2. Devano
(Namakamu) sengaja mampir ketoko buku sehabis pulang sekolah hari ini. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak daripada harus bertemu lagi dengan cindy dirumahnya. Ia ingin have fun tanpa cindy hari ini.
Disampingnya ada Devano yang menemaninya kesini. Sebenarnya (namakamu) tidak meminta, namun devano memaksa untuk ikut. Ya sudah, itung-itung (namakamu) tidak kesepian saat merasa bosan.
(Namakamu) menyodorkan dua buku pada devano. "Dev, menurut lo bagusan yang mana?"
Devano menatap buku tersebut seraya menimang. Ia menunjuk buku yang bersampul biru. "Ini sih menurut gue. Eumm, ngomong-ngomong lo suka baca buku tentang astronomi?"
(Namakamu) tersenyum lebar sambil mengangguk. "Gue emang suka buku astronomi. Like banget pokoknya deh!"
Jangan tanya tentang alam semesta kepada (namakamu), karna sudah pasti ia bisa menjawanya. Memang dari kecil entah mengapa ia sangat suka semua tentang astronomi. Bahkan ia pernah teringin menjadi astronot saat berusia 6 tahun.
"Gue kira lo suka buku tentang love. Kayak novel gitu," ujar devano sambil memilah-milih buku dirak
Berbeda dengan devano, (namakamu) malah menyender dirak sampingnya. "Gue nggak minat."
"Alasan lo?"
(Namakamu) menghedika bahunya. "Ya nggak minta aja,"
"Pasti semua tidaksukaan punya alasan, (nam)."
"Oke deh. Karna menurut gue cerita yang ada didalamnya itu terlihat impossible. Konfliknya itu-itu aja, dan ya paling kalo nggak sad ending pasti happy ending.
Padahal nih ya, mau sad ending kek, happy ending kek, kedua hal itu bakalan berjalan seriringan." Jelas (namakamu) dengan detail
Devano mengangguk paham. (Namakamu) memang beda dengan cewek-cewek yang mendekatinya disekolah maupun luar sekolah. "Tapi kan itu cuma settingan (nam). Memang alurnya dibuat kayak gitu,"
"Mending gue baca yang real aja, anti settingan-settingan club!" tukas (namakamu) dengan bangga.
Devano terkekeh sejenak. Ia mengamati wajah serius (namakamu) yang sedang membuka buku ditangannya. Haian rambutnya terkadang jatuh mengganggu kosentrasinya. Dengan reflek devano menyelipkan rambut (namakamu) kebelakang telinganya. "Cantik,"
(Namakamu) tertegun dan tersenyum kikuk. "Makasih,"
Sadar dengan kecanggungannya, devano langsung mencoba mencairkan suasana. "Jadi lo mau beli buku berapa?"
(Namakamu) mengetuk-ketuk jarinya dibawah dagu. "Gue bingung. Lima-limanya bagus,"
"Yaudah ambil aja semua."
(Namakamu) menggeleng. "Enggak deh," ucap (namakamu) dengan kesedihan
Devano merampas buku ditangan (namakamu) lalu mengambil sisanya dirak. "Devano lo mau ngapain?!" Pekik (namakamu)
Devano berjalan kearah kasir. Ia membayar lima buku kesukaan (namakamu) lalu menyerahkannya kepada gadis itu. "Nih,"
"Ish lo apa-apaan sih," (namakamu) merasa tidak enak dengan cowok dihadapannya.
Devano terkekeh. "Buat lo, anggap aja hadiah pertama kali gue pergi sama lo."
Dengan berat hati (namakamu) menerimanya. "Padahal gue bisa beli sendiri, dev."
"Enggak papa. Santai aja kali,"
"Gue janji besok duitnya gue ganti."
"Gue nggak enak sama lo,"
"Udahlah, cuma itu doang kok."
"Thanks banget, ya?"
"Its ok."
(Namakamu) merogoh ponselnya di saku seragam kala sebuah notifikasi masuk. Ia membuka aplikasi instagram lalu melihat snapgram yang Iqbaal buat. Sedikit kemudian ia menganga dan melompat girang membuat devano heran.
Devan melekatkan telapak tangannya dijidat (namakamu). "Nggak panas. Lo kenapa sih?"
"Arg devano!!!"
Devano menyerinyit. "Kenapa sih?"
"Gue seneng banget!"
Devan menghela napasnya. "Iya seneng kenapa?"
"Iqbaal bakal balik ke indo! Yeay!!!!" Teriak (namakamu) dengan penuh kebahagiaan
*****
"Dibalik kebahagiaanmu, ada sebuah hati yang tersakiti."
16-Februari-2020
Dari seorang pengagum senja
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE (IDR><NK)
Dla nastolatkówIqbaal menggeleng dan melepaskan jaket yang ia pakai lalu mengikatnya dipinggang (namakamu) sehingga menutupi bagian paha. "Bukan apa-apa, cuma mau nutupin paha lo doang," ujar iqbaal disela-sela kegiatannya Seteah selesai ia berdiri mengsejajarkan...