Haura dan Maira berjalan menerobos Yogya yang jauh dari kata heningnya dunia malam, di sini semakin malam justru semakin ramai. Titik nol Yogya yang tadi mereka lewati, kini mereka menginjakkan kakinya langsung di sini. Lampu yang menghiasi jalanan pun tak kalah dengan banyaknya bintang di langit, menghiasi malam yang sungguh berkesan bagi Haura.
Terlihat komunitas-komunitas yang duduk berkelompok, pemuda-pemudi yang berpasang-pasangan, orang tua maupun yang muda bercampur menjadi satu di sini.
Hiburan-hiburan pun disuguhkan, musisi seni menampilkan kemampuan mereka dengan bermain alat musik tradisionalnya, dan ada juga tarian-tarian daerah yang disuguhkan.
Haura dan Maira berjalan tanpa tujuan, yang penting adalah membuat hati Haura senang dan melepas beban di dadanya.
"Eh Ra, gimana kalau kita ke sana aja, daripada muter-muter terus dari tadi. Kita cari tempat duduk di sebelah sana yuk." Ajak Maira sambil menunjuk ke tempat yang ingin dituju.
Haura hanya menuruti ajakan Maira, karena memang benar, mereka butuh istirahat karena sejak tadi mereka terus saja berkeliling menikmati perjalanan ini.
Mata Haura menangkap ke arah tiga orang pria yang sedang duduk berdampingan sambil terlihat asyik mengobrol. Haura menghentikan langkahnya, karena melihat keriga orang tersebut. Maira bingung, mengapa Haura tiba-tiba menghentikan langkahnya hingga Maira memutuskan untuk menarik pelan tangan Haura agar mengikutinya untuk menghampiri tiga orang itu, yang merupakan Akmal, Guntoro, dan Ferdi.
Dengan malas Haura terpaksa mengikuti langkah Maira yang kini masih menggandengnya.
"Hai kak, ternyata lagi pada kumpul di sini juga." Sapa Maira ramah.
"Iya dong, kita mah emang suka jagain titik nol, takut entar kenapa-kenapa kan. Kalau nol nya diambil, nanti tinggal titik yang tersisa. Masok kalau orang ada yang nanya gini: mau ke mana? terus lo jawab mau ke titik bang, kan gak enak kan. Kasian si koma kalau udah langsung titik aja hahaha..." Jawab Ferdi mencoba melawak sambil tertawa tanpa merasa malu.
"Garing." Ucap Guntoro dengan wajah datarnya.
Ferdi mengusap wajah Guntoro pelan, "dasar lo karpet bekas, datar banget hidup lo." Jawab Ferdi.
"Sak karepmu wae (sesukamu aja)." Ucap Guntoro.
Haura dan Maira bengong melihat kelakuan Ferdi dan Guntoro itu, dibilang hiburan gratis, tetapi kadang kesal menyaksikan kolaborasi tingkah dua makhluk yang aneh ini.
"Ehem...sorry ya, Ferdi emang suka gitu." Ucap Guntoro pada Haura dan Maira.
"Duduk dong cah-cah ayu (wanita-wanita cantik)." Ucap Ferdi pada Haura dan Maira sambil melirik ke tempat duduk kosong di samping Akmal yang sedari tadi tak tertarik menyimak keributan kedua sahabatnya, Akmal lebih suka menikmati keramaian Yogya yang berhasil memecah kesepian hatinya.
Guntoro dan Ferdi saling tatap, entah apa yang ada dipikiran keduanya, namun mereka terlihat memberi kode satu-sama lain."Haura, kita ke sana yuk, kayanya asyik ke sana." Ajak Guntoro yang kini berdiri mendekati Haura.
Haura memandang ke arah Maira untuk mengajak sahabatnya itu agar ikut dengannya. Maira pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan melirik ke arah Guntoro lalu ke arah Haura secara bergantian.
"Gakpapa Hau, bro gua itu gak gigit orang kok, ya walaupun tampangnya serem gitu." Ucap Ferdi.
Guntoro memutar bola matanya malas, lalu melirik Ferdi secara intens, sedangkan Haura hanya tersenyum tipis mendengar celotehan Ferdi.
"Gak berdua kok Hau, kan rame." Ucap Guntoro yang mengerti alasan Haura yang teihat ragu dengan ajakannya.
Haura dan Guntoro duduk di tengah keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Rasa (END✓)
Teen FictionJangan lupa beri vote dan komennya ya kalau kalian suka dengan cerita ini. Haura Khansa adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang kebahagiaan seolah pergi begitu saja dari hidupnya. Masalah demi masalah kian menghampirinya. Dimulai dari perpisahan...