bab 21

2.7K 195 26
                                    

Happy reading♥♥

•••••
Reva

"Aduh, kepalaku sakit."

Huff ....

"Ini napas gue?"

Hufft ... Huff ....

"Baru tau, kalo napas sesusah ini."

Huff ...

"Aduh, dada ikutan sesak. Ini kenapa sih?"

"Pengen tidur lagi aja, gak tahan sama sakitnya."

Huff ....

"Buka mata aja deh, siapa tau sakit sama sesaknya bisa hilang."

Dengan perlahan, kubuka mataku. Saat itu juga, cahaya langsung memasuki indra penglihatanku. Aku mengerjapkan mata, guna menyesuaikan pencahayaan.

Kepalaku masih terasa sakit, dadaku semakin terasa sesak, aku ingin menutup mataku kembali. Namun, aku terbangun saat otakku berputar. Aku bingung, aku ingin mati saja rasanya.

Aku tak punya semangat hidup. Aku sadar, saat aku tertidur, kepingan demi kepingan masa lalu memasuki pikiranku, aku sudah ingat semuanya. Dan sekarang, aku membenci ingatanku.

•••••
Kini Revan tengah berkutat dengan berkas-berkas kantor, sesekali Revan memijit pelipisnya karena lelah. Revan menghela napas, pikiran dan hatinya tertuju pada Reva yang tengah berbaring di rumah sakit. Ia ingin pergi ke sana, namun orang tua dan teman-temannya melarang.

Revan rindu dengan wajah Reva, terhitung sudah 48 jam, ia tak melihat wajah Reva. Dan sampai sekarang, ia tak tahu keadaan Reva.

Tring ... Tring ....

Bunyi notifikasi terdengar dari ponsel Revan, dengan cepat Revan mengambil ponsel tersebut, dan membuka pesan yang masuk.

Papah
Reva sudah sadar, datanglah ke rumah sakit.

Dengan cekatan, Revan keluar dari ruangannya dan berlari menuju parkiran mobil. Revan sungguh tak peduli dengan penampilan sekarang, yang ia pikirkan saat ini adalah Revanya sudah sadar.

••••
Rumah sakit.

Dengan seluruh kekuatan yang Revan miliki, ia berlari kencang menuju ruangan Reva.

'Jangan tinggalin Vanvan. Vanvan cinta Vava.'

Dengan nafas tersenggal, keringat yang bercucuran di sekitar pelipis, Revan membuka pintu ruangan Reva. Dan ia dapati adalah wajah polos Reva yang sedang tertidur, serta suasana hening. Sepertinya, keluarga dan teman-temannya memberi waktu untuk dirinya dan Reva.

Revan menghampiri Reva, ia mengusap kepala Reva dengan lembut penuh dengan cinta.

"Terima kasih, gak ninggalin aku di dunia yang kejam ini," ujar Revan seraya mengecup punggung tangan Reva yang tidak diinfus, dan perlahan air matanya terjatuh kembali.

Reva membuka matanya secara perlahan, menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke matanya.  Reva mendapati Revan yang sedang mencium tangannya dengan air mata yang mengalir deras tanpa isakan, dan hal itu membuat hati Reva merasakan sakit.

"Re-Revan," panggil Reva, membuat Revan dengan cepat menghapus air matanya.

"Vava, udah sadar. Makasih mau hidup buat Vanvan," ujar Revan seraya mengecup kening Reva dengan lembut.

"Kamu cinta aku?" tanya Reva membuat Revan merasa curiga, namun ia tetap menjawab dengan anggukan.

"Aku boleh minta sesuatu? Kamu mau ngabulin?" tanya Reva dengan pelan, namun masih terdengar jelas di telinga Revan.

My Big Baby (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang