1. Murid Baru

235 49 7
                                    

Haura Pov

Ku langkahkan kakiku di SMA Nusantara, sekolah baruku. Aku berharap aku akan betah sekolah di sini, walaupun berat rasanya harus meninggalkan sekolah lamaku, terlebih aku harus meninggalkan sahabat-sahabatku, mereka yang selama ini menyemangatiku disaat aku sedih, hampir semua yang aku rasakan aku bagikan kepada sahabatku Maya dan Rania.

Kini aku telah sampai di ruang tata usaha, lalu seorang guru wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama Anita langsung mengajakku untuk masuk ke kelas. Ku langkahkan kaki ini menuju kelas sebelas IPA 1 bersama Bu Anita di lantai dua.

"Assalamu'alaikum anak-anak," Bu Anita mengucapkan salam, setelah di jawab oleh sebagian murid lalu dilanjutkan dengan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, ternyata ia merupakan guru baru dan begitupun aku yang langsung di persilahkan untuk memperkenalkan diri.

Kulihat puluhan pasang mata tertuju padaku, membuat aku menjadi canggung saja untuk memperkenalkan diri, terlebih tatapan mereka bukan tatapan biasa kepadaku entah apa yang membuat mereka melihatku seperti itu, aku rasa kehadiranku disini tidak disukai mereka.

Langsung saja aku memperkenalkan diri dengan degupan jantung yang amat cepat, sungguh rasanya aku ingin kembali ke Jakarta, dengan ragu aku memulai perkenalan diri. "Assalamu'alaikum," tak ada yang merespon salamku, "per--perkenalkan nama saya Haura Khansa. Kalian bisa memanggilku Haura, aku pindahan dari SMA Jaya Karta." Perkenalanku singkat, dan tidak ada satupun yang merespon.

Sedih rasanya menjadi orang asing yang tidak diinginkan seperti ini, biasanya ketika aku masuk kelas aku sudah disambut dengan senyuman dari Maya dan Rania, mereka selalu dapat membuat hari-hariku menjadi selalu semangat. Selalu ada tingkah konyol dari mereka berdua di setiap harinya, membuat aku yang sebenarnya seorang yang pendiam menjadi lebih berani berbicara dan bertingkah sedikit aneh mungkin karena tertular virus dari mereka berdua hehe.

Kutundukkan kepalaku, air mataku keluar dari sudut mata ini karena mengingat sesuatu yang mungkin tidak akan aku dapatkan di sekolah ini. Segera ku hapus air mata ini, setidaknya sedikit rasa sesak di dada sedikit mereda.

Bel tanda istirahat berbunyi, mengisyaratkan kepada seluruh siswa untuk beristirahat.
Aku keluar tanpa ditemani siapapun, namun aku masih melihat puluhan pasang mata yang lebih dari jumlah saat di kelas memperhatikanku. Entah apa yang aneh dariku tetapi di sepanjang sekolah ini setiap siswa yang kulewati menatapku dengan tatapan hina. Aku hanya bisa menundukkan kepala tetapi sesekali aku juga menghapal di setiap sudut ruangan di sekolah ini. "Sekolah yang bagus, tetapi sayang penghuninya aneh semua." Pikirku

Kaki ini mengarahkanku pada sebuah tempat yang kini amat terlihat sesak, aroma berbagai jenis makanan menjadi satu membuat perutku yang sedari tadi sudah meronta-ronta tak sabar untuk memesan sesuatu.

Akupun ikut mengantri untuk memesan makanan.
Akhirnya tibalah giliranku, "Bu, siomaynya satu sama es jeruk satu," pesanku

Ku edarkan pandanganku untuk mencari tempat yang kosong, terlihat ada tempat kosong di kursi paling pojok, akupun langsung melangkah ke tempat itu.

Kulirik ke seluruh kantin sekolah ini, nuansanya begitu nyaman, di setiap sisinya terdapat ac, nuansanya pun seperti di cafe, sungguh nyaman sekolah ini, "tapi sayang, aku masih merasa sepi di tengah keramaian ini," ucapku dalam hati.

Setelah beberapa menit waktu yang ku pakai untuk melihat kondisi kantin, aku mulai melahap siomay yang aku beli.

Aku terlonjak kaget karena aku merasakan dari belakang ada yang menarik hijabku. Kulihat dia adalah seorang gadis cantik yang berambut curly, memakai lipstick pink senada dengan warna bibirnya tampilannya modis dan cantik, seragamnya serba pendek dan ketat. Aku tidak tahu siapa dia karena maklum saja aku baru beberapa jam menginjakkan kakiku di sekolah ini. Kulihat sorot matanya yang seperti singa ingin menerkam. "Apa salahku?" Tanyaku dalam hati sambil meringis kesakitan karena rambutku jugan ikut tertarik dengan kencang.

Aku mencoba melirik ke seluruh arah kantin ini, kulihat siswa-siswi di sekelilingku menatap kejadian ini dengan berbagai ekspresi, ada yang terlihat iba karena mimik wajahnya terlihat meringis saat melihatku, ada yang melihatnya begitu saja dan melanjutkan makannya, dan ada yang seolah membenarkan siswi ini melakukan aksinya. Kini mataku ku pejamkan karena harus menahan rasa sakit, tak dapat lagi aku melihat sekitarku dan tak lagi berharap akan ada yang menolongku, karena semuanya hanya diam tak bergeming.
Akhirnya aku buka mataku dan mengatakan sesuatu, "maaf, kamu ini siapa? Kenapa kamu menarik hijab aku. Tolong lepaskan!!!" Aku mulai kesal dan berbicara dengan nada tinggi.

"Oh, jadi kamu belum tau siapa aku?" Jawab siswi itu sambil menarik hijabku dengan lebih kencang sampai rambutku keluar dari pelindungnya.

"Memangnya kamu siapa hahh???" Tanyaku sambil menahan tangannya.

Siswi itu menoleh ke arah teman yang berada di belakangnya, "kasih tau siapa gue," ucapnya dengan nada sombong.

"Dia itu Marsha Aisy Sofea, anak dari pemilik sekolah ini. Dan lo harus tau peraturan apa aja yang harus lo ikutin, kalau lo masih mau lulus dari sekolah ini." Jawab siswi yang ada di belakangnya, ia memperkenalkan Marsha dengan nada memuja, lalu menunjuk-nunjuk ke arah wajahku saat menjelaskan tentang peraturan yang belum aku ketahui itu.

Dan...tak kusangka Marsha menarik hijabku hingga terlepas dari kepalaku dan mengacak rambutku.

Kalian pasti tahu apa yang aku rasakan saat ini, aku hanya bisa menangis tersedu dan langsung mengambil hijabku yang sudah berada di lantai, kondisinya sungguh mengenaskan, hijabku sudah sangat kotor karena sudah diinjak-injak oleh Marsha dan teman-temannya, lalu disiram menggunakan es jeruk milikku. Aku langsung membenarkan posisi hijab ini seperti sedia kala, lalu aku mencari lokasi toilet untuk membersihkannya.

Marsha berbisik kepadaku, "buang aja kain jelek ini, dan jangan pernah lo pake ke sini." Ucapan yang penuh makna itu dengan tega ia lontarkan, ini sungguh penghinaan yang amat sangat menyakitkan bagiku, selain kehormatan diriku yang lebih penting adalah kehormatan agamaku yang mewajibkan setiap wanita yang sudah balig diwajibkan untuk berhijab.

Seorang siswi menepuk pundakku, "toilet ada di sana, dari sini belok kiri," beritahunya lalu ia pergi begitu saja, dan aku tak sempat mengucapkan terima kasih padanya.

****
"Assalamu'alaikum," ucapku

Ceklek...suara pintu di buka disertai dengan jawaban salam. "Wa'alaikumsalam, eh Non Haura udah pulang," ucap seorang wanita paruh baya dengan nada jawa medoknya, dia adalah Bu Sri asisten rumah tanggaku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, sosok Bu Sri masih sangat asing bagiku karena ia baru bekerja dua hari di rumah ini.

Aku melenggang masuk, lalu Bu Sri menanyakan hijabku yang kotor. "Loh Non, itu jilbabnya kenapa to? kok kotor to Non?"

Aku bingung mau alasan apa, "Oh, tadi abis ngerayain ulang tahun temen jadi aku juga kena kotorannya," jawabku asal dan hanya dibalas Bu Sri dengan membentuk bibir bulat sempurna, hingga terbentuk seperti huruf o.

Aku masuk ke kamar dan langsung menguncinya, aku tidak mau di ganggu. Sungguh, pikiranku dan keadaanku kacau saat ini. Pikiranku sungguh kacau dan sangat merasa berdosa karena Marsha telah membuka auratku di tengah keramaian, ia telah menghinaku seperti itu. Hal tersebut bisa dikatakan sebuah aksi bulying.

Entah apa yang harus aku lakukan jika besok ia kembali dan melakukan hal yang sama, aku sangat takut. "Aku gak mau sekolah disitu, aku mau pindah." Ucapku bermonolog sambil menangis tersedu, dan kata-kata itu kuucapkan berkali-kali untuk meluapkan kekesalanku.

Tetapi apalah dayaku, papa tak akan mungkin dapat di lawan. Apapun yang papa ucapkan dan lakukan, itu adalah hal yang menurutnya terbaik dan tidak dapat di ganggu gugat lagi. Dan aku hanya bisa menerima kenyataan, mempersiapkan diri dan mental untuk melanjutkan kehidupan yang harus kujalani saat ini.

"Seberat apapun masalah, walaupun kamu sedang sendiri tetapi Allah akan selalu ada untuk kamu yang dekat pada-Nya." Itulah ucapan nenek yang selalu terngiang di ingatanku, kata-kata itu seolah menjadi penawar rasa takutku.

🌻🌻🌻

Hallo, Assalamu'alaikum readers.

Segitu dulu ya ceritanya, next bakal lanjut lagi dan semoga pada suka ya.
Jangan lupa di vote dan komen ya
Tambahkan juga di daftar perpustakaan kalian biar bisa terus update cerita ku.
Terima kasih readers 😘😘

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang