30. Fitnah

57 12 13
                                    

Hidup memang keras, sulit untuk kita agar bisa menepis segala cobaan.
Aku selalu berdoa agar Allah mengangkat cobaanku ini. Walau banyak kesedihan yang telah kulalui yang tak kian hanyut dalam kebahagiaan, tapi aku akan lebih berjuang demi meraih sebuah rasa yang pantas kunikmati selanjutnya. Bantu hamba Ya Allah...

•••

(Haura Khansa)

~Karya Rasa~

🌷🌷🌷

Allah SWT berfirman:

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Mumtahanah 60: Ayat 5)

Di atas rooftop sekolah, basecamp Marsha and the geng. Kini mereka berkumpul di sana, membolos jam pelajaran dan memilih berleha-leha di basecamp.

Marsha merebut handphone Maira dari genggamannya begitu saja, lalu ia mengetikkan sesuatu di handphone tersebut. Ia mengetik sebuah pesan yang ditujukan untuk Haura sedangkan Maira hanya pasrah saja membiarkan Marsha yang seenaknya seperti itu.

Setelah selesai mengirim sebuah pesan untuk Haura, ia melemparkan secara asal handphone tersebut kepada Maira, untung saja Maira dengan tangkas dapat menangkapnya.

"Lo habis ngapain ya Sya di handphone gue?" Tanya Maira hati-hati.

"Lo ikutin aja apa yang gue lakuin, gak usah banyak tanya!" Bentak Marsha.

"Gue pikir setelah minta maaf waktu itu dia bakal lebih baik, gak taunya malah makin kacau." Maira membatin dengan sorot mata penuh kekecewaan karena ia sangat berharap Marsha akan menganggapnya sebagai teman, bukan seolah menjadi pesuruh Marsha dan teman-temannya lagi.

"Ngapain lo bengong? Mendingan lo beliin kita-kita makanan ringan sama minuman." Suruh Marsha.

Kening Maira berkerut, bagaimana bisa ia pergi ke kantin kalau saat ini ia sedang membolos, bisa-bisa ia kena damprat guru yang melihatnya berkeliaran di jam pelajaran.

"Heh, bengong lagi lo. Kenapa? gak suka disuruh-suruh?" Tegur Marsha dengan nada tinggi sambil memelototkan matanya.

"Kalau sampe ada guru yang liat gimana Sya?"

"Hehh...itumah masalah lo. Sana deh lo berangkat atau pergi selamanya dari sekolah ini." Suruh Marsha tak peduli dengan Maira.

Mata Maira berkaca-kaca mendengar ucapan Marsha yang tak memperdulikannya sama sekali, tiba-tiba ia teringat sosok Haura, sahabat yang selalu memperlakukannya dengan sangat baik, Haura sudah seperti saudaranya sendiri. Namun, mengapa Maira harus memilih ke jalan ini? Jalan yang malah membuatnya menjadi lalai akan tugasnya sebagai umat muslim dan tugasnya sebagai seorang pelajar.

Maira melangkah pergi menjauh dari Marsha, ia memilih kembali ke kelas meskipun sudah sangat terlambat. Maira berani menanggung konsekuensinya. Ia sudah tidak kuat dengan perlakuan Marsha selama ini yang seolah hanya memanfaatkannya.

***

Haura membuka handphonenya untuk menghubungi Pak Poniman agar segera menjemputnya. Setelah menelepon Pak Poniman, Haura membuka aplikasi WhatsApp untuk memeriksa pesan. Mata Haura terbelalak melihat nama Maira muncul, ia segera membuka pesan tersebut dengan rasa sangat penasaran.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang