Haura melangkahkan kakinya dengan cepat sambil sesekali menengok ke belakang untuk memastikan bahwa orang berhoodie itu sudah tidak lagi mengikutinya. Beberapa kali tubuhnya hampir menabrak orang-orang yang berada di depannya karena tak fokus memandang ke depan.
"Ishh...gimana sih Mbak?" Ucap seorang wanita dengan sinis karena hampir ditabrak oleh Haura.
"Eh, maaf Mbak gak sengaja." Ucap Haura sambil menungkupkan kedua telapak tangannya di depan dada sebagai permintaan maafnya.
"Huh...siapa sih orang itu? ngapain dia ngikutin gue? Ya Allah, lindungi hamba-Mu ini..." Ucap Haura lirih dengan rasa panik.
"Non..."
"Pak Poniman? Alhamdulilah..." Ucap Haura lega karena melihat Pak Poniman yang sudah memperhatikannya dan mungkin ia memang sedang mencoba mencari Haura karena khawatir.
Kini mereka berjalan beriringan menuju tempat mobil terparkir yang jaraknya sekitar 100 meter.
"Non Haura gakpapa?" Tanya Pak Poniman sambil memperhatikan Haura yang terlihat berkeringat dan suara napasnya yang memburu.
"Hah? aku gak kenapa-kenapa kok. Ayo Pak kita pulang, aku udah gak sabar mau makan jajanannya." Ucap Haura mencoba mengalihkan pembicaraan.
***
"Apakah kamu mau menjadi pasanganku?"
"Apa maksud kamu? Pacaran? atau..."
"Ya, sejenis itu. Kamu mau kan menerima aku? aku berjanji aku akan selalu menjagamu dan membahagiakanmu selamanya..."
"Jika kamu ingin menjaga dan membahagian aku, kamu gak akan mengajakku untuk tercebur bersamamu ke suatu lubang. Jika kamu memang ingin menjagaku, pasti kamu akan mengajakku untuk ke jalan yang benar hingga akhirnya kita bahagia bersama di surga-Nya."
"Maksud kamu?"
"Tanyakan saja pada hatimu, renungilah semua perkataanku maka kamu akan menemukan jawabannya."
Haura menatap ekspresi wajahnya di depan cermin. Ia sedang berlatih dengan bermonolog untuk memperagakan drama yang akan ditampilkan saat milad rohis nanti. Haura berusaha menampilkan semua penampilannya yang terbaik agar rohis tak dipandang sebelah mata oleh orang-orang di luar sana, terlebihnya seluruh siswa apalagi guru di sekolah.
"Bikin baper banget sih ceritanya." Ucap Haura sambil membaca naskah drama yang dibuat oleh Akmal.
***
"Maira..." Panggil Ferdi.
Maira menoleh karena mendengar panggilan dari Ferdi.
"Lo gimana sih, milad rohis itu tinggal dua hari lagi Mai, kok lo gak pernah ngumpul sih? dihubungin juga susah." Tanya Ferdi sambil menyipitkan matanya karena tak tahan dengan terik matahari yang menyoroti matanya.
"Gue keluar." Ucap Maira singkat sambil melangkahkan kakinya untuk segera pergi karena ia tak ingin membahas soal itu.
"Maksud lo keluar ke mana Mai?" Ucap Ferdi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gue keluar dari ekskul rohis yang gak penting itu." Tegas Maira dengan menekan setiap kata nya.
Ferdi menatap punggung Maira yang semakin menjauh darinya, ini pernyataan yang sangat mengagetkan karena selama ini Maira selalu setia berada di ekskul rohis, bahkan ia sempat menjadi wanita satu-satunya di ekskul tersebut karena satu siswi yang keluar karena pindah sekolah. Tapi, kenapa kini Maira menjadi tak acuh?
Ferdi berusaha mengejar Maira untuk mempertanyakan semuanya.
Kini Ferdi berhasil menahan langkah Maira dengan berdiri tepat di depan Maira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Rasa (END✓)
Teen FictionJangan lupa beri vote dan komennya ya kalau kalian suka dengan cerita ini. Haura Khansa adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang kebahagiaan seolah pergi begitu saja dari hidupnya. Masalah demi masalah kian menghampirinya. Dimulai dari perpisahan...