17. Melepas Rindu

76 14 4
                                    

Kerinduan seorang ibu dan anak tak lagi dapat ditepis. Biasanya, waktu mereka lewati bersama, namun kini selalu ada kerinduan yang mengiringi jarak.

•••

~Karya Rasa~

🌷🌷🌷



Ra, besok setelah kamu pulang sekolah kita ketemuan ya. Tempatnya terserah Haura aja, mama ngikut aja.

Sebuah pesan singkat diterima oleh Haura, ternyata pesan itu dari mamanya. Mata Haura terbelalak karena ajakan mamanya.

Mama di Yogya?

Balas Haura yang masih tak percaya atas pesan dari mamanya yang baru saja ia terima, mamanya tak pernah memberinya kabar kalau sedang di Yogya sebelumnya, mungkin saja ini sebuah kejutan. Begitulah pikir Haura.

Tring...tring...tring...

Handphone Haura berbunyi nyaring secara berulang menandakan sebuah panggilan masuk di handphone Haura. Telepon tersebut bertuliskan mamaku tercinta, Haura pun langsung menggeser ke atas tombol hijau di handphonenya untuk menerima panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum." Salam Haura dengan antusiasnya.

"Wa'alaikumsalam, anak mama yang cantik." Jawab mama Haura.

"Mama di Yogya?" Tanya Haura dengan gembira.

"Iya sayang, kamu pulang sekolah jam berapa?" Tanya mama Haura.

"Hmm...abis ashar ma, Haura sekalian sholat dulu ya di sekolah."

"Masya Allah Alhamdulillah anak mama jadi anak yang soleha."

"Aamiin ma, doain Haura terus ya ma."

"Pasti nak, setiap doa mama selalu ada kamu di dalamnya."

"Kangen banget ma." Rengek Haura.

Mama Haura terdengar terkekeh mendengar rengekan anaknya itu.

"Jangan rindu, berat. Kamu gak akan kuat." Ucap mama Haura bercanda.

"Iiihhh...mama..."

"Eh sayang, udah dulu ya. Mama masih ada urusan. Assalamu'alaikum sayang."

"Wa'alaikumsalam mama sayang..."

Panggilan pun selesai, menyisakan rasa gembira Haura yang bukan kepalang. Besok sore adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu Haura, ia tidak menyangka jika bisa bertemu dengan mamanya kembali setelah berbulan-bulan lamanya rindunya hanya dapat terobati via telepon. Jarak yang memisahkan mereka, namun hati ibu dan anak tidak akan ada jaraknya. Haura dan mamanya memang sangat jarang sekali berkomunikasi walaupun via telepon, namun doa yang tiada putusnya membuat mereka seolah selalu dekat walau rindu terus melekat.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB namun mata Haura belum bisa terpejam. Masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya di balik rasa kegembiraannya yang akan bertemu mamanya besok sore.

Haura masih memikirkan Maira yang tiba-tiba mencemburui dirinya dengan Akmal, sampai-sampai Maira menjauhinya beberapa hari hanya karena hal itu. "Apa karena hal itu saja?" Pikir Haura.

Sangat aneh rasanya, mengapa Maira baru mengungkapkan kecemburuannya itu sekarang. Sebelumnya Maira tidak begitu menampakkan rasa sukanya pada Akmal, walaupun Haura sebenarnya sudah tahu jika Maira memang menyukai Akmal. Itu dapat Haura lihat dari kekaguman Maira terhadap Akmal yang sering ia lontarkan dengan cara selalu memuji Akmal.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang