bab 2

13.4K 861 181
                                    

Halo semua, langsung aja vote dan comment yah. Langsung ke cerita

.
.
.
.
.

Reva terus berkutat dengan laptop yang ada di depannya, memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi, setelah selesai ia pun langsung pergi ke ruangan bos nya itu Revan.

Tok...tok..

"Masuk." ucap dia dari dalam ruangannya.

Reva pun langsung masuk, dan menutup pintu,  ia melihat ke arah bos nya itu dengan tatapan yang biasa saja.

"Ini pak, sudah saya perbaiki, dan saya pastikan tidak akan ada kesalahan di data keuangan tersebut." ucap Reva dengan penuh keyakinan.

Revan langsung mengambil berkas tersebut dan membukanya, sambil mengangkat kaki di meja.

"Baiklah, sepertinya tidak ada. Tolong ambilkan jadwal yang ada di meja sekretaris saya dan bacakan jadwal apa saja yang akan saya lakukan." perintah Revan dengan santai.

Reva dibuat kaget akan hal itu, segera ia menetralkan ekspresinya dan berkata kepada sang bos, "maaf pak bukannya bapak sudah mempunyai sekretaris, mengapa anda meminta saya? " Reva berusaha menahan agar emosi dalam dirinya tidak muncrat keluar.

"Saya tidak terima penolakan, lakukan atau buat saya kopi beserta cemilan yang saya suka." ucap Revan yang masih setia dengan membaca berkas tersebut.

"Bapak apa apaan sih? Sejak kapan pekerjaan saya menjadi tiga sekaligus? Bapak tidak kekurangan orang kan? Bapak bisa menyuruh yang lain, pekerjaan saya hanya lah mengurusi data keuangan di perusahaan ini pak!" Reva tak tahan dengan bos nya hari ini, ia dibuat emosi hanya karena meladani bos nya yang sangat tau diri ini.

"Ck, bandel banget sih, tinggal matuhin doank apa susahnya, saya itu capek nyuruh orang, mumpung kamu disini juga, anda tidak mengerti perasaan saya." balas Reva merajuk, Revan pun membalikan kursi nya hingga membelakangi Reva yang sudah menahan diri untuk tidak muncrat.

"Sabarkan hamba mu yang cantik ini Tuhan, semoga anak gw nanti kalo kerja jangan punya bos yang kayak dia amiiin. Kalo sampe mirip, ge jamin tuh bos bakal sembah anak gw." batin Reva.

"Saya pamit undur diri." ucap Reva seraya melangkah ke arah pintu

Belum satu langkah, bahkan baru ngangkat kaki bagian kanan, ia harus menerima teriakan melebihi ibu ibu yang sedang mengomeli anaknya.

"ANDA KOK GA PEKA SIH? SAYA INI LAGI NGAMBEK, KAMU GA MAU BUJUK SAYA GITU? GA MAU MINTA MAAP. SAYA INI LAGI MERAJUK, MERAJUK!!" sentak Revan teriakan yang menggelegar di ruangan tersebut serta penekanan di akhir kata.

"Pak kuping saya bisa² masuk rumah sakit kuping pak, saya emang mau lakuin yang bapak suruh, mending bapak diem duduk tenang, jangan kemana-mana." jawab Reva dengan nada lemas.

Dan entah kenapa, Revan pun langsung melakukan apa yang Reva suruh, hingga tanpa sadar Reva terkikik geli.

"Kek anak kecil aja, badan mah gede hot gitu, tapi kelakuan kek bayi, big babi eh big baby." batin Reva

Reva langsung berjalan keluar dan mengambil tablet yang ada di meja sekretaris tersebut dan meminta office boy untuk membuat kopi dan cemilan. Reva masuk kembali ke ruangan bos itu, tanpa mengucapkan salam, persetan akan dibilang tak sopan, karna memang Reva sudah dalam mood emosi

"Jadwal anda hari ini meeting dengan perusahaan kevin company jam 13.00." jelas Reva singkat, padat dan jelas.

Revan hanya mangut mangut saja, Revan merasa bingung, mengapa tidak ada makanan di tangan Reva? Karena ia penasaran ia bertanya kepada Reva "Va, kok ga ada makanan yang saya suruh?" dengan muka polos Revan bertanya hal itu kepada Reva.

Reva mencoba untuk membangun kerajaan kesabaran dalam diri nya, yang awalnya runtuh akibat permintaan bosnya itu.

"Sedang dibuat oleh office boy pak." jawab Reva selembut mungkin

"Kok kamu nyuruh mereka sih? Kan yang saya suruh itu kamu, berarti saya minta kamu untuk membuat makann tersebut." cerocos Revan yang sangat membuat Reva kesal

"Kalo bukan kamu yang bikin, saya ga bakal makan." sambung Revan dengan nada seperti biasa merajuk

"Ga peduli gw juga." guman Reva tetapi di dengar oleh Revan

"Jadi kamu ga peduli saya sakit? Gitu? Dasar karyawati kurang ajar, dah sana kamu pergi, saya ingin bekerja, kamu ganggu saya mulu!" ucap Reva mengusir dengan sadis

"Untung bos, untung membunuh itu dosa, untung kaya, untung ganteng. Sabar Reva ini ulangan bukan ujian." batin Reva menyemangati diri sendiri. Ia membuka pintu dan menutup pintu dengan sedikit kencang, agar bosnya tau bahwa ia sedang kesal.

>>>>>
Tbc

Lanjut di part berikutnya:)

My Big Baby (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang