Prolog

506 62 17
                                    

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

(QS. An-Nur 24: Ayat 31)

🌻🌻🌻

Ketika seluruh wanita muslim yang sudah baligh di wajibkan untuk berhijab, Marsha justru menentang seluruh siswa di SMA Nusantara agar tidak ada yang mengenakan hijab. Sebagai salah satu wanita muslim, prilaku Marsha sangat disayangkan karena menentang suatu kewajiban atas apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Semua siswi berusaha menentang, namun tak kuat atas perlakuan Marsha terhadap mereka hingga mereka memutuskan untuk menanggalkan hijabnya.
Tetapi, tidak untuk Haura. Haura mencoba untuk sabar atas ujiannya ini, walaupun kini ia sedang mengalami beberapa ujian dan bahkan ujian tersebut datang hampir dalam waktu yang bersamaan.

Dengan terpaksa Haura harus menerima kenyataan bahwa ia harus berpindah sekolah di Yogyakarta. Sekolah barunya ini adalah sekolah swasta favorit di sini, mayoritas yang bersekolah di sini adalah orang-orang kaya dan sebagian karena mendapat beasiswa, tetapi di sekolah ini tidak ada satupun yg mengenakan hijab karena ada salah satu siswi pemilik yayasan yg mengatur agar tidak ada siswi yg mengenakan hijab, kalau ada yg melanggar, dia akan di bully dan diberi ancaman hingga tidak lagi melanggarnya. Sebelumnya ia bersekolah di SMA ternama di Jakarta, tetapi karena orang tuanya bercerai, ia harus ikut papanya ke Yogyakarta, karena hak asuhnya jatuh ke tangan papanya, sedangkan mamanya menetap di Jakarta bersama seorang adik laki-lakinya yang berusia 7 tahun.

Pedih jika harus di ceritakan, Haura harus tinggal terpisah dengan mama dan adiknya. Orangtuanya terlalu egois sampai-sampai harus bercerai begini, padahal semuanya pasti bisa dibicarakan baik-baik bukan? tidak harus berpisah seperti ini lalu mengorbankan kedua anaknya seperti ini. Haura tinggal bersama papa nya di rumah mewah yang baru di beli papa nya sebulan yang lalu. Rumahnya besar dan sangat mewah, tetapi sayang, hanya di tinggali oleh Haura, papa nya, seorang asisten rumah tangga, tukang kebun yang juga merangkap sebagai satpam, dan seorang supir saja.

Kalian pasti tahu apa yang kini Haura rasakan, kesepian pastinya. Papa pulang seminggu sekali karena pekerjaannya di Jakarta, katanya papa masih mengurus cabang restorannya di Yogja, tetapi itu pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Haura sangat merindukan mama dan adiknya, sangat rindu. Biasanya mama selalu mengajaknya jalan-jalan ketika Haura merasa jenuh di rumah, jikalau hanya berdiam di rumahpun Haura merasa aman dan nyaman karena keberadaan mama. Tapi saat ini Haura benar-benar sendiri, sepi membiarkannya berteman dengannya terlalu lama.

Haura terlonjak kaget karena merasakan dari belakang ada yang menarik hijabnya. Dia adalah seorang gadis cantik yang berambut curly, memakai lipstick pink senada dengan warna bibirnya tampilannya modis dan cantik, seragamnya serba pendek dan ketat. Haura tidak tahu siapa dia karena maklum saja Haura baru beberapa jam menginjakkan kakinya di sekolah ini. Haura melihat sorot matanya yang seperti ingin menerkam dirinya. "Apa salahku?" Tanya Haura dalam hati sambil meringis kesakitan karena rambutnya juga ikut tertarik.

Haura mencoba melirik ke seluruh arah kantin ini, ia melihat siswa-siswi di sekelilingnya menatap kejadian ini dengan berbagai ekspresi, ada yang terlihat iba karena mimik wajahnya terlihat meringis saat melihatnya, ada yang melihatnya begitu saja dan melanjutkan makannya, dan ada yang seolah membenarkan siswi ini melakukan aksinya. Kini Haura memejamkan matanya karena harus menahan rasa sakit, tak dapat lagi  melihat di sekitarnya dan tak lagi berharap akan ada yang menolongnya, karena semuanya hanya diam tak bergeming.

Akhirnya Haura membuka mata dan mengatakan sesuatu, "maaf, kamu ini siapa? Kenapa kamu menarik hijab ku seperti ini? tolong lepaskan!!!" Haura mulai kesal dan berbicara dengan nada tinggi.

"Oh, jadi lo belum tau siapa gue?" Jawab siswi itu sambil menarik hijab Haura dengan lebih kencang sampai rambutnya keluar dari pelindungnya.

***

Setiap rasa selalu akan menjadi sebuah kenangan yang berharga karena rasa yang ada adalah sebuah proses setiap orang untuk menuju sebuah rasa kebahagiaan.
Jangan takut jika kamu saat ini sedang merasakan suatu hal yang pahit, atau bahkan begitu pahit dirasa, namun percayalah, bahwa setiap rasa yang ada akan membuatmu mampu mencicipi berbagai macam rasa dan pasti kalian akan berada dititik merasakan rasa manisnya kehidupan.
Hidup hanya sementara, maka jalanilah setiap rasa dan bersyukurlah dengan rasa yang Allah berikan untukmu.

🌺🌺🌺

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Selamat membaca semuanya
Jangan lupa beri vote dan komen kalian ya, karena dengan kalian memberikan vote dan komentar pada cerita ini akan membuat aku lebih semangat dalam berkarya.
Salam literasi!




Jum'at, 14 Februari 2020
Jangan lupa baca surah Al-Kahfi ya

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang