bab 29

1.2K 125 27
                                    

Happy reading, guys~♥~

Sayang kalian banyak-banyak≥3≤

•••••
Hari libur telah tiba, Revan hanya ingin bersama dengan Reva di rumah saja. Namun hari ini ia merasa tubuhnya melemas, ia merasa mual entah karena apa, dan juga matanya memanas padahal ia tidak menangis.

Revan memeluk Reva yang sedang menonton TV di ruang tamu, ia menduselkan wajahnya ke leher Reva sehingga Reva bisa merasakan napas panas yang menerpa lehernya.

Reva mematikan TV-nya dan langsung mengarahkan fokusnya ke Revan. "Revan, kamu sakit? Badan kamu panas, nih," ujar Reva seraya memegang kening Revan dan benar saja, Revan terkena demam.

"Gak tau, Vanvan mual. Pengen meluk Vava aja sekarang," balas Revan tanpa melepaskan pelukannya.

Reva mencoba melepaskan dirinya, ia tak mau keadaan Revan semakin parah, ia harus menyembuhkannya secepat mungkin. "Gak, kamu harus makan trus minum obat. Ayok ke meja makan, aku buatin bubur."

Revan merenggut saat Reva menjauhkan dirinya. Saat ini ia tak cukup kuat untuk menahan pelukannya tadi. "Kalo meluk Vava, Vanvan jadi sehat kok. Sini, mau meluk lagi," pinta Revan sembari melebarkan kedua tangannya, mengisyaratkan agar Reva memeluknya kembali.

"Gak, ayo makan." Reva menolak dengan tegas lalu berjalan menuju dapur, Revan semakin merenggut kesal karena penolakan itu.

"Ini 'kan tubuhnya Vanvan, jadi Vanvan tau mana obat paling manjur. Pelukan Vava udah bikin Vanvan sehat kok, mau peluk Vava. Mau peluk, mau peluk, mau peluk Vava ...," rengek Revan sambil menggulingkan tubuhnya di atas karpet, ia tak mempedulikan rasa pusing yang langsung menyrangnya saat itu juga.

Reva yang mendengar rengekkan itu hanya menghela napas aja, ia harus siap menghadapai sikap kekanak-kanakkan Revan yang makin menjadi jika sedang sakit.

Reva terus berkutat dengan alat dapur untuk membuat bubur agar Revan bisa memakannya lalu minum obat. Setelah selesai ia langsung membawa mangkuk berisikan bubur dan membawanya ke tempat Revan berada.

"Van, yuk makan," ajak Reva lalu melihat Revan yang sedang tengkurap.

"Kamu ngapain sih? Aneh-aneh aja." Reva meletakkan buburnya di meja lalu mengelus rambut Revan.

"Pusing, habis guling-gulingan tadi," jawab Revan yang langsung merubah posisinya menjadi menyamping lalu memeluk Reva dengan erat.

"Makan sambil meluk, yah," pinta Revan.

Reva mengambil bubur tersebut dan mulai untuk menyuapi Revan. "Iya, sini buka mulutnya. Aaa ...."

"Aaa ...." Revan mengikuti Reva yang mengucapkan satu huruf tadi membuat Reva menjadi gemas lalu tanpa sadar mencubit pipi Revan.

Revan tak merasakan sakit sedikit pun, tapi dia senang jika Reva mencubit pipinya. Dari yang ia baca, jika seorang perempuan mencubit pipi laki-laki berarti perempuan itu menyayanginya dan Revan senang akan hal itu.

"Cubit lagi," pinta Revan dan Reva pun menurutinya sambil tertawa karena rasa gemas yang membuncah di hatinya.

"Ututu ... kayak bayi aja," goda Reva seraya mengacak rambut Revan dengan gemas.

Revan yang digoda pun menunjukkan responnya dengan wajah yang memerah. "Jangan goda mulu ih, aku gak mau makan loh," ancamnya main-main.

Reva terkekeh gemas mendengarnya, ia kembali menyuapi Revan hingga bubur itu habis tak tersisa. Revan menidurkan diri di paha Reva, Reva yang melihat pun hanya bisa mengelus kepala Revan dengan sayang.

Ting ... tong ....

Elusan di kepala Revan terhenti begitu saja setelah mendengar bel tersebut. Reva berniat untuk menghampiri asal suara yang pastinya ada tamu yang ingin masuk, namun ia kalah cepat dengan bibinya yang sudah berada di depan pintu.

My Big Baby (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang