19. Ada Apa Denganmu

71 15 10
                                    

Mungkin, tak ada satupun manusia yang akan mendampingi kita selamanya, tetapi Allah akan selalu hadir dimanapun dan kapan pun kamu membutuhkannya tanpa ada kata pergi meninggalkanmu.

•••

~Karya Rasa~

🌷🌷🌷



"Gue...gue...gue..."

"Heh, kenapa lo? mau bilang apa hah?" Tanya Marsha pada Maira yang sejak tadi ingin mengeluarkan maksud hatinya, namun mulutnya seolah berat untuk mengatakannya.

"Gue..." Ucap Maira ragu. Selang beberapa detik ia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan sambil mencoba meyakinkan hatinya untuk mengungkapkan semuanya.

"Boleh gak gue gabung sama geng lo."
Ucapan Maira itu mendapat tertawaan dari Marsha dan teman-temannya.

"Gue serius." Ungkap Maira meyakinkan.

Marsha tertawa sinis, menarik sebelah ujung bibirnya. "Ya lo kan emang udah gabung sama kita, jadi babu." Ucap Marsha merendahkan sambil terkekeh yang langsung disambar oleh ketiga temannya dengan kekehan kencang.

Wajah Maira pucat pasi, ia mencoba meyakinkan Marsha bahwa dirinya memang benar-benar serius dengan perkataannya.

"Gue rela kalian suruh apa aja, yang penting kalian nerima gue di geng kalian." Pernyataan Maira tersebut sungguh di luar dugaan, ia benar-benar serius dengan perkataannya itu. Entah apakah ini adalah perkataannya yang akan ia ingkari lagi seperti tempo hari karena kekhilafan yang menyelimuti hatinya atau kali ini memang Maira benar-benar tak akan lagi mempercayai sahabatnya, Haura untuk kembali menjadi sahabat baiknya hanya karena rasa cemburunya yang begitu besar hingga menutupi hatinya untuk membuka maaf dan mengerti dengan keadaan yang sebenarnya.

"Oke, gue terima, sekarang lo ikut kita." Ucap Marsha tersenyum bangga, penuh kemenangan.

***
Haura mencari Maira di kelasnya, namun Maira tak ada di sana. Biasanya Maira selalu menghampiri Haura di kelasnya, namun hari ini Maira belum menampakkan batang hidungnya.

"Mai, lo kemana sih? dari tadi dicari di kantin, di kelas, di taman, perpus, tapi lo gak ada." Ucap Haura gusar.

"Di chat juga lo gak bales, tumben banget." Haura bermonolog khawatir dengan Maira, sahabatnya itu.

"Jangan sampe lo kaya kemaren-kemaren Mai, bersikap aneh karena alasan kak Akmal, gue gak mau persahabatan kita hancur karena salah paham kaya gini, apalagi itu karena cowo." Haura kembali bermonolog sambil menatap layar handphonenya yang kini menampilkan foto Haura dan Maira saat menurut Haura waktu itu, Maira sangat gagah menggunakan baju karatenya, jadilah ia meminta salah satu teman Maira mengambil foto mereka berdua.

Haura tersenyum tipis melihat foto tersebut, foto yang kini meninggalkan jejak saat bahagianya memiliki sahabat seperti Maira. Kini ia masih belum mengetahui apa alasan Maira yang tiba-tiba memunculkan rasa cemburunya terhadap Haura dan Akmal, padahal sebelumnya semua baik-baik saja, dan sikap Haura kepada Akmal pun masih tetap sama dan biasa saja, namun yang masih menjadi tanda tanya besar adalah mengapa sikap Maira yang secara tiba-tiba aneh dan seolah menjauhinya karena alasan cemburu, padahal apa yang dicemburuinya? karena semua masih sama, tak ada perbedaan sikap Haura pada Akmal ataupun sebaliknya.

"Haura...gak boleh suuzon ih, kan semua masalah udah selesai. Maira juga udah minta maaf, Maira udah bersikap biasa aja kan? Maira gak mungkin cemburu lagi, lagian kan gue sama Kak Akmal gak abis ngapa-ngapain." Sadar Haura, selang beberapa detik ia mengingat pertemuannya kemarin dengan Akmal. "Apa Maira liat gue sama Kak Akmal pas di cafe kemaren?" Ingat Haura sambil membelalakkan matanya.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang