bab 24

1.8K 160 25
                                    

Happy reading🐰🐰

•••••
Seorang perempuan tengah memperhatikan langit dengan tatapan kosong. Raganya memang di sini tetapi pikirannya tidak.

"Reva?"

Reva membuyarkan lamunannya, ia menatap seorang lelaki tampan itu dengan pandangan bertanya.

"Kamu gak mau pulang? Udah gelap nih, keluarga kamu pasti khawatir," ujar lelaki tersebut membuat Reva tersadar.

"Eh iya, gak sadar udah malem aja." Reva bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lelaki itu.

"Adikmu gimana?" tanya Reva.

Lelaki itu tersenyum manis lalu berkata, "Dia tertidur setelah diceritakan dongeng. Terima kasih telah membuatnya tenang."

Reva mengangguk lalu membalas senyuman lelaki itu. "Sama-sama, aku kembali. Jangan terlalu sering meninggalkan adikmu," pesan Reva.

"Kau masih sakit, pulang bersamaku. Aku tak ingin kau kenapa-napa," ujar lelaki itu lalu menarik Reva menuju kendaraannya.

Reva hanya bisa pasrah, kepalanya juga berdenyut sakit hingga membuat tubuhnya lemas. Reva tak memikirkan kesehatannya saat adik dari lelaki tersebut berniat untuk mencelakakan dirinya sendiri, dengan berlari ia berhasil mencegah hal itu dan membujuk adik dari lelaki itu.

Reva tiba di rumah sakit, ia langsung turun dari kendaraan lelaki tersebut. "Terima kasih untuk tumpangannya," ujar Reva tulus.

Lelaki itu mengangguk lalu berkata, "Aku akan selalu ingat jasamu terhadap adikku. Ingat namaku yah, Galaksi Sapraf."

Reva tertawa lalu mengangguk, ia melambaikan tangannya saat kendaraan Galaksi menjauhi rumah sakit.

Dengan langkah pelan dan penuh kehati-hatian, ia berjalan menuju bangku rumah sakit dan duduk di sana, kepalanya semakin berdenyut tubuhnya tidak dapat bergerak lebih jauh lagi.

•••••
Keadaan Revan kini jauh dari kata baik. Setelah mendapat kabar dari Jacksun, ia langsung bergegas keluar rumah dan mencarinya di seluruh kota dengan para pekerjanya.

"Arrgh ... kamu di mana sih, sayang? Vanvan rindu," lirih Revan dengan mata berkaca-kaca masih mencari keberadaan Reva.

Drrrt ... Drrrt ....

Ponsel Revan berdering, Revan langsung menghentikan mobilnya dan melihat ponsel tersebut.

0832 **** ****
Selamat malam, Pak. Maaf, kami tidak menemukan keberadaan nona Reva di daerah ini.

Revan menggeram, emosinya mendadak naik ketika membaca pesan itu. Ia melempar ponselnya ke sembarang tempat, dia kembali menyalakan mesin mobil untuk mencari keberadaan Reva.

Revan sangat lelah, tubuhnya melemas karena ia belum beristirahat dan juga makan. Wajahnya mulai berkeringat padahal AC mobil masih menyala, mulutnya sudah bewarna pucat terkadang mulut itu terbuka untuk mengambil oksigen, membantu hidungnya.

Revan yang merasa tubuhnya kian melemah langsung menepikan mobilnya, ia bersandar lalu menelpon temannya.

"Halo?"

"Tor, gue gak enak badan. Dateng ke tempat gue."

Tutt ....

Revan langsung mematikan ponselnya lalu memejamkan matanya untuk menetralisir rasa pusing yang tiba-tiba muncul.

'Vava, Vanvan lagi gak enak badan. Maaf kalo Vanvan gak bisa nyari Vava untuk sementara waktu. Vanvan sayang Vava,'  batin Revan lalu mulai memasuki alam bawah sadar.

My Big Baby (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang