4. Teman Baru

108 28 2
                                    

Sabar, adalah kata yang tepat untuk orang yang kuat. Jika tanaman yang sudah layu saja masih bisa berjuang untuk tetap hidup. Maka kamu akan menemukan pupuk dalam hidupmu untuk terus bertahan.

•••
~Karya Rasa~

🌷🌷🌷

Haura mengaduk-aduk mie goreng yang telah tersaji di hadapannya. Ia melihat orang-orang di sekelilingnya yang makan sambil bercanda tawa bersama teman-temannya, sedangkan di sini Haura hanya sendiri, tak ada yang menemaninya, tak ada yang dapat menghibur hatinya yang sunyi.

Haura menekuk wajahnya sambil menopang dagunya menggunakan tangan kirinya. 7 menit sudah ia hanya mengaduk makanan dan minumannya dan sesekali memperhatikan suasana kantin yang semakin ramai dengan siswa-siswi yang berkumpul bergeng. Ingin menjerit rasanya, namun itu tak dapat dilakukannya, lagi-lagi ia hanya bisa memendam dan terus memendam tanpa ada orang yang bersedia mendengarkan semua keluh-kesah yang membuncah di dada. Hanya Allah-lah tempatnya mengadu, menitikan air mata untuk terus berharap akan ada seorang yang perduli dengannya.

"Woyyy, Bro...sini gua udah dapet tempat nih." Teriak seorang siswa yang lumayan memekakan telinga Haura karena asal suara tersebut tepat ada di belakangnya.

"Hai..boleh duduk di sini kan Hu..Hu..Hura?" Tanya siswa yang bernama guntoro, siswa yang beberapa waktu yang lalu bangkunya diduduki Haura karena salah masuk kelas.

Haura mengernyitkan dahinya, "maaf Kak, nama saya Haura kak," ucap Haura agak kesal karena namanya telah Guntoro ubah tanpa disetujuinya.

"Iya, aku udah tau kok. Boleh kan duduk di sini." Ucap Guntoro sambil menarik bangku yang akan di dudukinya.

Haura hanya pasrah dengan kelakuan kakak kelasnya itu, hitung-hitung Guntoro telah menyelamatkannya dari kesepian ini. Haura mengangguk, lalu dua orang siswa berdiri di hadapan Guntoro.

"Duduk!!" Perintah Guntoro sambil menepuk dua bangku yang masih kosong, lalu dituruti oleh kedua temannya.

Haura tercengang melihat salah satu siswa itu, ternyata benar apa kata lelaki yang telah membantunya semalam, lelaki itu memang satu sekolah dengan Haura.

"Eh iya, kenalin Hau ini sahabat karib aku yang selalu setia menemani sejak SMP," jelas Guntoro, "si sholeh yang merupakan wakil ketua OSIS ini namanya Ferdi, si muka datar ini namanya Akmal, walaupun mukanya nyeremin tapi dia baik kok, sholeh lagi." Terang Guntoro.

Haura mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih ya Kak, tadi malam udah bantu aku. Semalam Kakak aku cari ternyata udah pergi." Haura mengucapkan terima kasih dengan menghadap ke arah Akmal.
Guntoro dan Ferdi bengong sambil menatap ke arah Akmal.

"Ternyata kalian berdua udah kenal?" Tanya Guntoro.

Akmal diam saja, ia memilih menyantap makanannya. Sedangkan Haura mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Guntoro.

Akmal yang melihat anggukan Haura pun langsung mengelak, "apaan, kita cuma pernah ketemu tapi belum kenal ya," jawab Akmal.

"Wih, kayanya ada yang berharap di ajakin kenalan tuh sama Haura." Celetuk Ferdi dan di hadiahi uluran tangan dari Guntoro untuk ber-tos ria.

Akmal yang kesal dengan tingkah Ferdi dan Guntoro langsung meminum es teh miliknya. "Apaan sih kalian ini, kalau kalian yang mau kenal sama dia bilang aja gak usah bawa-bawa nama gua," ucap Akmal sambil menatap Ferdi dan Guntoro seperti ingin mengajak duel. Tetapi kedua sahabatnya itu sudah paham bagaimana sifat asli Akmal yang sebenarnya seorang lelaki yang humoris, tetapi ada suatu hal yang dialaminya hingga membuat keceriaannya hilang, dan kedataran ekspresinya muncul sampai sekarang.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang