Sekuat apapun tameng kebohonganmu, hatimu tak akan pernah bisa menepis kejujuran.
•••
~Karya Rasa~
🌷🌷🌷
Diam-diam Guntoro dan Ferdi mengintip Akmal yang sedang berada di kelas Haura. Akmal terlihat menaruh sesuatu di laci tempat duduk Haura.
"Sstt...dia ngapain?" Bisik Ferdi.
"Ssttt...dia mau balik, nyumput-nyumput..." Ucap Guntoro gelagapan.
Guntoro dan Ferdi bergegas mencari tempat bersembunyi, mereka bersembunyi di balik kotak sampah yang berada di depan kelas.
Akmal pun keluar kelas dengan langkah cepat, tak ada firasat ada seseorang yang sedang mengintipnya.
Setelah dirasa keadaan aman karena Akmal yang sudah tak terlihat, rasa penasaran membuat Guntoro dan Ferdi bergegas memasuki kelas dan melihat apa yang tadi Akmal taruh di laci meja Haura.
Mereka pun mendapati sebuah amplop berwarna hijau muda, lagi-lagi karena memang rasa penasaran membuat mereka dengan lancang membuka surat yang tidak ditujukan untuk mereka.
Mata Guntoro dan Ferdi terbelalak melihat isi surat tersebut.
"Woww...gua jadi meleleh." Ucap Ferdi dengan lebay.
"Ssttt...udah yuk kita pergi, entar Haura keburu dateng." Ucap Guntoro sambil melipat kembali surat tersebut.
Guntoro dan Ferdi berjalan mengendap-endap, takut ada orang yang melihat mereka.
Setelah keluar kelas, mereka berdua lari terbirit-birit seperti seorang maling yang sedang dikejar warga.
"Itu, kak Gun sama kak Ferdi ngapain keluar dari kelas aku?" Ucap Haura yang memergoki Guntoro dan Ferdi yang terlihat berlari dari kelasnya.
Haura melangkah cepat menuju kelasnya karena penasaran dengan apa yang sebenarnya habis Guntoro dan Ferdi lakukan di kelasnya sampai-sampai mereka keluar kelas dengan berlari cepat.
Haura mengintip keadaan kelasnya dari ambang pintu, memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam kelasnya.
"Ngapain sih mereka." Ucap Haura curiga.
"Eh, apa jangan-jangan, emang bener ya pengirim surat itu kak Gun." Ucap Haura sambil bergegas ke bangku nya dan melihat lacinya.
Ternyata benar, ada amplop berwarna hijau muda yang telah tergeletak di dalam lacinya. Haura begitu berantusias ingin segera membaca isi surat tersebut.
Kau yang masih abu-abu
Selalu membekas di kalbu
Tak mengerti apa yang sebenarnya di mau
Nyatanya semua masih abu-abuJika warna mendekati kita
Ku harap warna itu putih
Agar kita menyatukan warna yang disuka
Hingga semua tercampur rata sesuai yang dipilihKetika itu pula, warna yang akan menyatukan kita
Warna-warni kehidupan yang akan menjadi jalan antara aku dan kamu
Biarlah kita telusuri bersama
Biarkan perbedaan pilihan warna kita persatukan dan jadikan satu warna baruMungkin kini aku hanya bisa memberi warna abu-abu
Agar ku yakinkan bahwa memang dirimu yang akan memberi warna baru
Birkan atmaku memendam warna itu
Hingga muncullah warna yang ku mauKu harapkan pemberi warna itu kamu
Kamu yang membuat hatiku berdebar dalam hembusan sarayu
Kamu yang perlahan melemahkan kerasnya hatiku
Dan kamu yang menumbuhkan sebuah pohon cinta yang semakin membesar di hatiku
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Rasa (END✓)
Teen FictionJangan lupa beri vote dan komennya ya kalau kalian suka dengan cerita ini. Haura Khansa adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang kebahagiaan seolah pergi begitu saja dari hidupnya. Masalah demi masalah kian menghampirinya. Dimulai dari perpisahan...