2. Salah Masuk

167 42 5
                                    

Dengan ragu Haura melangkahkan kakinya ke luar mobil, sebelumnya ia bersalaman terlebih dahulu dengan Pak Poniman, supir pribadinya. Jujur Haura masih  takut kejadian kemarin kembali terjadi, sepanjang perjalanan menuju ke kelas Haura selalu berdoa berharap Allah selalu memberi perlindungan.

Haura mengedarkan pandangannya, ia lupa letak kelasnya di sebelah mana. Dengan ragu Haura melangkahkan kaki kearah kelas yang sepertinya, benar itu kelasnya. Haura memasuki kelas tersebut, siswa di kelas itu melihatnya dengan tatapan aneh, ia tak heran karena ini sudah dua hari sekolah disini, ia berusaha menebalkan wajahnya saja tak peduli apa kata orang lain. Haura duduk di kursi yang masih ia ingat di barisan nomor satu paling pojok.

Tak lama ada suara seorang siswa laki-laki yang sekarang berada tepat di depan bangku yang Haura duduki, "ehmmmm...ngapain kamu duduk di sini?" tanyanya.

"Aku kan," belum selesai Haura menjawab ia sudah menarik tangan Haura.

"Mau ke kelas mana?" Tanyanya yang membingungkan Haura.

"Maksud kamu apa?" tanya Haura balik.

"Lo punya kelas kan?" tanyanya yang berhasil membuat Haura kembali bingung, padahal ia sudah masuk kelas masih saja ditanya kelas berapa.

"Kamu lihat kan itu tulisannya kelas berapa, tinggal di baca aja tuh," jawab Haura sambil menunjuk papan nama kelas yang berada di atas pintu. Namun tiba-tiba wajahnya bersemu merah karena malu, ternyata ia salah masuk kelas seharusnya ia masuk ke kelas XI IPA 1 malah masuk ke kelas XII IPA 1.

Haura hanya nyengir tidak jelas, "kelasku di sebelas IPA 1, dimana ya Kak?"

"Lurus saja, lewat  koridor itu lalu belok kanan.  Jangan lupa papan nama kelas di baca dengan baik supaya gak salah masuk, kasian entar lo harus tua sebelum masanya." Jelasnya sambil menunjukkan ke arah kelasku dan terkekeh.

"Oh iya, terima kasih kak."
"Untung saja lagi-lagi ada orang baik yang kutemui di sekolah ini," pikir Haura.

"Eh, namamu siapa? perkenalkan namaku Guntoro."

"Namaku Haura Kak, hmm..aku pamit ke kelas ya Kak, sekali lagi terima kasih." Ucap Haura dengan senyum ramahnya.

Guntoro juga ikut kembali ke kelasnya karena sebentar lagi pasti pelajaran akan dimulai.

***
Bel tanda istirahat berbunyi, Haura berjalan menuju kantin. Walaupun sebenarnya ia masih trauma dengan kejadian kemarin tetapi ia bertekad memberanikan diri karena perutnya sudah meronta meminta makan. Seperti biasanya kantin selalu terisi penuh, dilihatnya tak ada tempat untuknya menyantap makaan yang sudah di pegangnya itu, semangkuk bakso dan es jeruk.

Mata haura menangkap ada satu bangku kosong yang di sampingnya di duduki oleh seorang guru yang ia kenal yaitu Bu Anita. Mata Bu Anita bertabrakan dengan tatapan Haura yang terlihat kebingungan, "Haura, duduk disini saja," ucap Bu Anita agak kencang karena jarak mereka yang agak berjauhan, sambil menunjuk kursi di sampingnya.

Haura pun menghampiri Bu Anita. "Gakpapa Bu saya duduk deket Ibu?" Tanya Haura dengan sopan.

Bu Anita tersenyum, "tenang aja, Ibu gak akan gigit kamu kok," ucapnya disertai kekehan pelan.

Marsha yang dari kejauhan melihat keakraban Bu Anita, yang merupakan kakaknya itu terlihat sangat dekat dengan siswi satu-satunya yang menggunakan hijab terlihat sangat kesal, lalu ia menghampiri mereka.

Marsha dengan sengaja menumpahkan es cappucino ke hijab Haura dari belakang. "Upsss....sorry gak sengaja," ucap Marsha dengan wajah angkuhnya.

"Kamu apa-apaan Marsha? kamu sengaja kan ngelakuin ini semua. Jangan pikir kakak gak tau sama kelakuan kamu kemarin, benar-benar gak mencerminkan orang terpelajar tau gak!!" Ucap Anita dengan suara cukup kencang dan berhasil membuat ratusan pasang mata terfokus dengan kejadian itu.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang