10. Satu Langkah Mendekat

1.7K 158 0
                                    

10. Satu Langkah Mendekat

Jam pelajaran dimulai. (Namakamu) memijat pelipisnya saat sebuah rumus baru diterangkan oleh bu mayang yang tak lain guru matematika. Rumus yang panjang kali lebar memenuhi otak (namakamu), hingga kadar tampungnya tidak kuat dan berubah menjadi pusing.

Sebuah getaran disakunya menandakan sebuah notifikasi masuk. Diam-diam (namakamu) membuka ponselnya dan melihat notifikasi apa yang masuk. Seketika matanya melebar, bibirnya tak kuasa menahan senyum.

@Iqbaal.e sedang melakukan siaran langsung

Dengan gerakan cepat ia berdiri lalu berjalan menghampiri bu mayang. "Maaf bu saya izin ke kamar mandi,"

"Kenapa tidak dari tadi (namakamu) sebelum ibu masuk." Bu mayang berkecak pinggang menatap (namakamu)

"Aduh bu, saya udah nggak tahan." Alibi (namakamu) mendapatkan anggukan oleh bu mayang. "Makasih bu, saya permisi."

Dari ekor matanya, (namakamu) bisa melihat salsa yang memandangnya dengan tatapan seolah berkata 'mau ngapain lo?' Namun (namakamu) hanya mengabaikannya, kini yang lebih penting adalah iqbaal

Sesampainya dikamar mandi ia langsung ikut menonton siaran iqbaal. Terlihat iqbaal yang sedang dimake up. (Namakamu) jadi ingat bagaimana ia melihat iqbaal makeup secara langsung.

Berbagai komentar memenuhi layar ponselnya

@Yuni_ais halo baleeeeee
@ranya.mit ka lg di indo ya?
@kentaArsy bale ke malang dong!
@wiwitttt ibay i love u!!!!!
@feranka.I ganteng baleeee
@dindalyana make up ga make up ttp gntng

"Aku lagi pengen live bareng sama soniq nih. Aku pilih ya."

Saat sedang asik-asiknya membaca komenan dilive iqbaal. Jatung (namakamu) berdebar melihat tulisan dilayar ponselnya

@Iqbaal.e mengundang anda untuk bergabung dalam siaran langsung

Dengan gemetar (namakamu) mengklik tulisan terima. Dan langsung terpampanglah wajahnya.

"Halo (namakamu)."

(Namakamu) tersenyum simpul. "Halo bang iqbaal,"

Iqbaal memperhatikan wajah (namakamu) lekat. Ia seperti tidak asing dengan wajah dan panggilan bang itu. "Kok kayak nggak asing ya?"

(Namakamu) menggigit bibir bawahnya. "A-aku (namakamu) priicelia, kak."

"Oh adeknya vanessa. Apa kabar (nam)?"

(Namakamu) mengangguk. "Baik bang,"

"Lagi disekolah, ya?"

(Namakamu) terkekeh kecil membuat iqbaal ikut terkekeh. "Iya,"

"Bolos ya pasti," tuduh iqbaal dibalas gelengan oleh (namakamu). "Enggak kok," selanya

"Yaudah semangat belajarnya ya, makasih mau gabung. See you!"

(Namakamu) dengan berat hati mengangguk. "See you too."

Sambungan terputus. (Namakamu) menonton iqbaal yang beralih mengajak fans nya bergabung. Disana ada seorang cewek yang terlihat lebih cantik darinya. Mereka tertawa bersama seolah-olah sudah kenal lama.

Tak mau melihat lebih lanjut (namakamu) pun keluar dari live nya dan bergegas untuk kembali ke kelas. Sebelumnya ia membasuk wajahnya terlebih dahulu, memandangi wajah yang kalah cantik dengan teman-temannya.

"Gue apa sih? Cuma remahan kripik yang digoreng pake minyak kemaren." Gumamnya miris

"Kalo gue dijejerin sama iqbaal pasti bagaikan burung merak sama burung hantu." Sambungnya

Saat hendak keluar kamar mandi, bagaikan ada kupu-kupu yang menggelitiki perutnya. Dan kalian tau kenapa? IQBAAL MEMFOLLOW IG NYA! tanpa babibubebo (namakamu) mengfollback akun iqbaal.

"Demi apa demi apa demi apa!!! Aaaaa gue seneng banget! Mimpi apa gue semalem ya Allah! Omg! Gila, gila ini sih! Gue harus bilang sama salsa!"

Didepan kamar mandi (namakamu) melompat, menjerit, dan sebagainya. Hingga ia tak sadar ada devano yang terkekeh melihat tingkah lakunya.

"Kalo mau bikin pertujukan dance jangan didepan toilet,"

(Namakamu) tersentak. Ia memandang devano malu--sangat malu. "Elo dev,"

"Ngapain lo jingkrak-jingkrak didepan toilet? Ini kan jam pelajaran,"

(Namakamu) menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ini--eumm, itu maksud gue--gue abis dari toilet tadi."

"Terus?"

"Yaaa--terus gue mau balik kekelas. Lo sendiri? Kok diluar kelas?"

"Gue ada jam olahraga, basket."

(Namakamu) mengangguk paham. Dilihat juga devano yang memang menggunakan seragam basket. "Main yuk!"

"Main?" Tanya (namakamu) menaikan sebelah alisnya tidak paham

"Basket. Lo kan leader team basket girl, dan gue leader team basket boy. Itung-itung ngetes kemampuan lah,"

(Namakamu) menimang. Ia melirik alroji putih yang menempel ditangannya. "Lain kali deh. Lo sekarang leader team basket boy?"

Devano mengangguk mengiyakan. (Namakamu) bertepuk tangan akan hal itu. "Wah! Congrats dev!"

"Thanks (nam). Jadi mau nggak?"

"Lain kali deh dev. Lagian kalo gue lawan lo udah pasti lo yang bakal menang,"

"Kata siapa? Belum tentu (nam),"

(Namakamu) terkekeh. "Yaudah deh kapan-kapan. Gue mau kekelas aja, bu mayang marah-marah kalo gue ijin kelamaan."

"Oh, matematika. Yaudah gih, spirit!"

(Namakamu) mengangguk. "Makasih. Duluan ya dev, bye!"

"Bye!" Balas devano sambil menatap punggung mungil (namakamu) yang semakin jauh. Rambut hitam pekatnya tergerai dan sesekali tertiup angin. Devano tersenyum tipis.

Niatnya yang ingin ke loker diurungkan ketika devano melihat nichol berjalan kearahnya. Rahang nichol terlihat mengeras, devano yakin nichol akan membuat masalah baru dengannya.

"Bangsat!"

Bugh

Sebuah bogeman medarat dirahang kanan devano. Ia sedikit terhuyung namun tidak sampai jatuh. "Maksud lo apa ambil alih leader basket boy?!"

Devano tersenyum smirk. "Pak anton yang milih gue buat gantiin lo. Jadi salah gue dimana? Gue mah fine-fine aja."

"Pasti elo yang ngemis-ngemis kan ke pak anton. Cih! Kampungan."

"Sebenernya kalo gue mau udah dari awal masuk gue ambil alih kedudukan lo. Berhubung gue kurang minat aja, dan see! Sekarang tanpa minta pak anton ngasih kepercayaannya ke gue."

Geram dengan sifat devano, nichol melangkah maju dan mencengram seragam basket devano. "Jadi menurut lo, gue nggak pantes jadi leader lagi? Tau apa lo tentang gue? Gue lebih senior dari lo."

Devano tertawa lepas didepan wajah nichol. "Senior atau junior nggak mempengaruhi basic kan?"

Bugh
Bugh
Bugh!

3 pukulan beruntun mengenai wajah devano. Sehingga bibir dan hidungnya mengeluarkan darah segar. Setelah itu nichol pergi entah kemana. Devano sengaja tidak melawan, karna menurutnya sekolah bukanlah tempat yang pas untuk beradu otot.

*****

"Bagaikan burung merak dan burung hantu."

19-Februari-2020
Dari seorang pengagum senja

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang