara Dhini terdengar bersamaan dengan pelukan erat sahabatnya itu dari samping.

Setelah beberapa saat mereka berpelukan tanpa kata. Dhini pun akhirnya melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Aylin ke kiri dan kanan. Kemudian seakan tidak puas, Dhini membuat Aylin berputar 360 derajat.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang