bab 4

10.8K 654 97
                                    

Happy reading guys

Jangan lupa vote sama commentnya yah:)

####

Reva memasuki ruangan Revan dengan muka memerah menahan rasa kesal, untung saja Reva ingat akan sopan santun, hingga saat sudah di depan pintu bosnya itu ia mengetuk pintunya terlebih dahulu.

Tok...tok...tok

"Masuk!" perintah dia dengan suara beratnya.

Reva pun langsung membuka pintu tersebut, dan menutupnya, lalu duduk di kursi yang disediakan oleh bos nya itu.

"Kenapa bapak memanggil saya disaat yang tidak tepat?" Reva bertanya sekaligus menyindir secara terang-terangan.

"Saya ingin kamu menemani saya untuk makan siang." jawab Revan dengan santai.

"an@"###*#*#*" umpat Reva dengan suara yang amat kecil. Menetralkan emosi nya, Reva kembali berucap. "Saya bukan istri bapak yang harus menemani bapak makan." ucap Reva dengan mata yang menajam.

"Oh, jadi kamu ngodein saya untuk melamar kamu buat jadi istri saya yah?" goda Revan dengan alis yang dinaik turunkan.

Reva melongo mendengar jawaban itu, "gw ga ada maksud ngodein njir, gila nih orang." batin Reva

"Hei, bener kan kamu ngodein saya?" desak Revan, membuat Reva menggeram kesal

"Pak, dimohon untuk berpikir sebentar, saya bukan bermaksud untuk ngodein bapak, plis deh pak otak itu dipake buat tau apa yang saya maksudkan." jawab Reva dalam hati. Tak mungkin ia akan menjawab itu, yang ada ia akan langsung ditendang dari kantor.

"Pak, saya bukan bermaksud seperti itu pak." jawab Reva dengan suara sedikit dilembutkan

"Trus maksud kamu apa?" tanya balik Revan dengan muka yang polos

"Sabar va." batin Reva, "Maksud saya, saya tidak punya tidak ada hubungan dengan menemani bapak." jawab Reva.

"Ada hubungan nya donk." balas Revan dengan sedikit nada kesal. "apa hubungannya pak?" tanya Reva dengan mimik muka penasaran.

"Karna kamu akan jadi calon saya." batin Revan yang sayangnya tidak mampu ia ucapkan.

"Kalo kamu ga mau menemani saya, gajimu saya potong." ancam Revan. "bodoh lu van, apa hubungannya sama gaji, alasan yang bener kek, sekolah bertahun-tahun kok ga bisa mikir alasan yang logis." rutuk Revan yang sangat menyesali perkataannya barusan.

"Ish, yaudah pak saya tungguin." ucap Reva kesal karena terpaksa untuk menemani bosnya, demi gajinya agar tidak terpotong.

"Selamat lu van, untung dia ga bingung sama omongan lu, awas aja ampe ngomong ga logis lagi." Revan memaki diri sendiri untuk kedua kalinya.

Segera Revan mengambil kotak makan yang sudah dibawa oleh ibunya, dan langsung meletakan di depan Reva, Reva bingung kenapa bosnya menaruh di depannya. "Ini makanan buat saya pak?" tanya Reva dengan muka polos.

"Kamu mah ga pekaan, bikin saya kesel mulu." rajuk Revan dengan muka tertekuk.

"Lah, bapak pikir saya dukun apa? Tau isi otak bapak?" tanya Reva dengab sedikit teriakan.

"Itu tuh, yang dirasain cowo kalo cewe bilang nya ga peka ke cowo." celetuk Revan ngasal.

"Kok gitu sih pak? Saya merasa sebagai cewe tersinggung loh, itu salah cowonya ga ngerti keadaan." balas Reva yang sudah kesal.

"Kamu aja gitu, ga ngerti keadaan, cowo juga ga selalu ngerti lah, kamu kira cowo itu Tuhan yang bisa ngerti keadaan." balas Revan tak mau kalah.

"Cewe mah selalu salah, ga pernah bener, cowo selalu benar, ga pernah salah." teriak Reva penuh kekesalan.

Revan menggebrak meja, "Kata siapa cowo selalu benar? Mana ada undang-undang kek gitu? Cewe yang selalu benar, cowo yang selalu salah." balas Revan dengan suara tak kalah kencang.

Tok...tok...tok

Perdebatan mereka berhenti setelah mendengar ketokan pintu

Revan langsung menetralkan suaranya, dan Reva berpura-pura memeriksa berkas.

"Masuk!" suara Revan dengan nada dingin, yang membuat Reva mendongak ke arah Revan, Reva melihat bahwa muka dan aura yang dikeluarkan oleh Revan berubah 180 derajat.

"Maaf pak, mengganggu, saya hanya ingin mengingatkan, meeting sebentar lagi akan dilaksanakan." ucap sang sekretaris dengan sopan.

"Baiklah, kamu silahkan bawa berkas ini ke ruangan meeting, saya sebentar lagi akan kesana." ucap Revan datar, yang langsung diangguki oleh sekretaris tersebut.

Setelah pintu tertutup, Revan langsung berubah 180 derajat lagi, muka nya yang awalnya dingin, menjadi muka yang penuh senyum, seperti anak kecil.

"Kamu makan aja bekal saya, saya mau meeting sebentar," ujar Revan dengan senyum manisnya,  yang hampir membuat Reva terpesona. "ba..baik pak." jawab Reva dengan sedikit gugup membuat Revan terkekeh pelan.

"Mungkin kamu bingung dengan perubahan sikap saya tadi, saya kira kamu peka, ternyata tidak." batin Revan sedih, dan langsung melangkah meninggalkan Reva seorang diri di ruangannya.

Reva tak membuang waktu dan kesempatan, ia langsung memakan makanan yang sudah dari tadi menggoda ia untuk memakannya.

Saat sedang enak enaknya makan, tiba-tiba ada suara notifikasi yang berasal dari hp nya dengan Segera, Reva mengambil dan membukanya.

Kamu
Heh penghianat! Udah berapa temen yang lu hianatin? Gw harap sih gw doank yah yang jadi korban lu, gw ga tega sama korban yang lain, berubah yah, jangan jadi penghianat terus, apalagi jadi parasit. See you bitch.

Reva membaca pesan itu, dengan hati yang sudah ingin hancur.

"Asal lu tahu, gw bukan penghianat apalagi parasit, gw bukan bermaksud ngehianatin lu, gw tau lu lebih bahagia sama dia, dan itu buat gw sadar." lirih Reva dengan hati yang semakin ingin hancur.

Reva sudah tidak punya nafsu untuk makan, dan untung saja makanan dalam bekal tersebut sudah habis, ia langsung meninggalkan ruangan Revan dengan muka murung.

*****
Tbc

Vote dan commentnya yah:)

My Big Baby (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang