8. Bela Diri

74 20 9
                                    

Setiap orang wajib membela dirinya ketika berada dalam belenggu kejahatan. Seperti bunga mawar yang ternyata memiliki duri di batangnya. Ia terlihat indah, namun tak mudah untuk dipetik sembarangan.
Diam bukan berarti kalah, tetapi lawanlah jika orang itu terus menyakitimu.

•••

~Karya Rasa~

🌷🌷🌷


"Oh, jadi lo yang sok-sokan mau ngebelain nih anak norak? Oh iya, kan emang sama-sama norak ya." Tegur Marsha pada Maira yang sedang duduk di taman sekolah bersama Haura.

"Iya, emang kenapa? gak boleh ya kalau anak norak kaya kami ini ada temen? apa harus anak-anak hits kaya kalian ini yang harusnya ditemenin?" Jawab Maira sinis.

"Oh, berani ya lo sama gue!" Bentak Marsha.

Tangan Marsha melayang mendekati pipi Maira, namun belum sampai kepada targetnya itu tangannya berhasil ditangkis oleh Maira.

Marsha terlihat kaget karena sikap Maira yang berubah menjadi pemberani, ini pertama kalinya Maira berani melawan Marsha, setelah sebelumnya ia hanya pasrah saja dengan tindakan Marsha yang semena-mena padanya. Kisah Maira sama dengan Haura, dulu ia berhijab, namunkarena tak tahan dengan bullyan Marsha Maira memilih melepas hijabnya, berbeda dengan Haura yang dengan tangguh rela mengorbankan keselamatan dirinya demi mempertahankan hijabnya. Itulah yang membuat Maira salut dengan Haura. Dan kini, Marsha memilih merubah dirinya menjadi sosok yang lebih pemberani agar tidak mudah diinjak-injak harga dirinya oleh Marsha and the geng.

"Berani banget lo sama gue! sini lo kalau emang bener-bener berani sama gue, lo pikir lo siapa berani-beraninya sama Marsha." Tantang Marsha pada Maira.

Maira mulai memasang kuda-kuda dengan sempurna, siap mengeluarkan jurus yang telah ia pelajari.

Marsha yang melihat gerakan tubuh Maira yang terlihat siap bertanding pun sok bersikap santai sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan, agar tidak ketahuan bahwa nyalinya mulai ciut.

Indri, Vita, dan Fani, teman-teman satu geng Marsha terlihat saling tatap.
"Marsha, lo lupa ya, kan kita belum nyuruh Nabila ngerjain PR kimia kita, itu lebih penting dari mereka." Ucap Indri.

Marsha menoleh ke arah Indri dan kedua teman lainnya. "Oke, gue lupa. Awas ya kalian, urusan kita belum selesai, ngerti lo!" Tegas Marsha sambil menunjuk ke arah Haura dan Maira bergantian, lalu ia dan teman-temannya berlalu pergi meninggalkan Haura dan Maira.

"Wih, hebat banget lo Mai. Itu tadi mau ngeluarin jurus abal-abal atau beneran Mai?" Tanya Haura takjub.

Maira tersenyum dengan mata yang berbinar-binar, "nanti gue bakal kasih tau." Jawab Maira.

"Ih, penasaran deh gue. Lucu ya liatarsha yang keliatan tegangnya gitu, padahal biasanya dia gak ada takutnya, haha.." ucap Haura.

"Haha...iya, keliatan banget ya dia tegangnya pas gue mau ngeluarin jurus, untung temen-temennya pada pinter ngeles." Jawab Maira yang diakhiri dengan tawa.

Haura ikut tertawa, "tapi, emang bener kalau PR lebih penting kan dari kita." Balas Haura dengan polosnya.

"Haura, lo percaya kalau si Marsha lebih takut gak ngerjain tugas dibandingkan ngasih pelajaran ke orang-orang yang gak dia sukain? Dia itu rela ngelakuin apa aja demi memuaskan nafsu dia membuli kaum yang lemah kaya kita ini, dan sekarang gue mau bangkit Hau, dan lo juga." Jelas Maira dengan tegas dan optimis.

"Hehe...ya kalau aku sih lebih penting tugas daripada buat dosa mulu kaya gitu, ternyata pemikirannya Marsha beda ya." Ucap Haura.

***
"Sya, lo percaya gak sih sama jurusnya si Maira norak itu?" Tanya Indri.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang