Happy reading.
Love you😗😗😗
••••
Setelah menit-menit manjanya Revan dan Aldu serta menit-menit pernyataan cinta tidak langsung dari Victor. Revan, Reva, Victor, Gorana, Jakcsun, Aldu, dan Rafisha berkumpul di ruang tengah.Reva yang dikelilingi oleh Aldu dan Revan yang masih bermanja-manjaan dengannya, Victor yang terus memandangi Rafisha, Rafisha yang terus menunduk agar tidak ada yang melihat wajahnya yang memerah, serta Gorana dan Jacksun yang memakan cemilan sambil bermain HP dengan santai.
"Kayaknya ak-aku harus pergi deh. Te-temenku ngajak aku main." Dengan susah payah Rafisha mengatakan hal itu, ia masih sangat gugup dan juga kaget.
"Ok, diantar sama Victor yah," jawab Revan dengan santai tanpa mempedulikan reaksi dari Victor dan Rafisha.
Rafisha dengan muka yang terkejut sekaligus panik dan Victor dengan wajah terkejut juga namun terlihat puas dengan jawaban Revan.
"Ayo," ajak Victor sambil menarik lembut tangan Rafisha dan keluar dari rumah Revan.
"Ben-bentar aku ...." Rafisha tak mampu melanjutkan kata-katanya, suaranya hilang begitu saja. Ia pasrah ditarik Victor hingga ke mobilnya dengan tubuh yang kaku.
Padahal Rafisha beralasan temannya mengajak dirinya untuk main agar ia bisa menjauh dari Victor. Lalu untuk apa ia beralasan seperti itu jika yang mengantarnya malah orang yang ingin ia jauhi? Revan sungguh tidak peka!
'Lucu,' batin Victor sambil tersenyum geli.
'Semangat adikku,' batin Revan yang memang tahu keadaan Rafisha namun ia berniat mengerjai adiknya itu.
Revan kembali fokus ke Reva, ia masih bersandar dengan nyaman di pundak Reva.
Ponsel Revan berbunyi yang membuat Revan mau tidak mau menyudahi acara bermanjaan dengan Reva. Ia mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan itu.
"Halo."
Reva memandang Revan yang secara tiba-tiba merubah wajahnya menjadi serius, entah kenapa Reva merasakan perasaan yang tidak enak.
Reva terus memandang Revan yang terus berbicara di teleponnya, sesekali ia mengusap kepalanya dengan kasar. Terlihat, Revan mematikan ponselnya lalu berjalan ke arah Reva dengan wajah lesu.
"Vava." Revan berkata sambil memeluk Reva kembali dan hampir membangunkan Aldu yang sedang tertidur di bahu kiri Reva.
"Kenapa, hm?" tanya Reva dengan lembut.
"Cabang perusahaanku ada masalah, Vanvan harus ke sana, kalau engga nanti masalahnya makin besar," jelas Revan dengan nada sedih.
"Ya terus?"
Revan terdiam sebentar, ia menyiapkan hati untuk mengatakan kata selanjutnya.
"Cabang di Bandung, Vanvan mau ngajak Vava tapi takutnya musuh Vanvan nargetin Vava," lanjut Revan.
Reva mengangguk tanda mengerti, ternyata ini perasaan tidak enaknya yang muncul saat Reva sedang menelpon seseorang, ia tidak akan bertemu Revan selama beberapa hari.
Menurut Reva ini berat karena tak melihat tingkah manja dan wajah tampan Revan selama beberapa hari. Reva 'kan sudah bucin.
"Yah mau gimana lagi, udah tugas kamu sebagai pemimpin perusahaan." Revan melepas pelukannya lalu duduk di karpet dan mulai berguling-guling.
"Nyebelin! Gak bisa liat wajah Vava selama beberapa hari, lagian kenapa sih pada bikin rusuh? Gak bisa gitu adem, tenang, aman, dan damai? Kenapa Vanvan harus ke sana dan ninggalin Vava di sini. Kenapa juga musuh-musuhnya Vanvan bakal nargetin kalo tahu tentang Vava?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Baby (Hiatus)
Fanfiction"Mentang-mentang nama sama, nyuruh orang sembarangan," ucap Reva menyindir seseorang di depannya dengan suara kecil. Akan tetapi hal itu didengar oleh orang yang sedang disindirnya. "Baru dateng disindir, ngajak berantem?" tanya Revan dengan berkaca...