36. Karya Rasa (End)

124 15 25
                                    

Setiap rasa selalu akan menjadi sebuah kenangan yang berharga karena rasa yang ada adalah sebuah proses setiap orang untuk menuju sebuah rasa kebahagiaan.
Jangan takut jika kamu saat ini sedang merasakan suatu hal yang pahit, atau bahkan begitu pahit dirasa, namun percayalah, bahwa setiap rasa yang ada akan membuatmu mampu mencicipi berbagai macam rasa dan pasti kalian akan berada dititik merasakan rasa manisnya kehidupan.
Hidup hanya sementara, maka jalanilah setiap rasa dan bersyukurlah dengan rasa yang Allah berikan untukmu.

•••

~Karya Rasa~

🌻🌻🌻

Lima tahun kemudian...

"Assalamu'alaikum Haura..." Sapa Haufa dengan semangat.

"Waalaikumsalam Fa. Wih semangat banget sih kamu." Ucap Haura sembari tersenyum.

"Iya dong, kan mau nemenin kembaran aku." Ucap Haufa sambil menoel dagu Haura.

"Ihhh...Haufa, bikin aku jadi malu aja." Ucap Haura tersipu malu.

"Uhuyyy... seneng ya Ra?" Tanya Haufa yang membuat Haura seketika merasa kikuk.

"Apaan sih."

"Ciee..." Haufa kembali menggoda Haura.

Kini pipi Haura sudah memerah seperti menggunakan blush on. Ia begitu malu karena Haufa terus menggodanya.

Tampilan Haura yang kini lebih elegan dengan menggunakan gamis merah muda dan hijab syar'i dengan warna senada membuatnya terlihat lebih cantik. Makeup yang menghiasi wajahnya pun sangat pas dan tak berlebihan, membuat wajahnya tak jauh berbeda seperti pada saat ia sekolalah dulu.

Haufa pun kini sudah mengenakan hijab sejak tiga tahun yang lalu. Haufa menggunakan gamis dan hijab syar'i dengan model yang sama seperti Haura namun berbeda warna. Haufa menggunakan gamis dan hijab berwana biru dongker.

"Assalamu'alaikum." Suara salam terdengar dari luar. Dia adalah Guntoro, orang yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu.

"Waalaikumsalam." Jawab Haura dan Haufa bersamaan.

"Ciee, udah mau berangkat tambah deg-deg serr ndak nih?" Haufa kembali menggoda kembarannya itu.

"Haufa..." Teriak Haura sebal.

Haufa hanya cekikikan dan langsung menghampiri Guntoro.

"Awas ya Fa." Ancam Haura.

Haufa hanya cuek dan lebih memilih membenahi hijabnya yang sedikit berantakan.

"Udah siap?" Tanya Guntoro.

"InsyaAllah." Jawab Haura.

"Yaudah, yuk langsung berangkat." Ajak Guntoro sambil memutar-mutarkan kunci mobil di tangannya.

"Yuk." Ucap Haura sambil melangkah mengikiti Guntoro. Saat Haura melihat Haufa yang masih saja sibuk membenahi penampilannya. Haura menarik tangan Haufa hingga ia terlonjak kaget.

"Ra... sebentar dong Ra. Kan aku lagi belajar jadi cewek elegan dan berpenampilan rapi." Protes Haufa.

"Jangan kebanyakan modus Fa. Udah cantik kok." Ucap Haura yang masih saja menarik tangan Haufa yang berusaha menahan tubuhnya.

"Bilang aja udah gak sabar mau milih-milih cincin pernikahan. Iyakan Ra?" Ucapan Haufa itu berhasil membuat Haura menghentikan langkahnya, ya itu karena memang mereka sudah sampai di depan pintu mobil dan langsung masuk ke mobil.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang